Jam menunjukkan pukul 12 siang saat Abhizar membuka matanya. Pemandangan pertama yang tertangkap oleh retinanya adalah, wajah ayu wanita mungil yang berada dalam dekapan eratnya.
Abhizar tersenyum melihat wajah Zahra yang tertidur pulas. Mereka terbaring diatas ranjang, dengan selimut yang membalut tubuh telanjang mereka berdua. Wajah pulas Zahra adalah pemandangan yang paling indah menurut Abhizar. Bangun di pagi hari, dengan Zahra dalam dekapannya. Abhizar pastikan, itu akan terus berlanjut selamanya.
Abhizar terus menatap wajah Zahra sambil mengelus pipi mulus wanita itu. Membuat wanita dalam dekapannya terbangun. Abhizar tersenyum melihat mata cantik itu akhirnya terbuka, walau kemudian menatapnya penuh kebencian.
“Morning” Sapa Abhizar dengan senyum lebar dan tangan yang tidak berhenti mengelus pipi Zahra.
Zahra berbalik memunggungi Abhizar. Muak melihat wajah lelaki itu. Lelaki bertubuh besar itu mengeratkan kembali dekapannya yang sempat mengendur saat Zahra berbalik memunggunginya.
Mencium tengkuk Zahra, Abhizar berkata.
“Mandi yuk. Habis itu kita makan siang. Saya tahu kamu lapar” Ucapan Abhizar diakhiri dengan gigitan gemas lelaki itu di bahu kiri Zahra.
Zahra diam tidak merespon. Membuat Abhizar sedikit kesal. Lelaki itu lantas bangun dan menyibak selimut. Membuat Zahra tersentak. Ingin meraih kembali selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Namun dengan sigap Abhizar membuang selimut itu kelantai.
“Abhizar” Kesal Zahra bercampur malu, karena tubuhnya yang terpampang nyata didepan Abhizar. Saat Zahra ingin menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, Abhizar tiba-tiba saja meraup tubuh Zahra dalam gendongan. Bergerak turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Zahra tentu saja kaget. Saat ini mereka sedang telanjang. Dan Abhizar dengan santai menggendongnya. Satu kata yang terlintas dipikiran Zahra. Menjijikkan.
“Abhizar turunkan saya!!” Ucap Zahra sambil memukul dada bidang Abhizar.Abhizar hanya diam, membiarkan Zahra terus bergerak dalam gendongannya sambil memukul dadanya. Lagipula, pukulan Zahra sama sekali tidak berasa di tubuh liat Abhizar.
Begitu memasuki kamar mandi, Abhizar lantas menurunkan tubuh sang pujaan hati kedalam bak mandi. Memutar keran dan menuangkan sabun. Setelahnya, Abhizar ikut merendamkan tubuhnya kedalam bak mandi yang sudah penuh dengan busa. Menempatkan diri di belakang tubuh Zahra.
Tubuh telanjang mereka terendam di dalam bak mandi yang sama. Abhizar membasuh tubuh Zahra dengan air sabun, sesekali tangan besar itu akan jail menyentuh atau meremas bagian tertentu tubuh Zahra. Wanita itu hanya diam, karena melawan pun percuma. Abhizar mengambil shampoo dan menyampoi rambut panjang Zahra, menyertakan pijatan lembut di kepala wanita mungil tercinta.
Setelah membasuh tubuh Zahra dan tubuhnya sendiri dengan air sabun pada bak mandi. Abhizar lalu membawa tubuh mereka berdua kebawah shower demi menghilangkan busa di tubuh mereka. Kemudian memasangkan bathrobe ditubuhnya juga tubuh Zahra.
Setelah serangkaian proses mandi selesai. Abhizar kembali membawa Zahra ke kamar. Menyerahkan kaos hitam lengan pendek dan celana bokser miliknya pada Zahra. Yang disambut kerutan di dahi wanita itu.
Seolah paham dengan kebingungan Zahra. Abhizar berkata.
“Baju kamu sudah tidak bisa dipakai lagi” Ucap Abhizar sambil memandang pada pakaian yang teronggok di atas lantai. Beberapa jam lalu Abhizar menggunting pakaian itu demi mempercepat proses penyatuan mereka.
“Dan membuat bapak sama ibu curiga karena melihat anaknya pulang dengan pakaian berbeda?” Ucap Zahra pelan.
“Saya akan pesankan kamu baju untuk kamu pakai pulang nanti. Sekarang kamu pakai baju saya dulu” Ucap Abhizar.
Zahra hanya diam menatap pakaian dalam genggaman Abhizar.
“Kamu mau pakai sendiri, atau saya pakaikan?” Tanya Abhizar saat Zahra tidak kunjung mengambil pakaian itu.
Dengan sangat terpaksa, Zahra menerima pakaian itu. Lalu beranjak ingin memasuki kamar mandi saat telinganya kembali mendengar Abhizar bertanya.
“Kamu mau kemana?”
“Pakai baju” Jawab Zahra singkat.
“Kamu bisa pakai baju disini. Saya juga mau pakai baju”
“Tidak terima kasih” Kembali Zahra menjawab dengan singkat.
Dan dengan otak cerdas Abhizar, lelaki itu langsung paham, alasan Zahra lebih memilih memakai baju dikamar mandi.
“Kamu malu, pakai baju didepan saya? ”Ucap Abhizar yang tidak mendapat balasan dari Zahra. Wanita itu mengabaikannya dan langsung memasuki kamar mandi. Tidak lupa mengunci pintunya.
Didalam kamar mandi, Zahra menatap pantulan tubuhnya di cermin. Abhizar meninggalkan banyak jejak menjijikkan di tubuhnya. Terutama bagian leher dan dadanya. Zahra menangis dengan berusaha meredam suaranya, tidak ingin sampai Abhizar mendengar dan memaksa untuk masuk.
Suara adzan dzuhur berkumandang. Membuat tangisan Zahra tidak dapat dibendung lagi. Dia meraung dengan sangat keras.
“Ampunkan aku Ya Allah” Ucap Zahra disela tangisnya. Tubuhnya kotor. Abhizar memperkosanya untuk kedua kalinya. Lelaki itu menyeretnya masuk kedalam kubangan dosa zina.
Dari luar kamar mandi, Abhizar tersentak kaget mendengar Zahra menangis kencang dan sesekali berteriak. Dia lantas bergegas mendekati pintu berwarna putih itu lalu mengetuk dan memanggil Zahra agar membuka pintunya.
“Zahra. Zahra kamu kenapa? Zahra buka pintunya”
Mendengar suara Abhizar, tangis Zahra semakin kencang.
“PERGIII. PERGII KAMU PERGII. SAYA BENCI KAMU ABHIZAR. SAYA BENCI KAMU” Teriak Zahra.
“Zahra buka pintunya!!” Tegas Abhizar berucap.
Masih tidak mendapat respon. Wanita ini benar-benar keras kepala, pikir Abhizar. Dengan kesabaran yang memang tidak banyak dia miliki. Abhizar menendang pintu kamar mandi tersebut. Hanya dengan sekali tendangan keras, pintu itu berhasil terbuka.
BRAK
Suara keras pintu yang didobrak. Membuat Zahra tersentak, dan melihat kearah pintu yang sudah terbuka, dengan Abhizar yang mulai berjalan mendekatinya.
Bodoh. Zahra merutuki dirinya sendiri. Saat ini dia sedang duduk dilantai, memeluk lututnya dengan tubuh telanjang. Seharusnya tadi dia langsung memakai pakaian.
“Kamu kenapa?” Tanya Abhizar berdiri didepan Zahra.
“Saya tidak apa-apa. Keluar. Saya mau pakai baju” Jawab Zahra dengan nada datar.
Menaikkan sebelah alisnya dan melipat kedua tangan didada.
“Tadi kamu bilang mau pakai baju dikamar mandi. Tapi kemudian dari luar saya dengar kamu menangis dengan kencang. Saat saya tanya, kamu malah berteriak dan mengusir saya. Dan saat ini, saya justru melihat kamu masih telanjang” Ucap Abhizar panjang lebar.
“Apa kamu pikir, setelah diperkosa untuk kedua kalinya. Saya akan baik-baik saja?” Ucap Zahra dengan penuh penekanan tanpa menatap Abhizar yang berdiri menjulang didepannya. “Saya hanya merasa jijik, saat melihat jejak menjijikan yang kamu tinggalkan di tubuh saya” Sambung Zahra. Dia yakin saat ini pasti Abhizar tengah emosi.
Tangan Abhizar mengepal mendengar ucapan Zahra. Namun dia harus berusaha meredam amarahnya.
“Kenapa kamu senang sekali memancing amarah saya Zahra?” Ucap Abhizar dengan nada dingin mencekam. Membuat Zahra merinding mendengarnya.
“Pakai baju kamu sekarang. Saya tunggu kamu di meja makan. 10 menit kamu tidak turun. Saya seret kamu kedepan orang tuamu. Dan mengatakan pada mereka, apa yang sudah kita lakukan tadi dan beberapa minggu lalu” Sambung Abhizar dengan nada penuh ancaman.
Setelahnya, lelaki itu berlalu meninggalkan Zahra dengan suara pintu kamar yang ditutup dengan sangat kencang. Sadar bahwa Abhizar sangat memegang perkataannya. Zahra bergegas memakai pakaian milik Abhizar.
Dan kurang dari 10 menit, Zahra telah berada di ruang makan. Dapat Zahra lihat, Abhizar sedang berkutat di depan kompor. Entah apa yang dimasak lelaki itu, namun aromanya berhasil membangkitkan rasa laparnya.
“Duduk. Sebentar lagi masakannya selesai” Tanpa berbalik Abhizar mengatakannya.
Daya peka lelaki itu cukup diacungi jempol, karena dapat menyadari keberadaan Zahra dibelakangnya. Tanpa diperintah dua kali, Zahra mengambil tempat duduk yang mengarah ketempat lelaki itu berada. Entah kenapa, Zahra terus ingin melihat Abhizar yang bergerak lincah didepan kompor. Cukup kaget karena lelaki itu memilih memasak dari pada memesan makanan untuk mereka makan.
Begitu melihat Abhizar yang memegang dua piring berjalan kearahnya, Zahra cepat-cepat mengalihkan pandangannya kearah lain. Tidak ingin ketahuan Abhizar, kalau dia sedang memperhatikan lelaki berkaos coklat dengan celana denim itu.
Abhizar meletakkan bawaannya diatas meja makan. Kemudian duduk diseberang Zahra dengan meja sebagai pembatas mereka. Saat Zahra melihat isi piring didepannya, ternyata yang Abhizar masak adalah spageti dengan udang dan cumi.
“Ayo makan. Saya harap kamu suka dengan rasanya” Ucap Abhizar sambil mulai menyantap makanannya.
Meski marah dan benci dengan Abhizar. Tapi berhubung perutnya sudah memberontak minta diisi. Akhirnya dengan terpaksa Zahra menyantap makanan buatan Abhizar. Dan terkejut dengan rasa makanan itu yang ternyata sangat enak. Zahra lantas melahap dengan semangat spageti seafood itu.
Abhizar yang diam-diam memperhatikan Zahra pun tersenyum. Lega karena Zahra terlihat suka dengan masakannya.
“Pelan-pelan saja, tidak ada yang mau minta makanan kamu” Ucap Abhizar menggoda Zahra.
Zahra yang tahu kalau Abhizar sengaja menggodanya pun seketika bersemu malu dan menunduk menyembunyikan wajahnya.
Senyum Abhizar semakin lebar melihat Zahra.
“Kamu juga boleh menghabiskan punya saya, kalau kamu masih lapar” Tawar Abhizar.
“Tidak. Saya sudah kenyang” Ketus Zahra menjawab, tepat setelah suapan terakhir masuk kedalam mulutnya.
Abhizar hanya terkekeh sambil menggeleng, lalu melanjutkan makannya. Dan sepertinya Zahra memang masih lapar, karena sekarang wanita itu tengah memperhatikannya sambil menjilati bibirnya. Wanita ini benar-benar menggemaskan. Saat Abhizar hendak menawari Zahra spagetinya, suara bel lebih dulu menginterupsinya.
“Sepertinya itu pesanan baju kamu. Kamu tunggu disini” Ucap Abhizar sambil beranjak dari meja makan. Saat baru berjalan beberapa langkah, Abhizar lantas teringat sesuatu dan berbalik melihat Zahra yang terus memperhatikan spageti miliknya.
“Kamu boleh menghabiskan spageti saya. Saya sudah kenyang, daripada saya buang” Kemudian berbalik sambil tersenyum karena sempat melihat pancaran senang di mata Zahra.
Begitu Abhizar hilang dari pandangan, Zahra lantas menarik piring Abhizar dan menghabiskan isinya.
Abhizar kembali saat Zahra sedang berdiri didepan wastafel. Abhizar melihat kearah meja makan yang sudah bersih. Meletakkan paper bag yang dia bawa keatas meja. Abhizar lantas berjalan perlahan mendekati Zahra. Merengkuh wanita itu kedalam dekapan. Membuat Zahra tersentak dan reflek menjatuhkan gelas yang tadi sedang dicuci ke wastafel.
“Abhizar lepas” Ucap Zahra sambil memukul tangan Abhizar.
“Tidak mau” Ucap Abhizar sambil meletakkan dagunya pada bahu kanan Zahra.
“Abhizar lepas. Mana baju yang kamu pesan untuk saya?”
“Diatas meja makan” Jawab Abhizar sambil mendekatkan wajahnya keleher Zahra. Membuat wanita itu merasa sangat risih.
“Minggir. Saya mau pakai baju. Saya mau pulang”
“Gimana kalau saya tidak ijini kamu pulang?”
“Kamu udah janji sama saya” Geram Zahra.
“Kamu saja tidak menepati janji kamu ke saya. Kenapa saya harus menepati janji saya ke kamu?” Tanya Abhizar sambil membalikkan tubuh Zahra menghadap kearahnya. Menatap dalam mata Zahra.
Zahra tahu persis janji apa yang dimaksud Abhizar.
“Kenapa diam?” Tanya Abhizar. “Sepertinya saya memang harus langsung menemui pak Rahman dan buk Ira. Dan mengatakan semua yang sudah terjadi diantara kita”
“Jangan Abhizar, saya mohon jangan. Saya akan batalkan lamaran Alzam pada saya. Saya janji” Mohon Zahra pada Abhizar dengan mata berkaca-kaca.
“Bagaimana kalau kamu kembali ingkar janji?” Tanya Abhizar sambil mengelus pipi Zahra.
“Tidak. Saya tidak akan ingkar janji Abhizar” Jawab Zahra dengan berurai air mata.
Abhizar menatap lama wajah Zahra. Kemudian menghapus jejak air mata diwajah cantik itu. Lantas membawa Zahra dalam dekapannya.
**
Tepat pukul dua siang, mobil pajero Abhizar terparkir didepan rumah Zahra. Tadi saat dirumah Abhizar, Zahra sempat melaksanalan shalat dzuhur. Bersujud bersimpuh memohon ampun pada Sang Maha Kuasa. Lalu setelahnya Abhizar mengantarkannya pulang. Sebelumnya, Zahra meminta Abhizar berhenti jauh dari rumahnya. Tapi lelaki itu menolak, dengan mengatakan kalau dia ingin singgah dan menyapa orang tua Zahra. Tentu saja Zahra khawatir. Zahra takut Abhizar mengatakan yang sebenarnya pada bapak dan ibunya.
“Kamu tidak perlu takut. Saya orang yang menepati janji. Saya benar-benar hanya ingin bersilaturahmi sekaligus memeriksa keadaan pak Rahman” Ucap Abhizar setelah mematikan mesin mobil.
“Bapak selalu rutin check up. Jadi kamu tidak perlu periksa bapak” Ucap Zahra yang justru diabaikan oleh Abhizar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang kau paksa hancur
Romance"Katanya cinta tak harus memiliki. Omong kosong. Bagi saya mencintai berarti harus memiliki. Sejak pertama saya melihat kamu, sejak saat itu kamu milik saya. Akan saya lakukan segala cara, sekalipun itu membuatmu membenci saya". Abhizar Albirru