Bab 15

3.2K 139 9
                                    

Hari yang di nanti-nanti oleh Abhizar akhirnya datang juga. Hari dimana akhirnya dia dapat memiliki sang pujaan hati, Zahrana Bilqis.

Ya, hari ini adalah hari pernikahan yang telah ditentukan Abhizar seminggu lalu. Senyuman terus terpatri diwajah Abhizar. Saat ini, dia sedang berada disalah satu kamar hotel, bersiap sebelum menuju aula hotel untuk melakukan ijab kabul. Sementara Zahra, berada dikamar lainnya yang nantinya akan menjadi kamar pengantin mereka. Mengingat Zahra, membuat senyumannya semakin mengembang.

Ketiga sahabat Abhizar yang melihat tingkah polah Abhizar hanya menggeleng, mencoba untuk memaklumi. Mereka tahu hari ini adalah hari bahagia bagi sahabat mereka itu. Meski untuk sampai ke titik ini, sahabat mereka itu harus melakukan tindakan yang salah. Tapi, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Toh, Abhizar juga bertanggung jawab untuk menikahi Zahra. Walaupun mereka tahu itulah niat Abhizar memperkosa Zahra.

Disisi lain, Zahra memandang kosong pantulan dirinya di cermin. Wajahnya telah terpoles dengan riasan yang terkesan natural. Dengan gaun pengantin vintage berwarna putih yang membalut tubuh mungilnya. Membuat Zahra terlihat sangat cantik. Itulah yang dikatakan oleh Luna, penata riasnya. Namun sayang, wajah ayu itu tidak memperlihatkan rona bahagianya, melainkan raut sedih. Bahkan matanya sering mengeluarkan lelehannya. Sudah berkali-kali Luna mengatakan untuk jangan menangis, karena akan membuat riasan wajahnya luntur. Tapi air mata itu tidak juga berhenti. Alhasil, Luna hanya pasrah dan melenggang keluar setelah membuat wajah si calon pengantin bak puteri kerajaan.

Luna heran, kenapa calon pengantin wanitanya terlihat begitu muram. Padahal, dia akan menikah dengan seorang dokter kaya pemilik rumah sakit besar. Berbeda dengan sang dokter yang merupakan pengantin pria terlihat bahagia di hari pernikahan mereka. Apa si wanita tidak mencintai si pria? Tapi jika tidak cinta kenapa menikah?, tanya Luna dalam benaknya. Merasa itu bukan urusannya, Luna tidak ingin ikut campur. Tugasnya hanya merias sang pengantin wanita.

Setelah Luna pergi, tinggalah Zahra sendiri dikamar itu. Tangisan Zahra semakin kencang. Sesak didada sudah tidak dapat dibendung lagi. Zahra teringat dengan kejadian seminggu lalu.

Flashback

Mobil Abhizar melaju dengan kecepatan sedang menuju kesalah satu butik terkenal milik kenalannya.

“Mulai besok saya tidak mau kamu mengajar lagi” Ucap Abhizar menghentikan keheningan di dalam mobil itu.

Ucapan Abhizar langsung membuat Zahra menoleh kearah lelaki besar itu. Sejak tadi pandangan Zahra hanya fokus menatap keluar melalui jendela disampingnya dengan fikiran mengenai Alzam yang tertinggal didepan gerbang tempatnya mengajar.

“Saya nggak mau” Tolak Zahra dengan tegas. Membuat Abhizar geram, pegangannya di kemudi mengetat. Abhizar paling tidak suka dibantah.

“Mau tidak mau, suka tidak suka. Saya tetap tidak akan mengizinkan kamu untuk mengajar disana lagi” Tegas Abhizar.

“Tapi kenapa? Menjadi seorang pengajar adalah impian saya dari dulu. Sudah cukup kamu menghancurkan impian saya Abhizar. Saya mohon jangan lagi” Ucap Zahra dengan nada kesal.

“Saya tetap pada keputusan saya. Saya tidak mau, dengan kamu masih mengajar disana membuat si brengsek itu terus menemui kamu”
“Namanya Alzam, dan dia bukan brengsek. Tapi kamu Abhizar, kamu” Marah Zahra pada lelaki besar disampingnya itu.

Sementara Abhizar menarik sedikit sudut bibirnya. Tidak perduli dengan umpatan wanita itu yang ditujukan untuknya. Karena dia juga sadar bahwa dia sudah menjadi lelaki brengsek untuk wanita itu karena menolak lamarannya.

Saat berada dibutik, Zahra sama sekali tidak tertarik dengan gaun serta pakaian mewah yang disediakan dibutik itu. Zahra tahu masing-masing pakaian yang ada disana pasti memiliki harga yang cukup fantastis. Meski terlihat indah, namun Zahra tidak menginginkannya.

Zahra hanya diam saat Abhizar memintanya untuk memilih gaun mana yang ingin dia pakai di hari pernikahan mereka minggu depan. Akhirnya dengan berusaha bersabar, Abhizar memilihkan sendiri gaun untuk calon istrinya itu.

Setelah dari butik, mereka berlalu ke toko perhiasan. Sama seperti saat disuruh memilih gaun. Zahra juga hanya diam saat Abhizar bertanya perhiasan mana yang di sukai wanita itu. Abhizar menghembuskan nafas panjang, berusaha menahan emosi yang mulai tersulut akibat sikap abai Zahra. Sekali lagi Abhizarlah yang juga memilih perhiasan untuk Zahra. Pilihan Abhizar jatuh pada satu set perhiasan  yang berisi kalung, gelang, cincin dan sepasang anting.

Dari toko perhiasan, Abhizar sengaja membawa Zahra makan disalah satu restoran. Zahra hanya diam, merasa enggan untuk berbicara pada lelaki yang paling dibencinya itu. Sementara Abhizar, dengan susah payah menekan emosinya, mencoba untuk lebih bersabar lagi menghadapi sang calon istri.

Pukul empat sore, mobil Abhizar berhenti tepat didepan rumah Zahra. Zahra lantas membuka sabuk pengamannya dan ingin langsung keluar. Namun pintu mobil itu tidak bisa dibuka saat dia berusaha membukanya.

“Buka pintunya. Saya mau keluar” Ucap Zahra pada Abhizar yang ternyata sedang menatapnya dengan tajam.

“Kamu senang sekali membuat saya marah ya” Kata Abhizar dengan rahang mengetat.

“Saya salah apa lagi?” Tanya Zahra dengan raut bingung. “Bukankah saya sudah menuruti semua keinginan kamu?” Sambung Zahra.

“Kamu bertanya salah kamu apa?” Tanya Abhizar dengan satu alis menukik tajam. “Kamu mempermalukan saya didepan banyak orang dengan sikap acuh kamu. Kamu memperlihatkan keengganan kamu menikah dengan saya!!” Marah Abhizar dengan meninggikan suaranya satu oktaf.

“Karena memang itu kenyataannya. Saya tidak ingin menikah dengan kamu” Ucap Zahra dengan santai tanpa mau menatap Abhizar.

Dengan sekali tarikan Abhizar membawa tubuh Zahra mendekat kearahnya. Membuat wanita itu terkejut lantaran jarak mereka yang terlalu dekat. Zahra berusaha mendorong tubuh Abhizar, namun tubuh lelaki itu tidak bergerak sama sekali.

“Dengar Zahra, sekeras apapun kamu mencoba untuk menolak. Pada akhirnya kamu akan tetap menjadi istri saya. Milik saya” Desis Abhizar dengan penuh penekanan. “Kamu tidak akan bisa lari dari saya” Sambung Abhizar.

Setelahnya Abhizar membiarkan Zahra keluar dari mobilnya.

**

Malam harinya didalam kamar, Zahra terus melamun sambil memikirkan cara untuk membatalkan pernikahannya dengan Abhizar. Apa dia harus memberitahu keburukan Abhizar pada orang tuanya? Tapi itu pasti akan membuat orangtuanya terkejut. Dan yang paling buruk akan berimbas ke kesehatan bapaknya.

Atau, apa dia harus kabur saja? Tapi Abhizar pasti punya cara untuk menangkapnya atau membuatnya kembali. Lelaki itu pasti akan memanfaatkan orangtuanya. Jadi, sekarang apa yang harus dia lakukan? Tanya Zahra pada dirinya sendiri.

Ditengah kekalutan fikirannya. Ponselnya berdering menampilkan nama pemanggil, Laras.

Hmm, sahabatnya itu pasti ingin menagih cerita dibalik batalnya pernikahannya dengan Alzam. Laras sudah menghubunginya sejak Abhizar membawanya ke toko perhiasan, namun Zahra tidak mengangkatnya karena larangan dari Abhizar. Dan sekarang Zahra harus menjawab panggilan sahabatnya itu karena Zahra tahu, Laras tidak akan berhenti. Tingkat ke kepoan sahabatnya itu begitu tinggi.

Saat Zahra menempelkan benda canggih perseginya ketelinga, setelah terlebih dahulu menggeser ikon hijau dilayar. Suara keras Laras menyambut telinganya.

“Kamu kemana aja sih ra?” Tanya Laras di ujung sana dengan nada kesal. “Kenapa dari tadi di telfonin nggak bisa-bisa?” Sambung sahabatnya itu.

Zahra menarik nafas sekali sebelum menjawab pertanyaan Laras.

“Lagi ada urusan” Ungkap Zahra singkat.

“Urusan apa? Emang penting banget ya, sampai nggak bisa angkat telfon?”

“Kamu telfon aku Cuma mau marah-marah nggak jelas?” Tanya Zahra dengan nada malas.

“Alzam kecelakaan” Ucap Laras yang langsung membuat Zahra terkejut lantas berdiri.

“Apa? Kamu jangan bercanda ras” Ucap Zahra dengan perasaan khawatir.

“Kamu fikir aku bercanda. Mending sekarang kamu langsung dateng kerumah sakit. Alzam masih di UGD” Ucap Laras sebelum mematikan ponselnya dan setelah menyebutkan nama rumah sakit tempat Alzam dirawat pastinya.

Dan jantung Zahra rasanya semakin berdetak kencang saat tahu Alzam dirawat di rumah sakit milik Abhizar. Jika dia pergi kerumah sakit, kemungkinan terbesarnya dia akan bertemu dengan Abhizar. Lelaki besar itu pasti akan bertanya alasannya berada di rumah sakit itu. Dan Zahra tidak yakin Abhizar akan mengizinkannya untuk sekedar melihat atau mengetahui keadaan Alzam.

Tapi, perasaan khawatirnya pada Alzam lebih besar dari pada rasa takutnya pada Abhizar. Zahra hanya berharap semoga kali ini keberuntungan berpihak padanya. Zahra hanya ingin mengetahui keadaan lelaki yang sampai detik ini masih dia cintai itu.

Namun sayang, masih berada di lobby rumah sakit, Zahra langsung berdiri kaku. Lagi dan lagi keberuntungan tidak berpihak padanya jika sudah berhubungan dengan lelaki bertubuh besar memakai jas putih lengkap dengan stetoskop dileher kekarnya. Yang saat ini berjalan kearahnya dengan tatapan seolah bertanya apa yang membuatnya datang kerumah sakit malam-malam begini.

“Apa yang sedang kamu lakukan disini? Apa bapak kambuh lagi? Kenapa tidak telfon saya biar saya jemput. Sekarang pak Rahman dimana?” Begitu berdiri didepan Zahra, Abhizar langsung memberondong Zahra dengan pertanyaan yang membuat Zahra bingung menjawabnya.

“Bapak..baik baik aja” Ucap Zahra sedikit gugup.

Dan jawaban Zahra menciptakan kerutan pada dahi Abhizar.

“Kalau begitu, kenapa kamu ada disini?” Tanya Abhizar. Tersirat dibenak Abhizar, tentang kemungkinan Zahra kerumah sakit untuk bertemu dengannya.

Belum sempat Zahra menjawab pertanyaan Abhizar. Tiba-tiba saja ada suara lain yang memanggil namanya. Saat menoleh kesumber suara, Zahra melihat Laras berjalan tergesa menghampirinya.

“Ya ampun akhirnya kamu sampai juga” Ucap Laras begitu sampai didepan Zahra. “Alzam udah dipindahin keruang rawat. Kita langsung kesana aja” Sambung sahabatnya itu sambil memegang tangan Zahra berniat untuk membawa Zahra menuju ruang rawat Alzam. Namun tertahan karena Abhizar mencekal pergelangan tangan Zahra.

Laras yang baru tersadar akan kehadiran lelaki bertubuh besar dengan jas putih dan stetoskop yang menggantung dilehernya lantas mengerutkan kening pertanda bingung.

“Maaf dok, bisa lepasin tangan temen saya?” Ucap wanita itu sedikit jengkel.

Laras memang belum pernah melihat Abhizar. Zahra hanya sekedar memberitahu sahabatnya itu tentang sosok Abhizar yang mau membantu biaya pengobatan bapaknya.

“Jadi kamu kesini mau menemui lelaki itu” Desis Abhizar sambil menatap tajam Zahra. Mengabaikan pertanyaan Laras.

“Saya cuma mau memastikan keadaan Alzam. Saya janji, saya akan langsung pulang setelah tahu Alzam baik-baik saja” Ucap Zahra dengan sorot mata memohon membalas tatapan tajam Abhizar.

“Saya tidak mengizinkan kamu untuk menemui laki-laki itu” Tegas Abhizar.

Laras yang bingung lantas berujar.

“Ih apaan sih. Memangnya anda itu siapa ngatur-ngatur temen saya” Ucap Laras dengan sengit. “Dia siapa sih Ra? Kamu kenal sama dia?” Sambung Laras bertanya pada Zahra.

“Dia..” Ucap Zahra namun terpotong oleh suara berat Abhizar.

“Saya calon suami Zahra”

Dan tentu saja, ucapan Abhizar membuat Laras langsung menatap Zahra seakan menanyakan kebenaran dari ucapan lelaki besar itu. Anggukan kepala Zahra membuat Laras terkejut.

“Ayo pulang” Ucap Abhizar sambil memegang tangan Zahra.

“Abhizar, saya mohon. Saya hanya ingin melihat dan tahu keadaan Alzam” Ucap Zahra.

“Sudah ada dokter yang menanganinya. Dan jangan lupakan kalau dia masih punya keluarga yang pastinya akan berada disampingnya” Ucap Abhizar dengan mulai berjalan sambil menarik Zahra yang berusaha melepas genggamannya.

“Sebentar saja Abhizar, tolong izinkan saya melihat Alzam. Kita akan menikah. Saya janji, ini terakhir kalinya saya menemui Alzam” Ucap Zahra dengan penuh permohonan. Air mata telah mengalir dipipinya.

Abhizar diam tidak langsung membalas ucapan Zahra. Matanya tajam menatap Zahra. Sementara Zahra berharap agar Abhizar sedikit luluh.

Menghembuskan nafas sejenak. Abhizar lantas berkata.

“Baik, saya izinkan” Ucap Abhizar, yang langsung membuat Zahra lega. “Tapi ingat dengan janji kamu Zahra. Ini yang terakhir. Jangan mencoba menguji kesabaran saya” Sambung Abhizar.

Dan malam itu Zahra bisa melihat Alzam, meski hanya melalui kaca pintu didepan ruang rawat lelaki itu. Karena ternyata ummi Lya melarangnya bertemu Alzam. Dan dari kaca kecil di pintu itu, Zahra dapat melihat Alzam yang terbaring di brankar rumah sakit, dengan beberapa alat medis yang menempel ditubuh lelaki itu. Yang menjadi bukti seberapa parah kecelakaan yang Alzam alami.

Zahra menangis, sedih dan merasa bersalah. Zahra menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan yang menimpa Alzam. Lelaki itu, lelaki yang dia cintai terluka karenanya.

Zahra tidak lama berada disana. Karena sosok Abhizar yang selalu berada disampingnya langsung menyeret Zahra. Hanya 10 menit waktu yang Abhizar berikan pada Zahra, untuk sekedar melihat Alzam. Zahra tahu, Abhizar senang saat Zahra mendapat penolakan dari ummi Lya.

Malam itu ditutup dengan Abhizar yang mengantarnya pulang. Bahkan Abhizar tidak memberikannya kesempatan untuk sekadar pamit pada sahabatnya, Laras. Dan sebelum berpisah dari mobil. Abhizar memberi peringatan keras pada Zahra untuk berhenti berhubungan dengan Alzam. Lelaki itu mengancam akan menghukum Zahra jika sampai Zahra melangagar peringatannya itu. Dan Zahra jelas tahu hukuman apa yang dimaksud oleh lelaki bertato dan bertubuh besar, juga jangan lupakan wajahnya yang menyeramkan itu.

Flashback off

Sekarang tepatnya di aula hotel yang telah disulap menjadi tempat dimana pernikahan Abhizar dan Zahra dilaksanakan. Zahra telah didudukkan dikursi pengantin yang berada diatas panggung dengan dokarasi yang cantik.

Sementara Abhizar berada di bagian sebelah kanan panggung. Tempat dimana ijab kabul dilaksanakan. Abhizar duduk didepan sang bapak. Disamping Abhizar ada Zaki Albirru, papa Abhizar. Sementara disamping pak Rahman ada penghulu. Dan jangan lupakan dua orang saksi.

Ucapan sah dari semua orang menyentak Zahra yang sejak tadi hanya terdiam dengan pandangan kosong. Sekarang, statusnya telah menjadi istri dari seorang Abhizar Albirru. Lelaki yang telah memperkosanya dengan kejam. Zahra tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidupnya kedepannya.

💞💞
Hai hai haaiii👋
Othor vakum lama banget yaa, maaf yaa😚🙏. Othor lagi kemalangan jadi nggak ada mood buat up. Ditambah kerjaan yang banyak banget🥲.

Semoga aja masih ada yang nungguin kebrengsekannya dokter Abhizar yaa🤭

Btw nama sahabatnya Zahra othor ganti jadi Laras yaa😁

Aku yang kau paksa hancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang