14

1.8K 187 6
                                    

Mobil Arzio Atmadja ini terlihat melintas membelah jalanan ibukota yang sedikit padat merayap ini. Mobilnya ia bawa melaju ke arah rumahnya dengan kekasihnya yang sedang duduk dengan tenang disamping bangku kemudinya ini.

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke rumah Arzio saja setelah Chika selesai dari rapat organisasinya itu.

" Kita ngga beli apa gitu buat shani?"

Arzio menggeleng lirih," Ngga usah, nanti aja kalau pengen apa gitu pesen online aja nanti" jawabnya

Chika mengangguk paham. Ia senderkan kepalanya pada kursi yang ia duduki ini, matanya seperti ingin dipejamkan sebentar saja.

" Capek ya? Mau langsung pulang aja apa gimana? Biar bisa langsung istirahat, chik"

Chika menggeleng dengan matanya yang masih terpejam," Gapapa, nanti istirahatnya habis dari rumah kamu aja. Pengen ketemu shani juga, lama ngga ketemu" ucapnya dengan matanya yang masih setia terpejam

Arzio hanya mengiyakan. Tangan kirinya terulur begitu saja untuk mengusap surai indah milik kekasihnya ini, atensinya ia bagi sebentar bagi jalanan dan kekasih disampingnya ini.

Mata Chika seperti semakin memaksa terpejam, belaian pada surainya ini mampu membuat kantuknya memberontak.

" Tidur aja, nanti aku bangunin kalau udah sampe rumah"

Tak ada bantahan dari kekasihnya ini, helaan nafas beraturan terdengar samar pada indra pendengaran Arzio. Ia menoleh sebentar, kekasihnya sudah tertidur pulas disampingnya dengan tangan yang terlipat di dada.

Ulasan senyum nampak terlihat jelas pada laki laki yang duduk di kursi kemudi ini, begitu menenangkan sekali kekasihnya ini ketika tertidur, pikir Arzio dengan senyum di wajahnya.

Mobilnya terus ia jalankan pada jalanan menuju rumahnya itu. Hujan sedikit lebat dan macetnya ibu kota ini tak mengurangi langkahnya untuk segera tiba pada kediamannya. Untuk apa marah marah ketika mobilnya tak bisa berjalan karena padatnya jalanan jika disampingnya ini terdapat kekasihnya yang tertidur sangat menenangkan?

Satu jam ikut dalam hiruk pikuknya kepadatan ibukota rasanya tak masalah bagi Arzio. Sedari tadi ia tak mengeluhkan apapun tentang kondisi jalanan yang sama sekali tak bersahabat dengannya hari ini. Setiap mobilnya berhenti, ia hanya perlu menolehkan kepalanya pada perempuan disampingnya ini. Hatinya yang jenuh, akan kembali segar bugar.

Ia berhentikan mobil yang ia kendarai di pelataran rumahnya. Tangannya terulur mengusap pucuk rambut milik Chika dengan lirih.

" Sayang, bangun yuk! Udah sampe rumah aku nih"

Perlahan netra sang kekasih terbuka, nampak sekali wajah lelah hadir di wajah cantik milik kekasihnya ini.

Chika mengusap matanya dengan sedikit tenaganya, ia butuh waktu sebentar untuk mengembalikan jiwanya yang tertidur tadi.

Arzio hanya tersenyum, ia buka seatbelt miliknya dan kekasihnya ini dengan perlahan. Tas totebag milik chika ia bawa dengan tubuhnya yang mulai ia turunkan pada mobil miliknya ini.

Langkahnya ia bawa ke arah pintu samping mobilnya, tangannya ia gunakan untuk membuka pintu samping dari mobilnya ini. Uluran tangan ia berikan pada kekasihnya ini yang sepertinya masih mengumpulkan nyawa yang tertidur.

Arzio tertawa kecil pada Chika," Udah ngumpul belum nyawanya? Mau aku gendong aja ke dalem?" Tanyanya jahil

Satu pukulan dilayangkan oleh Chika pada dada bidang milik Arzio ini," Ngaco kamu! Minggir minggir, aku mau turun" titahnya pada Zio

Tubuh Arzio tergeser sedikit akibat dorongan dari kekasihnya ini. Ia tak marah sedikitpun, justru ia malah tertawa kecil karena kekasihnya ini sangat lucu pikirnya.

EGOIS? ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang