" Papah ngga mau tau, pokoknya kamu hari ini harus ketemu sama dia!"
Perkataan Papahnya ini teriang iang hari ini di kepala shani. Sungguh, ia tak ingin hari ini ada. Ia tak ingin bertemu dengan seseorang yang dijodohkan dengannya ini, ia tak bisa seperti! Tak bisa.
Kakinya mulai melangkah di tanah pelataran rumah sakit, bukan rumah sakit biasa. Langkahnya mulai menelusuri lorong-lorong di rumah sakit tersebut. Kakinya terhenti otomatis di kamar seseorang yang sedang berduduk diam dengan tatapan kosong. Langkah shani terdengar mendekati seseorang tersebut, dengan pelan ia ikut duduk di samping seseorang ini.
" Mamah apa kabar? Baik baik aja kan mah?" Tanya shani lembut dan memulai memeluk perempuan di sampingnya ini
Tak ada jawaban dari perempuan yang duduk di sampingnya ini.
" Shani bingung mah, shani ngga bisa kayak gini. Shani butuh mamah, shani ngga kuat mah" Ucapnya lagi dengan air mata yang mulai menetes dari bola matanya
" Mamah cepet sembuh dong, shani pengen dipeluk mamah lagi. Shani pengen di tenangin sama mamah, shani pengen dikuatin lagi sama mamah. Shani ngga bisa sendiri kayak gini mah"
" Papah paksa aku buat nikah sama temennya yang umurnya aja jauh banget sama aku mah, papah egois banget kan mah? Papah jual shani buat ngelunasin hutangnya ke temennya itu mah, papah jahat banget ya mah?"
" Kemarin-kemarin kalau shani lagi lemah kayak gini, masih ada Arzio yang nguatin shani mah. Sekarang ngga ada lagi mah, shani udah nyakitin zio. Shani udah ngecewain zio, shani udah bikin zio benci sama shani mah"
" Maafin shani ya mah? Shani udah tega nyakitin perasaan orang, mamah jangan marah sama shani ya? Shani kepaksa mah, shani terpaksa "
Ucap shani kepada mamahnya ini, namun tak ada respon apapun dari wanita yang duduk di sampingnya ini. Shani mengusap air mata yang tersisa di matanya, lalu ia tersenyum ke arah wanita di sampingnya itu.
" Mamah cepet sembuh ya? Shani kangen sama mamah" ucapnya lagi seraya memeluk wanita di sampingnya ini lagi
" Shani pulang dulu ya mah? Besok shani kesini lagi sama buat ketemu mamah. Love u mom" ucapnya lagi seraya mencium singkat kening wanita di sampingnya ini.
*****
Kaki shani mulai menginjak sebuah cafe bernuansa monokrom itu. Sejujurnya ia berat sekali melangkahkan kakinya untuk ke cafe ini dan bertemu dengan seseorang yang sama sekali tak ingin ia temui.
" Shani?" Tanya seseorang yang sedang berduduk santai di salah satu kursi di cafe tersebut
Shani mengangguk
" Duduk dulu" suruh pria itu
Shani menurut, ia duduk berseberangan di depan pria itu. Otaknya masih berusaha berpikir, apakah ini orang yang dimaksud papah? Tapi kenapa keliatan lebih muda sekali? Shani tak paham.
" Mau pesen minum?" Tanya pria itu lagi
" Nanti aja om" jawab shani
" Setua itukah saya?" Tanya pria itu lagi dengan tersenyum
" Om seumuran dengan papah saya kan? Jadi kayaknya itu panggilan yang paling sopan untuk om" Jawab shani
" Ah iya, kamu benar. Tapi bukankah lebih enak didengar jika kamu memanggil saya dengan sebutan 'mas'?" Ucap pria itu lagi
Shani tak mengerti, ia mengernyitkan alisnya tanda ia tak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOIS? ( END )
Teen FictionEntah siapa yang egois disini, dia atau takdir Tuhan yang memang tak berpihak padanya