Seluruh anggota teater sedang membereskan barang-barang mereka dari tenda karena beberapa jam lagi akan kembali pulang.
"Semuanya udah siap?" kata kak Arga.
"Udah Kak," jawab juniornya.
"Sebelum kita pulang, lebih baik kita berdoa bersama dulu," ucapnya. "Berdoa mulai."
Semua orang menundukkan kepalanya, meminta kepada Tuhan keselamatan di perjalanan sampai mereka sampai ke sekolah.
"Berdoa selesai."
"Sekarang kita bisa pulang," ucap kak Dyzan. "Karena jalanan ini menurun dan licin, kalian harus hati-hati. Pelan-pelan aja yang penting kita selamat sampai bis," tuturnya.
Mereka pun langsung berjalan dengan kehati-hatian. Bis mereka sudah terlihat di sana, seluruh anggota pun semakin bersemangat melewati setiap rintangan yang ada di hadapannya.
"Semangat guys bentar lagi sampe!" teriak Artra sebagai pemandu agar anggota yang di belakang terdengar. "Hati-hati di depan sini ada jalan yang berlubang dan licin."
Sebagian dari mereka sudah sampai melewati jalan perbatasan antara perkemahan dan permukiman.
Hira melangkahkan kakinya saat melewati batang pohon yang tergeletak di jalan, namun saat akan berjalan menuju bis Hira dikagetkan oleh seseorang yang bertengger di motornya dengan posisi menidurkan tubuhnya di atas sana.
"Aezar?" panggil Hira sedikit bergum.
Alesya yang berada di belakang Hira pun sempat kaget atas kehadiran Raezar di tempat perkemahan ini. Apakah Raezar menginap semalam di tempat ini? Sepertinya cowok itu begitu khawatir dan tidak bisa jauh dari Hira.
Ah, rasanya Alesya ingin menjadi Hira.
Merasa suara Hira berkumandang di telinganya, Raezar membenarkan posisinya. Hira menghampiri Raezar, sedangkan Alesya melanjutkan jalannya menuju bis.
"Ngapain?" tanya Hira lumayan kaget. "Kamu dari kapan ada di sini?"
"Sana masuk keburu di tinggal," ucap Raezar. Hira mengikuti arah pandang Raezar, bis nya akan siap berangkat. Tapi Hira masih penasaran atas kehadiran Raezar. Cowok itu seperti kurang tidur, terlihat dari matanya yang begitu sayu.
"Bentar deh, kamu mau jemput aku? Ayo pulang bareng kalau gitu," kata Hira.
Raezar terdiam, menatap Hira lebih dalam. Ia sangat bersyukur melihat Hira dalam keadaan baik-baik saja. Semenjak kejadian kemarin malam, setelah menghajar Jarvis, Raezar tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan pergi ke tempat di mana Hira berkemah.
Hanya bermodalan jaket Raezar menginap di salah satu warung dekat perkemahan tersebut. Ia hanya ingin memastikan kalau kekasihnya itu baik- baik saja.
Kemarin Raezar sempat berpikir kalau Jarvis datang ke sini untuk menemui Hira, makanya dengan cepat Raezar menyusulnya. Tapi saat di tengah jalan dirinya malah bertemu Jarvis dan membawanya ke markas Accuser.
Ternyata Jarvis menjebaknya.
Setelah acara hajar-hajaran, Raezar langsung pergi ke tempat perkemahan. Ia takut, kalau Jarvis datang ke tempat perkemahan, mengingat cowok itu sangat nekat sekali.
Tapi untungnya dugaannya salah, Jarvis tidak ada. Mungkin pukulan darinya cukup membuat Jarvis terkapar.
"Ra, ayo!" ucap Izam yang akan menutup pintu bis.
Hira melirik Raezar, ia bingung harus ngapain? Di sisi lain, Raezar tidak menjawab pertanyaan satu pun.
"Aku ikutin kamu dari belakang," ucap Raezar. Ia tidak mau merusak momen Hira dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDARA
Teen FictionJika aku terluka, cukup kamu salurkan virus itu untuk ku, maka aku akan sembuh dari luka itu. Sebagian orang, jika salah satu kerabatnya memiliki virus pasti yang dilakukannya adalah menghindar. Namun, untuk virus yang dimiliki Rangga adalah virus...