Bab 20 aku yg kau paksa hancur
“Aaggghhhhhh, BERENGSEK” Suara teriakan itu menggema didalam kamar luas yang bernuansa purple itu. Kamar yang biasanya terlihat rapi itu kini berantakan. Barang barang hancur berserakan dilantai. Bukan karena habis terkena gempa, melainkan karena menjadi sasaran amarah dari sang pemilik kamar sendiri.
Wanita itu, Viona nick. Wanita yang berprofesi sebagai seorang model. Memiliki wajah cantik serta bentuk tubuh menawan yang dapat memikat para pria. Banyak pria memujanya, berusaha untuk menjadi kekasihnya.Namun tidak ada yang berhasil mendekatinya karena bagi Viona hanya ada satu lelaki yang berhak memilikinya. Dia adalah Abhizar Albirru, sosok lelaki yang telah lama dia cintai. Viona masih ingat dulu saat pertama kali mereka bertemu.
Flashback
Waktu itu, Viona masih berusia 9 tahun. Dia baru saja sampai di rumah barunya bersama sang papi. Hanya dia dan papinya, karena maminya sudah meninggal sejak dia lahir. Sang papi yang dipindah tugaskan, memboyong Viona untuk pindah kerumah baru. Disaat semua orang sedang sibuk memindahkan serta menyusun barang, Viona bermain sendirian. Viona yang sedang bermain sendirian pun merasa bosan, akhirnya dia meminta izin kepada bik Jum pembantu yang sudah merawatnya dari kecil, untuk bermain di lapangan yang terdapat di komplek perumahan mereka itu. Bagaimana Viona bisa tau di komplek itu ada lapangan? Tentu saja karena dia melihatnya saat mobil mereka memasuki komplek tadi.
Setelah mendapatkan izin, Viona langsung bergegas menuju lapangan. Sesampainya disana, Viona melihat ada banyak anak anak yang sedang bermain. Beberapa anak laki laki sedang bermain sepak bola. Ada juga beberapa anak perempuan yang sedang bermain lompat tali.
Viona yang belum mengenal siapapun disitu enggan untuk mendekat. Dia lebih memilih untuk melihat dari pinggir lapangan saja. Sambil sesekali matanya berkeliling melihat sekitar. Sampai pandangannya tertuju pada seorang anak lelaki yang sedang berjongkok di pinggir kolam. Dari posisinya saat ini, Viona tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh anak lelaki itu. Dan entah kenapa ada rasa penasaran dalam diri Viona sehingga membuat kedua kakinya melangkah mendekati bocah itu.
“Kamu sedang apa?” Tanya Viona yang berhasil membuat anak lelaki itu terkejut dan langsung menoleh kearahnya.
Ditangan anak lelaki itu ada sebungkus jajanan. Saat Viona melihat kearah kolam barulah Viona tahu kalau anak lelaki itu sedang memberi makan ikan-ikan yang ada didalam kolam tersebut.
Tidak mendapatkan respon apapun, Viona kembali membuka suara.
“Kamu sedang memberi makan ikan-ikan itu?” Tanya Viona yang dia sudah tahu sendiri jawabannya. Tapi tetap dia tanyakan karena ingin mendapat respon dari lawan bicaranya.
Namun, yang Viona dapatkan justru sebuah pengabaian. Anak lelaki itu malah melangkah meninggalkan dirinya. Viona dibuat tercengang oleh sikap anak lelaki itu. Merasa tidak terima, Viona mencoba mengejar anak lelaki itu.
“Hey, tidak sopan meninggalkan orang yang sedang mengajakmu berbicara” Ucap Viona dengan tegas.
Anak lelaki itu hanya menatap wajahnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun kemudian kembali meninggalkannya. Viona yang kesal menghentakkan kakinya dan lantas berbalik menuju rumahnya.
Malam harinya didalam kamarnya yang bernuansa purple, Viona masih saja kesal saat kembali mengingat sikap anak lelaki yang dia temui ditaman. Padahal dilihat dari tubuhnya anak lelaki itu pasti lebih dewasa darinya. Seharusnya anak lelaki itu bisa bersikap lebih sopan kepada dia yang lebih muda. Merasa sudah mengantuk akhirnya Viona kecil lebih memilih untuk tidur, daripada terus memikirkan orang yang membuatnya kesal. Lagipula besok adalah hari pertamanya sekolah di sekolah baru. Dia tidak boleh terlambat.
Pagi harinya, Viona sudah siap dengan seragam putih merahnya dengan rambut panjang terurai berhiaskan bando berwarna purple. Dia lantas bergegas turun dari kamarnya dan menuju kearah meja makan. Seperti biasa, hanya ada bik Jum tanpa sang papi yang pasti sudah berangkat kerja.
“Pagi non Vio” Sapa bik Jum sambil tersenyum menyambut anak majikannya itu.
“Papi udah berangkat kerja bik?”
“Sudah non. Non sarapan ya, habis itu baru berangkat sekolah diantar pak Ujang” Ucap bik Jum.
Beginilah setiap hari yang dilalui oleh Viona kecil. Sang papi tidak pernah ada waktu untuknya. Dirinya selalu ditemani oleh bik Jum atau pak Ujang. Sementara sang papi lebih sibuk dengan pekerjaannya. Sering Viona membayangkan agar sang papi lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, tapi bik Jum selalu bilang, kalau sang papi bekerja keras juga untuk dirinya. Akhirnya Viona hanya diam dan berdoa semoga kelak papinya tidak sibuk kerja lagi.
Sesampainya disekolah, Viona langsung diarahkan untuk menuju keruangan kepala sekolah. Setelahnya, bersama seorang guru wanita bernama Susan selaku wali kelasnya, Viona diajak untuk memasuki ruang kelas.
Ketika pertama kali memasuki kelas tersebut semua anak-anak yang tadinya berisik menjadi terdiam, entah karena melihat wali kelasnya masuk atau karena melihat ada siswi baru yang berjalan dibelakang wali kelas mereka.
“Selamat pagi semua” Ucap ibu Susan yang disambut oleh semua murid dalam kelas tersebut.
“Mulai hari ini kita akan punya teman baru. Silahkan perkenalkan diri kamu” Ucap Ibu Susan diakhiri senyuman kearah Viona yang terlihat malu-malu.
“Hai semua, perkenalkan nama saya Viona Nick. Kalian bisa panggil saya Viona atau Vio. Salam kenal yaa” Ucap Viona.
“Salam kenal Viona” Jawab seluruh kelas dengan semangat.
Viona merasa senang melihat respon seluruh teman sekelasnya. Sampai pandangannya bertemu dengan salah satu anak lelaki yang mengabaikannya kemarin sore. Tentu saja Viona terkejut, dalam benaknya bertanya kenapa anak itu ada disini, dikelasnya? Bukankah seharusnya anak itu ada di sekolah menengah pertama? Aaaa Viona tahu pasti anak itu tidak naik kelas, benar pasti begitu, Fikir Viona.
Saat istirahat Viona senang karena dirinya sudah memiliki banyak teman. Tapi ditengah-tengah kesenangannya Viona melihat anak lelaki itu bermain sendirian. Terlihat bagaimana reaksi anak-anak lain yang sama sekali tidak ingin bermain dengan anak lelaki itu. Karena penasaran akhirnya Viona bertanya pada teman-temannya.
“Dia siapa?” Tanya Viona sambil mengarahkan dagunya kearah anak lelaki itu.
Ketiga temannya yang bernama Tika, Bira dan Sela melihat kearah yang dimaksud oleh Viona.
“Anak yang badannya besar itu maksud kamu?” Tanya Bira yang langsung diangguki oleh Viona. Karena memang benar tubuh anak lelaki itu cukup besar dan sangat berbeda dari anak-anak lain.
“Namanya Abhizar, Abhizar Albirru. Dia sekelas sama kita kok. Tapi jangan deket-deket sama dia ya” Ucap Bira yang membuat Viona bingung.
“Kenapa?” Tanya Viona.
“Dia itu jahat” Ucap Sela yang semakin membuat Viona bingung.
“Kata mamaku dia itu udah buat bunda sama adiknya ditabrak sama mobil. Bundanya meninggal terus adiknya masuk rumah sakit” Jelas Tika, membuat Viona terkejut mendengarnya.
“Iya bener itu. Pokoknya kamu jangan deket-deket deh sama dia. Lagian liat tuh badannya aja serem, anak usia 9 tahun tapi kok badannya besar banget” Ucap Bira dengan nada nyinyir seperti orang dewasa.
“Loh dia seumuran sama kita?” Tanya Viona yang diangguki oleh ketiga temannya. “Aku fikir dia itu tidak naik kelas”.
“Hmm.. dia itu anak paling pintar dikelas kita jadi mana mungkin tinggal kelas” Jawab Bira.
Setelah mendengar ucapan dari teman-temannya sejenak Viona memandang anak lelaki bernama Abhizar itu dari tempatnya duduk. Wajah anak lelaki itu benar-benar datar tanpa ada senyuman. Mungkin teman-temannya benar, menjauh dari Abhizar itu lebih baik, fikir Viona.
Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa sudah melewati bulan kedua Viona dan sang papi pindah kekota baru itu.
Viona baru saja selesai dari mengikuti les musik disekolah barunya itu. Saat melihat kearah parkiran belum ada mobil BMW putih yang di gunakan untuk mengantar jemput Viona, dengan pak ujang sebagai supirnya.
Alhasil dengan tubuh yang sudah lelah membuat Viona kesal dan terpaksa harus menunggu supirnya itu. Karena biasanya pak Ujang selalu tepat waktu menjemputnya.
Ketika sedang menunggu jemputan tiba-tiba saja ada lima orang anak lelaki berseragam putih biru mendekati Viona yang terduduk sendirian didepan gerbang sekolah. Dan kelimanya langsung mengepung Viona.
“Sini uang kamu” Ucap salah satunya dengan menadahkan tangan ke depan muka Viona dengan tampang bak preman.
“Nggak ada” Ucap Viona.
“Masih kecil udah berani bohong” Ucap yang lain.
Viona tahu, anak-anak lelaki didepannya ini adalah anak-anak pemalak. Menganggap dirinya kecil padahal mereka sendiri juga masih tergolong sebagai anak kecil, namun sudah merasa sok jagoan. Tapi karena mereka berlima dan Viona sendiri, tentu saja Viona tidak berani. Terlebih perawakan anak-anak lelaki itu lebih besar dari dirinya. Tapi untuk menyerahkan uang miliknya tentu tetap tidak akan menjadi pilihan Viona.
“Udah ambil paksa aja tasnya” Ucap salah satu anak dari kelima itu.
Alhasil terjadi adegan tarik menarik antara Viona dan kelima anak lelaki itu. Viona berusaha mempertahankan tasnya namun karena kalah jumlah dan tenaga, alhasil tasnya sudah berada ditangan salah satu anak-anak nakal itu.
“Kembalikan tas aku” Ucap Viona dengan tampang marah namun ingin menangis diwaktu yang sama.
Kelima anak lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan ucapan Viona. Mereka justru membongkar isi tas Viona dengan mengeluarkan semua barang yang ada di dalamnya untuk mendapatkan yang mereka mau.
Melihat itu semua tentu saja Viona tidak tahan dan kembali ingin merebut tasnya, namun tubuhnya justru didorong oleh salah satunya. Membuat Viona jatuh dan mengakibatkan lututnya tergores. Viona menangis karena mendapat perlakuan seperti itu, melihat ke kanan dan kiri untuk mencari pertolongan dari orang yang lebih dewasa darinya, namun ternyata nihil. Didepan gerbang sekolahnya sudah sepi.
Ditengah kepasrahannya, tiba-tiba saja datang wali kelas beserta satpam sekolahnya.
“Hei kalian.. Hentikan!!” Ucap ibu Susan.
Melihat ada guru dan satpam yang berjalan kearah mereka, kelima siswa itu otomatis langsung melarikan diri.
“Hei jangan lari kalian” Ucap satpam sekolah.
“Sudah pak biarkan saja” Ucap ibu Susan.
Melihat Viona yang terduduk menangis sambil berusaha memasukkan barang-barangnya kedalam tas, ibu Susan lantas membantu.
“Kamu tidak apa-apa Vio? Apa ada yang terluka?” Tanya ibu Susan sambil meneliti keadaan siswinya.
“Lutut Vio berdarah buk. Sakiitt” Jawab Vio dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
Ibu Susan lantas melihat kearah lutut Vio yang memang sedikit mengeluarkan darah. Akhirnya ibu Susan meminta bantuan satpam untuk menggendong Viona menuju ruang UKS.
Didalam ruang UKS ibu Susan mengobati luka dilutut Viona.
“Sudah, lukanya sudah disteril. Nanti pasti akan cepat sembuh” Ucap ibu Susan.
“Terima kasih buk”
“Iya sama-sama. Kamu juga harus berterima kasih ke Abhizar” Ucap ibu Susan yang membuat Viona bingung.
“Kenapa?” Tanya Viona.
“Karena Abhizar yang berlari keruangan ibu dan kasih tahu ibu kalau kamu lagi diganggu sama anak-anak nakal itu”
Mendengar ucapan ibu Susan tentu saja membuat Viona terkejut. Bukankah itu tandanya Vio berhutang budi kepada Abhizar.
Keesokan harinya disekolah saat waktu istirahat. Viona sengaja menyuruh teman-temanya untuk pergi kekantin sekolah terlebih dahulu dengan alasan dia harus menemui ibu Susan. Padahal sebenarnya Viona menunggu sampai hanya ada dia dan Abhizar saja dikelas itu. Disaat semua teman-temannya sudah pergi dan hanya ada dirinya dan Abhizar. Viona lantas berjalan menuju tempat duduk Abhizar. Tidak lupa ditangannya ada sebungkus coklat sebagai ucapan terima kasih.
“Hai” Ucap Viona dengan gugup, namun berhasil membuat Abhizar menatap kearahnya. Tentu saja dengan wajah datar tanpa ekspresi.
“Ini untuk kamu” Sambil mengangsurkan coklat digenggamannya kearah Abhizar. “Makasih ya, kalau kamu nggak manggil buk Susan, pasti anak-anak itu udah ambil semua uang aku” Sambung Viona dengan coklat yang masih belum diambil Abhizar.
Abhizar menatap kearah coklat ditangan Viona. Perutnya sangat lapar, mengingat tadi pagi dia sama sekali belum sarapan. Papanya melarangnya untuk sarapan karena sang papa jijik jika harus semeja dengan dirinya.
Melihat Abhizar yang diam menatap coklat ditangannya mebuat Viona gemas dan langsung mengambil tindakan sendiri. Viona lantas meraih tangan Abhizar dan meletakkan coklat itu ditangan Abhizar. Namun reaksi Abhizar justru membuat Viona terkejut. Abhizar berteriak kesakitan, bahkan ada setitik air mata diujung mata anak lelaki itu.
“Kenapa?” Tanya Viona yang tidak ditanggapi Abhizar.
Saat melihat kearah tangan Abhizar barulah Viona tahu alasan kenapa Abhizar teriak. Tangan Abhizar terluka.
“Tangan kamu kenapa?”
“Nggak papa” Jawab Abhizar sambil berusaha untuk pergi, namun dihalau oleh Viona.
“Jelas-jelas tangan kamu luka. Masih bisa bilang nggak papa. Ayo keruang UKS, tangan kamu harus diobati” Ucap Viona.
“Nggak perlu” Tolak Abhizar.
“Tapi Abhizar..”
“AKU BILANG NGGAK PERLU” Belum sempat Viona menyelesaikan perkataanya, Abhizar langsung memotong dengan membentak Viona. Membuat anak perempuan itu terkejut.
“Bukannya kamu juga sama kayak yang lain. Menganggap aku penjahat yang udah bunuh bundaku. Jadi nggak usah sok peduli” Ucap Abhizar sambil berjalan pergi meninggalkan Viona yang terdiam kaku.
Dua hari kemudian tepat dihari minggu. Saat ini Viona sudah berdiri didepan pagar rumah Abhizar. Kemarin Viona mengikuti Abhizar untuk mengetahui dimana rumah anak lelaki itu. Dan tadi pagi, Viona memaksa bik Jum untuk membuatkan brownis coklat yang enak karena Viona ingin memberikannya kepada Abhizar sebagai permintaan maaf dan terima kasih. Viona terus terpikir dengan perkataan Abhizar. Viona tidak pernah menganggap Abhizar pembunuh, Viona hanya kesal karena dihari pertama mereka bertemu, anak lelaki itu justru mengacuhkannya.
Disaat Viona ingin menekan bel disamping pagar besi tinggi itu, tiba-tiba didepan sana pintu rumah besar itu terbuka. Dan dari dalam rumah seorang lelaki dewasa terlihat mendorong tubuh Abhizar yang menyebabkan anak lelaki itu jatuh tersungkur ke tanah. Tidak berhenti disitu, lelaki dewasa itu juga menendang tubuh Abhizar. Tentu saja Viona yang melihat sangat terkejut.
“DASAR BRENGSEK. KARENA KAMU ISTRIKU MATI, ANAKKU KOMA BAHKAN HAMPIR SEKARAT. KENAPA BUKAN KAMU SAJA YANG MATI. KENAPA HARUS ISTRIKU HAAH!!!” Ucap lelaki dewasa tersebut tanpa belas kasih pada seorang anak lelaki yang hanya bisa meringkuk mencoba menahan rasa sakit. Karena jikapun dia melawan itu justru akan menambah kadar kemarahan sang papa.
Karena keterkejutannya, membuat Viona terdiam kaku. Oh ayolah, dirinya hanya anak perempuan berusia 9 tahun. Melihat kekerasan didepan matanya itu justru manakutinya. Alhasil dengan kaki gemetar Viona berbalik dan berlari kembali kerumahnya. Saat sampai dirumah pun Viona tidak memperdulikan pertanyaan bik Jum dan langsung berlari menuju kamarnya.
Sekarang Viona tahu, kalau bekas luka yang ada ditangan Abhizar disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh lelaki dewasa itu. Siapa lelaki dewasa itu? Kenapa dia melakukan itu pada Abhizar?
Sejak saat itu Viona berusaha mendekati Abhizar. Walau awalnya selalu diacuhkan. Namun ternyata lama kelamaan Abhizar luluh juga, meski jarang berbicara tapi setidaknya Abhizar sudah tidak mengacuhkannya lagi. Viona sering membawakan Abhizar makanan, karena ternyata anak lelaki itu sering tidak makan dan tidak membawa bekal. Itu mungkin yang menyebabkan tubuh Abhizar tinggi namun kurus. Dan dari kedekatan itu pula Viona jadi tahu bahwa lelaki dewasa itu adalah papa Abhizar sendiri. Dan Viona juga tahu alasan mengapa Abhizar mendapat perlakuan buruk dari papanya.
Seiring berjalannya waktu, Abhizar semakin dekat dengan Viona. Vionalah yang selalu membantu Abhizar dalam mengobati luka-luka ditubuhnya akibat pukulan sang papa. Dan Abhizar selalu menjadi pelindung bagi Viona apabila ada anak-anak yang ingin mengganggunya. Tubuh Abhizar yang tinggi serta tatapan datar tanpa ekspresi cenderung membuat anak-anak yang lain tidak berani dengannya. Viona merasa nyaman dengan Abhizar. Dia bahkan tidak perduli semua teman-temanya menjauhinya karena berteman dengan Abhizar.
Beranjak remaja, kedekatan mereka menimbulkan perasaan baru yang dinamakan cinta. Ya Viona mencintai Abhizar dan menginginkan lelaki itu terus bersamanya. Menduduki bangku SMA, Abhizar ternyata mulai memiliki teman. Fadlan, Azlee dan Raja ketiga sahabat Abhizar. Dan karena Viona dekat dengan Abhizar membuatnya juga dekat dengan ketiga sahabat Abhizar. Abhizar sama sekali tidak pernah meninggalkan Viona meski sudah memiliki teman baru. Viona yang merupakan perempuan satu-satunya selalu diutamakan dan dilindungi.
Semakin dewasa perasaan Viona pada Abhizar semakin besar, apalagi perawakan Abhizar mulai berubah. Yang dulunya anak lelaki kurus tinggi. Kini menjadi lelaki dewasa bertubuh tinggi tegap dan besar. Karena perawakannya yang dianggap seram, Viona merasa tidak perlu khawatir jika ada wanita yang menyukai Abhizar. Karena hanya memandang lelaki itu saja para wanita langsung merinding ketakutan. Hanya Viona yang tergila-gila pada Abhizar. Dan yakin lelaki itu juga menyukainya. Oh ayolah, Viona sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat menawan dan tentu saja seksi. Mana mungkin tidak ada perasaan apa-apa yang timbul dihati Abhizar sementara hanya ada Viona satu-satunya perempuan yang selalu menghiasi hari-harinya.
Sampai Viona mendengar berita pernikahan Abhizar. Tepat saat dirinya sedang melakukan pemotretan di Singapur. Lelaki besar itu sama sekali tidak mengatakan apa-apa padanya, bahkan ketiga sahabat Abhizar juga ikut bungkam. Viona merasa marah dan terkhianati. Wanita mana yang berani merebut Abhizar darinya? Dan sejak kapan semua mimpi buruknya ini bermula?
Viona murka, dia tidak akan diam begitu saja. Abhizar adalah miliknya, dan siapapun yang berani merebut miliknya maka harus berhadapan dengannya.💞💞
Hai hai haiiii zeyyeng zeyyeng nya othorr😗. Maaf maaf banget othor updatenya kelamaan😥. Soalnya othor sibuk buanget. Othor hampir nggak mau lanjutin, tapi pas liat notif banyak yg minta othor untuk lanjutin othor jadi punya semangat lagi buat ngelanjutin kebrengsekannya si Abhizar😂😂. Sekali lagi makasih ya semuanya untuk vote dan komennya. Kedepannya semoga makin banyak yang vote dan komen. Love you All🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang kau paksa hancur
Romance"Katanya cinta tak harus memiliki. Omong kosong. Bagi saya mencintai berarti harus memiliki. Sejak pertama saya melihat kamu, sejak saat itu kamu milik saya. Akan saya lakukan segala cara, sekalipun itu membuatmu membenci saya". Abhizar Albirru