SDR (11) "Pengakuan"

15 1 0
                                    

Alesya berinisiatif untuk mengitari setiap sudut sekolahnya. Banyak tatapan aneh mengarah padanya. Mungkin, Alesya bisa berpikir bahwa semua orang mengasihaninya karena tidak punya teman. 

Setiap langkahnya, telinga Alesya selalu mendengar bisikan para siswi yang sepertinya sedang membicarakan seseorang. 

"Kalau Raezar masih jomblo, udah gue embat deh dia."

"Kaya yang mau aja Raezar sama lo."

"Bisa jadilah, gue gak kalah cantiknya sama Hira."

"Masa? Gue lihat lo biasa aja sih."

"Sialan lo."

Cewek itu terkekeh.

"Lo tau gak sih kemarin musuh Paxavior datang ke sini."

"Serius? Apa mereka gak takut ketahuan sekolah?"

"Mereka gak berantem antar sekolah. Katanya sih ketuanya aja yang dateng."

"Terus berantem sama siapa?"

"Raezar, satu lawan satu."

Deg!

Seketika tubuh Alesya menegang. Mencoba memperlambat langkahnya, agar masih bisa mendengar percakapan kedua cewek tersebut. 

"Terus yang lainnya cuma nontonin?"

"Gak ada yang tau kejadian ini, keadaannya lagi sepi. Cuma ada mereka dan satu orang lagi yang gue juga gak tau dia siapa." 

"Tapi kan ada CCTV, gimana kalau mereka ketahuan?"

Cewek itu menggeleng, "Semoga Raezar aman."

"Gue penasaran, seberapa mengerikannya Raezar kalau lagi berantem."

Tidak terasa tujuan Alesya untuk mengunjungi perpustakaan sudah di depan mata.  Sebelum masuk, sekilas Alesya melirik pada dua orang tersebut, lalu kakinya memasuki perpustakaan dengan perasaan campur aduk.

Dikeheningan perpustakaan, Alesya hanya membolak-balikan buku tersebut tanpa ingin tahu isi di dalamnya. Rasa penasarannya lebih dominan dibandingkan untuk mengetahui segala macam golongan Gymnospermae.

Raezar berkelahi itu rasanya terlalu mustahil bagi seorang Alesya yang sudah mengenal cowok itu sejak lama. Ia mengenal sosok Raezar yang cenderung pemalu dan ramah itu sama sekali tidak menunjukkan bawah Raezar orang yang mudah berkelahi dengan semua orang. 

Bahkan, sewaktu SMP Alesya pernah mendengar cerita kalau Raezar selalu mengalah jika lawan tanding futsalnya tersulut emosi karena tim Raezar selalu memenangkan pertandingan itu. 

Alesya menidurkan kepalanya pada buku yang sudah ia tutup sedari tadi. Mencoba menenangkan pikirannya dengan memejamkan matanya. Syukur-syukur tidak ada yang menegurnya sewaktu Alesya tertidur nanti.

Walau rasanya susah untuk terlelap karena seberang meja Alesya begitu terdengar bisikan para siswi yang sedang bercerita.  Tapi, ia mencoba untuk menghiraukan dan terus memejamkan matanya.

"Lo kenapa sih dari tadi senyum-senyum terus?" 

"Gue ditembak sama Kak Rocky."

SEDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang