Dengan semangatnya Alesya keluar dari kelas menuju ruang teater. Alesya ingin memastikan apakah benar Fairel telah pulang dan kembali ke sekolah.
Saat akan turun tangga Alesya melihat Raezar sedang berjalan ke arahnya. Ia yakin Raezar ingin menghampiri kekasihnya, Hira.
Dengan perasaan yang sulit diartikan, Alesya berusaha menetralkan detak jantungnya dengan sedikit menunduk. Alesya pernah bilang kan, kalau dirinya tidak berani menatap Raezar lebih lama.
"Hira ada?"
Dengan bodohnya Alesya malah mengedarkan pandangannya. Ia juga tidak menemukan orang lain di sana. Apa itu artinya Raezar sedang berbicara padanya?
"Hira?" tanya Alesya.
Raezar mengangguk tanpa ekspresi.
"Ada di dalem, lagi piket."
"Thanks," balasnya yang langsung berjalan ke belakang Alesya untuk menghampiri Hira.
"Udah ya gitu doang?" gumam Alesya. "Oke." Alesya langsung turun dengan lapang dada.
Sesampainya di ruang teater, Alesya nampak senang. Ia melihat Fairel sedang mengobrol bersama Izam dan kak Dyzan. Sepertinya Fairel sedang diberi arahan, mengingat sudah beberapa hari ini dia mangkir dari teater.
"Alesya sini!" panggilan Nufi itu membuat Alesya menghampirinya. Ia duduk di bangku paling belakang bersama Raila, karena Nufi sudah duduk bersama Nada.
"Udah sampe mana La naskahnya? Biar gue lanjut," ucap Alesya.
"Gue baru nyelesain sampe sini, menurut lo gimana?" Raila menggeserkan laptopnya agar Alesya melihat pekerjaannya.
"Gue percaya sama lo, biar gue lanjut ya?" ujar Alesya. "Tapi gue mau ke toilet dulu."
Raila tersenyum, "Boleh."
Saat Alesya berjalan di koridor, ia sempat melirik ke atas di mana kelasnya berada, di sana ada Hira dan Raezar. Alesya tersenyum kecut dan melanjutkan jalannya.
Namun, saat Alesya telah selesai dari toilet Raezar dan Hira sudah tidak ada lagi di atas sana, mungkin mereka sudah pulang.
Sesampainya di ruang teater, Alesya melihat Hira sudah bergabung bersama anggota teater lainnya. Cewek itu sedang mengobrol bersama Cecil, Artra, Fairel, Fauzi, Izam, dan kak Dyzan.
Sekilas Alesya melirik keluar, ternyata hanya Raezar saja yang pulang.
"Masih nulis naskah?"
Alesya mendongak, ternyata itu suara Hira yang bertanya pada Raila.
"Masih," jawab Raila.
"Semangat!" kata Hira. "Lo juga semangat Al."
Alesya hanya membalas dengan senyum.
"Kalau Alesya kan sebelumnya emang suka bikin cerita pendek, kalau lo sendiri La?" Hira kembali bertanya.
"Ini pengalaman pertama gue."
"Wow, keren dong."
"Tapi gue masih belajar," jawab Raila.
"Gue setuju sama Hira, lo emang keren La. Kaya bukan penulis pemula, karena tulisan lo udah sebagus ini," sahut Alesya.
"Pernah bikin script film, tapi gak gak lama," kata Aila.
"Pantes," sahut Hira dan Alesya berbarengan.
"Ini biar gue yang lanjut." Alesya mengambil laptop yang ada di depan Raila.
"Gue titip ya Al, gue mau ke kelas dulu ada barang gue yang ketinggalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDARA
Teen FictionJika aku terluka, cukup kamu salurkan virus itu untuk ku, maka aku akan sembuh dari luka itu. Sebagian orang, jika salah satu kerabatnya memiliki virus pasti yang dilakukannya adalah menghindar. Namun, untuk virus yang dimiliki Rangga adalah virus...