SDR (20) "Deep Talk 3"

7 0 0
                                    

Suara hingar-bingar terdengar jelas saat Alesya memasuki gerbang sekolah dengan menenteng beberapa buku paket yang ia pinjam dari perpustakaan beberapa hari lalu.

Alesya bertanya-tanya saat seluruh siswa berdiri disetiap koridor kelasnya dengan pandangan mengarah ke bawah. Ternyata di lapangan sana ia menemukan  beberapa siswa yang sedang berdiri sambil menghormat ke arah bendera. 

"Harusnya sekolah bangga punya Raezar bisa ngalahin manusia dakjal kaya Jarvis," ucap Vanya yang akan pergi ke toilet.

"Tapi tetep aja  Raezar salah, berantem di halaman sekolah," jawab Lisa. "Itu semua gara-gara musuhnya nekat datang ke sini."

"Penyebabnya apa ya? Bukannya mereka punya perjanjian kalau berantem gak boleh di halaman sekolah. Untuk menjaga nama baik sekolah juga kan?"

Lisa mengangkat bahunya, "Ya itu makannya. Berarti kan musuhnya udah melanggar. Gue gatau deh nasib tuh cowok gimana? Mungkin Raezar udah ngehajar sampe mati."

Dengan sengaja Alesya melangkahkan kakinya secara perlahan. 

Berita Raezar memukuli salah satu murid sekolah lain tersebar luas, ternyata aksi itu tertangkap oleh salah satu penjaga cctv. Mau tidak mau sekolah harus menghukum Raezar.  

"Bukannya yang berantem itu Raezar aja ya? Kenapa Reksa, Rieyu, Rocky, sama Ruby ikut dihukum."

"Biasalah mereka. Satu kena hukum, keempatnya pun pengen ikut dihukum."

"Tapi kan Raezar gak suka kalau itu bukan kesalahan temannya."

"Lo kaya gak lihat aja , tadi keempat cowok itu sengaja terlambat sekolah. Tujuannya ya pengen dihukum bareng Raezar. 

"Biar Raezar gak marah kali ya?" sahut Lisa.

Vanya mengangguk.

Alesya menyunggingkan senyumnya. Ternyata benar kata Kesya kedua cewek itu benar-benar salah satu penggemar Raezar. Apa  yang mereka lakukan, keduanya akan mengetahui hal itu. 

"Gue jadi penasaran cara Raezar ngalahin orang itu gimana?" kata Lisa.

"Pastinya dengan teknik bela dirinya."

"Hebat banget. Gue jadi ngebayangin betapa kerennya Raezar berantem, pasti aura ketampanan dia terpancar. Apalagi berantem buat ngelindungin gue dari cowok nakal," tawa Lisa.

"Dih, najis banget."

"Katanya sih kalau Raezar berantem seluruh dunia akan kalah sama dia. Tonjokan dia mematikan tau Van."

"Gue udah tau itu."

"Walau pun Raezar mengerikan, tapi tetep aja gue suka sama dia. Soalnya dia memperlakukan Hira aja kaya bidadari, jadi dia tau dong mana yang harus dilindungi dan nggak."

"Beruntung banget jadi Hira. Kenapa Raezar gak milih gue ya? Padahal gue gak kalah cantiknya sama Hira."

Percakapan dua orang itu terhenti, saat Vanya dan Lisa memasuki toilet. Alesya pun kembali melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dengan pikiran negatif yang masuk ke dalam otaknya.

Apa ucapan Vanya dan Lisa bisa menjawab semua pertanyaan yang pernah ada dalam dirinya? 

Bahaya.

Berantem.

Musuh.

Mengerikan. 

Ternyata selama ini banyak perubahan dalam diri lo yang gue gak tau Ga. 

Karena perpustakaan itu ada di sebelah kanan dari dirinya, membuat Alesya harus berjalan melewati koridor ruang guru, yang otomatis berhadapan dengan lapangan sekolah. 

SEDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang