" Lo sering kesini?"
Arzio mengangguk," Seminggu paling engga dua kali pasti gue kesini, dianter papa. Sorry ya lo dorongnya agak effort, jalannya habis hujan soalnya" ucapnya pada Christy
Christy tak masalah," Ini masih pagi, baru juga sarapan, tenaga gue banyak" jawabnya sombong
Arzio mengangguk saja, perempuan yang mendorong kursi roda miliknya ini selalu tak mau jika disangka direpotkan olehnya.
Embun pagi di pemakaman umum kali ini menjadi saksi Arzio dan Christy menginjakkan kaki disana, perjalan ke Bandung nantinya yang mengharuskan mereka berangkat lebih pagi hari ini, belajar menjadi morning person kata Christy. Arzio menurut saja, yang terpenting Christy mau mendorong kursi rodanya saja ia sudah bersyukur sekali.
Bau tanah setelah hujan masih semerbak di indra penciumannya, bau yang sangat disukai oleh Arzio, sangat menenangkan katanya.
Kursi rodanya kini nampak berhenti berjalan di depan pusara sang kekasih, pusara yang nampak sangat terurus dan semakin indah dilihatnya. Bunga warna warni nampak sekali disana, foto sang kekasih yang sengaja ditaruh disana juga terlihat bersih tak ada kotoran apapun, rumput hijau juga terlihat semakin subur tumbuh di atas pusara milik kekasihnya ini, karangan bunga juga beberapa terlihat disana, banyak darinya juga dari teman teman Chika.
" Banyak yang sayang sama Chika ya, zi? Makamnya indah banget, bunganya banyak dan cantik banget"
Arzio mengangguk menyetujui pernyataan dari perempuan yang mulai duduk berjongkok disampingnya ini, benar yang Christy katakan, makam sang kekasih sangat indah.
" Bunga tulip banyak banget ini dari lo?"
Arzio mengangguk," Chika suka banget sama tulip, setiap kesini gue pasti bawa bunga itu" jawabnya
Christy mengangguk, bunga tulip yang berjejer dengan banyak disini ternyata dari Arzio. Bunga tulip putih yang Arzio berikan setiap kedatangannya disini menambah kesan indah makam milik Chika. Arzio akan membuang bunga tulip pemberinya itu jika dirasa sudah kering atau membusuk, ia lakukan itu agar makam sang kekasih tetap terlihat cantik.
" Sayang, aku kesini lagi. Kali ini ngga sama papah atau Shani, tapi sama Christy"
Arzio menatap lama nama gadisnya disana, ia tak bisa usap batu nisan itu, kursi roda sialan ini sangat mengganggunya. Tak pernah ia tak menangis disini, ia tak pernah bisa membendung air matanya sendiri jika sudah berada di depan pusara Chika Kaira itu.
Lama ia diam, menghilangkan isakan tangisnya didepan Christy, ia lupa jika ia bukan bersama sang ayah ataupun Shani yang sudah sering tau ia menangis. Arzio tetaplah Arzio, Arzio Atmadja yang tak mau oranglain tau kesedihannya, yang tak mau melihatkan kelemahannya.
Christy usap bahu milik laki laki disampingnya ini dengan lirih," Ngga usah malu nangis didepan gue, gue ngga bakal judge lo kok" ucapnya menenangkan
" Ngga tau kenapa setiap kesini gue selalu nangis, kayak air mata gue ngga habis habis dari kemarin-kemarin, gue kayak banci banget disini"
Christy menggeleng lirih," Wajar, lo sayang sama Chika, gue yakin siapapun yang ditinggal orang yang disayang juga pasti ngalamin kayak lo sekarang ini" jawabnya
" Chik, cowok lo selain ngambekan juga cengeng ya?" lanjut Christy
Arzio menatap Christy," Lo tadi bilang ngga bakal judge gue??" ucap zio tak terima
" Bercanda, gue cuma pengen ngobrol sama Chika kenapa sih?"
Arzio mendengus kesal," Lo ngejatuhin harga diri gue didepan Chika" jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOIS? ( END )
Teen FictionEntah siapa yang egois disini, dia atau takdir Tuhan yang memang tak berpihak padanya