8

2.5K 213 6
                                    

" Ngga sarapan dulu? Aku udah buatin kamu roti" ucap shani ketika melihat zio menuruni anak tangga

" Buat papah aja" Sahut zio

" Papah kamu udah berangkat ke luar kota tadi subuh, makan dulu zio! Jangan dibiasain ngga sarapan" Ucap shani lagi

Zio terpaksa menurut, ia segera duduk di meja makan dan mulai memakan roti yang shani siapkan tadi.

" Lagi sakit? Kok keliatan pucet banget?" Tanya zio pada shani

" Ngga, cuma pusing dikit" Jawab shani

" Mau ke dokter aja? Aku anterin ya?" Ajak zio

" Ngga usah, gapapa kok" tolak shani

Arzio mengangguk paham, ia melanjutkan melahap roti yang ada ditangannya.

Tubuh shani tiba-tiba hilang keseimbangan, ia hampir terjatuh dan untung saja ia langsung menahan tubuhnya di meja makan itu.

" Shan, kenapa?" Panik zio seraya menghampiri shani

" Ngga tau, tiba tiba kayak pusing banget gitu" ucap shani lemas

" Ke rumah sakit ya?" Ajak zio lagi

Shani tak menjawab, badannya sudah terlebih dahulu meluruh di tubuh zio. Shani tiba-tiba tak sadarkan diri, zio segera mengangkat tubuh shani dan segera membawanya ke rumah sakit.

*****

" Selamat ya pak, anda resmi akan menjadi orangtua" Ucap dokter itu seraya menjabat tangan zio

Zio nampak tertegun, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja dikatakan oleh dokter itu.

" Maksudnya gimana dok?" Tanya zio bingung

" Ibu shani positif hamil dan usia kandungannya sudah menginjak 2 minggu " Jawab dokter itu

Zio tertegun, ia diam sejenak. Mencoba menetralisir keterkejutannya.

" Ini resep vitaminnya pak, nanti bisa diambil di depan. Istrinya jangan dibolehin capek capek ya pak, ngga boleh banyak pikiran juga, pokoknya bapak harus ekstra banget buat jagain istrinya ini" Jelas dokter itu lagi

" Baik dok, terimakasih banyak! Saya permisi dulu" Pamit zio seraya membantu shani untuk berdiri

Mereka mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, mungkin itu akan menjadi ruangan yang paling zio tak ingin masuki lagi. Bukan, bukan zio marah pada shani, bukan zio masih mempunyai rasa pada shani, bukan itu. Tapi hatinya masih terasa berat sekali untuk menerima kenyataan jika ia akan mempunyai adik tapi bukan dari mommynya, secepat inikah papahnya melupakan mommynya?

" Mau tunggu disini atau di mobil? Aku mau ambil resep dari dokter tadi dulu" tanya zio

" Sini aja" jawab shani

Zio segera membantu shani untuk duduk di kursi dekat mereka berdiri tadi.

Pandangan shani tak beralih dari seorang Arzio Atmadja, pria dengan senyum tulusnya. Pria yang sudah menolongnya untuk membawanya kesini. Seharusnya kehamilannya ini adalah kabar bahagia bukan? Tapi entah mengapa kabar ini sangat tidak ditunggu tunggu oleh shani.

" Ayo" ucap zio lagi seraya membantu shani untuk berdiri

Mereka melangkahkan kaki lagi untuk kembali ke mobil mereka.

EGOIS? ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang