Alesya terusik dari tidurnya pun perlahan membuka matanya saat perutnya terasa sakit. Sebelumnya, kejadian ini pernah terjadi beberapa tahun lalu karena Alesya sering makan-makanan pedas.
Sepertinya Alesya dapat karma karena semalam ia telah menerima ajakan Raezar yang jelas-jelas cowok itu punya pacar.
Tangannya menarik ponsel di nakas untuk memberitahu mamanya bahwa ia sedang kesakitan. Tidak lama dari itu pintu kamar Alesya terbuka, Tari datang dengan wajah paniknya.
"Sakit lagi?" tanya Tari.
Alesya mengangguk, sesekali menggeram menahan sakit.
"Ke rumah sakit sekarang ya?" Taru melangkah pergi untuk memberitahu suaminya agar segera menyiapkan mobilnya.
"Jangan Mah!" ucap Alesya dengan rasa sakitnya.
Kali ini Alesya tidak mau di bawa ke rumah sakit karena ia ingin sekolah. Alesya sangat penasaran dengan perilaku Raezar selanjutnya bagaimana setelah mengantarkan dirinya sampai rumah.
Raezar membalikkan badanya, "Kenapa?"
"Nanti juga sembuh sendiri, waktu itu juga gitu. Alesya Cuma butuh air hangat aja buat di kompres."
"Alesya—"
"Plis Mah, kali ini aja. Alesya harus sekolah, ada pelajaran penting," alibinya.
"Apaan sih kamu ini, masih aja mikirin sekolah lagi sakit juga. Hari ini kamu pelajaran olahraga loh Alesya, Mamah gamau ya kalau kamu—"
"Tapi Mah, Alesya mau sekolah," lirihnya. "Percaya sama Alesya nanti pagi juga pasti sembuh. Nanti Alesya izin gak ikut olahraga dulu."
Tari menghembuskan nafasnya.
Tidak biasanya Alesya bersikap seperti ini pasti ada sesuatu yang membuatnya keberatan untuk tidak sekolah. Sepenting apa sih pelajarannya itu sampai tidak bisa ditinggalkan?
"Yaudah Mamah ambil air hangat dulu. Udah itu kamu langsung tidur, nanti pagi mama bangunin."
Alesya tersenyum, "Iya Mah, makasih." Sambil menunggu air hangat, matanya mulai terpejam agar rasa sakit itu bisa berkurang.
*****
Alesya memasuki gerbang sekolahnya dengan wajah berseri-seri, melupakan rasa sakit diperutnya. Untung saja air hangat itu manjur, setidaknya Alesya bisa sampai ke sekolah.
"Alesya!" panggil Kesya di tengah lapang, cewek itu menghampirinya membuat Alesya heran.
Kenapa Kesya pake baju olahraga ya? Perasaan jam pelajarannya tidak sama.
"Cieee... yang semalem dianter Raezar. Gimana rasanya?" Kesya menaik turunkan alisnya.
Alesya jadi malu.
"Rasanya?" tanya Alesya membuat Kesya mengangguk. "Enak." Tawanya.
Kesya pun ikut tertawa, "Sumpah kemarin gue kaget sampe gak bisa berkata-kata. Bisa-bisanya Raezar pilih lo daripada gue."
"Itu artinya gue lebih menarik dari pada lo." Alesya mengibaskan rambutnya dengan langkah kaki meninggalkan Kesya sendirian. Tak lupa juga dengan senyum yang masih terpancar di kedua sudut bibirnya.
"Sialan lo!" teriak Kesya.
Alesya tertawa mendengar umpatan itu, namun tawanya mendadak terhenti saat segerombolan siswa turun dari kelasnya menuju lapangan dengan beberapa bola yang mereka bawa.
Pandangan Alesya tertuju pada satu orang yang berjalan dengan gagah membawa bola basket, siapa lagi kalau bukan Raezar. Cowok itu memutar bola basketnya, namun tak sengaja pandangannya bertemu dengan Alesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDARA
Teen FictionJika aku terluka, cukup kamu salurkan virus itu untuk ku, maka aku akan sembuh dari luka itu. Sebagian orang, jika salah satu kerabatnya memiliki virus pasti yang dilakukannya adalah menghindar. Namun, untuk virus yang dimiliki Rangga adalah virus...