Zahra baru saja selesai dengan kegiatan mengajarnya. Setelah memastikan semua anak sudah dijemput oleh orang tuanya. Zahra kembali memasuki sekolah. Berjalan menuju ruang guru, untuk mengambil tasnya yang terletak diatas mejanya.
Hari ini, seperti yang sudah dikatakan Abhizar, mereka akan mengunjungi sebuah butik untuk mencoba gaun pengantin. Tadi malam, tepat pukul sepuluh malam lelaki itu menghubunginya dan mengatakan bahwa lelaki itu akan menjemputnya pukul dua belas siang di sekolah tempatnya mengajar. Sementara sekarang baru pukul sebelas, Zahra harus menunggu lelaki itu sejam lagi.
Zahra duduk termenung di bilik meja miliknya. Merenungkan semua hal yang telah terjadi padanya. Zahra benar benar menyesali pertemuannya dengan Abhizar yang telah membuat kehidupannya hancur, bahkan dirinya juga. Tidak sampai disitu, lelaki itu juga memaksa untuk menikahinya. Menghancurkan impian yang sudah lama Zahra impikan, yaitu menikah dengan lelaki yang dia cintai, Alzam.
Ah, mengingat tentang Alzam. Zahra lantas membuka ruang obrolannya dengan lelaki itu diaplikasi pesan berwarna hijau. Ada banya pesan Alzam yang sengaja tidak Zahra balas. Dan panggilan yang juga sengaja tidak Zahra jawab.
Disaat Zahra tengah termenung dengan memandang kosong ponsel di tangannya. Tiba-tiba saja tepukan dipundak, membuatnya terkejut dan tersadar dari lamunan. Menoleh untuk melihat siapa pelakunya. Intan, sahabatnya dari SMA yang juga menjadi guru di taman kanak-kanak tempat Zahra mengajar.
“Serius banget liatin hpnya Ra. Nungguin pesan dari Alzam ya?” Tanya wanita itu yang saat ini sedang duduk di sisi samping Zahra. Letak bilik meja milik mereka memang samping-sampingan. “Udah, nggak usah ditungguin pesannya. Tuh orangnya udah di depan gerbang” Sambung Intan yang membuat Zahra terkejut.
“Alzam di depan?” Tanya Zahra.
“Iya. Kenapa kaget gitu sih?” Tanya Intan saat melihat raut terkejut Zahra. “Akhir-akhir ini aku kayak ngerasa ada yang aneh deh Ra sama kamu. Dimulai dari kamu yang nggak masuk kerja tanpa sebab. Terus sering melamun. Dan yang lebih parahnya, kamu tiba-tiba batalin pernikahan kamu sama Alzam. Alzam udah cerita sama aku”.
Bersahabat dengan Zahra, membuat Intan juga kenal dan dekat dengan Alzam. Mereka bertiga menjadi sahabat, sampai Intan tahu kedua sahabatnya itu saling memendam rasa cinta. Tentu saja Intan senang dan mendukung hubungan keduanya. Tapi, mendengar kabar batalnya rencana pernikahan kedua sahabatnya itu membuat Intan bertanya-tanya, terlebih saat Intan tahu yang membatalkan adalah Zahra. Apa yang mendasari Zahra dalam mengambil keputusan itu. Mengingat sahabatnya itu yang sangat mencintai Alzam, yang juga sahabatnya.
“Sebenarnya kamu kenapa si Ra?. Alzam tuh frustasi banget karena nggak bisa hubungin kamu. Mau jumpain kamu di sekolah juga dia susah mau minta ijin keatasannya untuk keluar sebentar. Dan sekarang, demi kamu dia terpaksa ambil cuti. Kamu tahukan, Alzam sengaja nggak pernah pakai jatah cutinya, supaya saat kalian menikah dia bisa ambil cuti sedikit lebih panjang. Jadi mending sekarang kamu samperin dia gih” Sambung Intan.
Zahra yang mendengar perkataan Intan merasa sangat bersalah pada Alzam. Alzam selalu melakukan segalanya hanya untuknya. Tapi, apa yang dilakukannya saat ini juga demi kebaikan lelaki itu. Alzam tidak pantas bersamanya. Zahra sadar dia sudah berzina, meski dia adalah korban. Korban dari kebejatan Abhizar. Namun tetap saja, Zahra ikut andil atas peristiwa buruk yang terjadi padanya. Zahra menyesal, sangat. Tapi, semuanya sudah terjadi, menyesalpun tidak ada artinya.
“Zahra. Malah bengong” Sentak Intan sambil memukul pelan lengan Zahra. Intan gemas melihat tingkah sahabatnya. “Pokoknya kamu harus cerita semuanya sama aku. SE MU A NYA. Tapi nanti malem. Sekarang, kamu temui Alzam dulu” Sambung Intan.
“Tan,, tapi,, aku”
Zahra tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Lantaran Intan yang sudah melebarkan mata ke arahnya. Peringatan tidak ingin dibantah.
Akhirnya, dengan langkah ragu Zahra berjalan menuju sosok yang sedang duduk dengan kepala menunduk diatas motor matic merah, Alzam. Semakin dekat jaraknya dengan lelaki yang dicintainya. Semakin cepat pula jantungnya berdetak. Alzam sepertinya belum menyadari keberadaannya. Sampai akhirnya, Zahra tepat berada didepan lelaki itu.
Alzam mendongak, membuat pandangan mereka bertemu. Lelaki itu langsung berdiri dengan tegak. Dari jarak sedekat ini, barulah Zahra dapat melihat dengan jelas rupa lelaki yang dirindukannya ini. Penampilan Alzam terlihat berantakan. Ada lingkaran hitam disekitaran kantung mata lelaki itu. Wajahnya juga terlihat lelah.
“Ra” Lembut suara Alzam memanggil namanya. Dan jangan lupakan wajah lelaki itu yang menampilkan raut sendu yang sangat kentara.
“Zam” Lirih Zahra.
“Sebenarnya apa salahku Ra?” Tanya Alzam dengan nada putus asa. “Kamu tahu menikah sama kamu adalah impianku dari dulu. Dan aku seneng saat tahu, itu juga merupakan impian kamu” Ucap Alzam. “Itu impian kita Ra. Yang sebentar lagi akan terwujud. Tapi kenapa tiba-tiba dibatalkan?. Demi Tuhan, aku butuh penjelasan kamu sekarang Ra” Sambung Alzam dengan raut penuh permohonan.
“Kamu harus lupain aku Zam. Aku nggak pantas untuk kamu”
Ucapan Zahra justru membuat Alzam emosi. Sehingga membuat lelaki itu mencengkram kedua lengan Zahra dengan kuat.
“Kamu itu kenapa sih Ra? Apa yang buat kamu nggak pantas untuk aku? Kenapa kamu jadi tiba-tiba berubah kayak gini? Jawab Ra” Cengkraman Alzam terlalu kuat di lengan Zahra. Dan Alzam tidak sadar telah membuat wanita itu meringis menahan sakit.
Saat Zahra ingin menjawab pertanyaan Alzam, tubuh lelaki itu tiba-tiba saja tersungkur. Setelahnya, Zahra merasa tubuhnya direngkuh oleh lelaki bertubuh tinggi besar. Zahra mendongak, dan terkejut saat mendapati Abhizarlah orang yang membuat Alzam jatuh tersungkur dengan bibir terluka. Zahra sama sekali tidak sadar akan keberadaan lelaki besar itu. Karena tadi saat dirinya menghampiri Alzam, Zahra cukup yakin tidak melihat mobil lelaki itu.
“Jangan pernah berani menyentuh calon ISTRI saya” Tegas Abhizar mengatakannya, dengan merengkuh erat tubuh mungil Zahra.
Hal itu tentu saja membuat Alzam terkejut bukan main. Lelaki yang selama ini dia tahu sebagai dokter yang membantu pengobatan bapak Zahra. Sekarang mengklaim Zahra sebagai calon istri lelaki itu. Apa maksud lelaki ini, pikir Alzam. Berdiri dari posisinya, Alzam lantas hendak menarik Zahra dari dekapan lelaki itu. Hatinya panas, melihat wanitanya disentuh lelaki lain. Namun tangannya ditepis dengan kasar oleh Abhizar.
“Apa maksud anda? Zahra adalah calon istri saya. Saya sudah melamarnya dua minggu lalu, dan tanggal pernikahan kami juga sudah ditetapkan” Ucap Alzam memberitahu Abhizar. Namun, Abhizar justru merespon dengan senyum meremehkan.
“Bukannya sudah dibatalkan. Kemarin, saya melamar Zahra, dan minggu depan kami akan menikah” Abhizar mengakhiri ucapannya dengan mengecup pipi Zahra. Sontak saja perbuatannya membuat Zahra dan Alzam terkejut.
Alzam marah dan cemburu melihat perbuatan Abhizar. Alzam hendak memukul wajah Abhizar. Namun tentu saja sangat mudah bagi Abhizar menangkap tangan Alzam. Abhizar tersenyum mengejek kearah Alzam.
“Kamu ingin memukul saya? Saya tidak melawan orang yang lemah” Ucap Abhizar merendahkan Alzam. Namun, tentu saja ucapan Abhizar benar. Bahwa Alzam memang tidak akan sebanding dengan Abhizar yang memiliki kemampuan bela diri. “Dan lebih baik, kamu terima kenyataan kalau Zahra tidak ingin menikah dengan kamu. Dia lebih ingin menikah dengan saya” Sambung Abhizar dengan senyum penuh kemenangan.
“Ra, apa maksud semua ini? Semua yang dia bilang nggak bener kan Ra? Kamu nggak akan nikah sama dia kan Ra?” Beruntun kalimat tanya Alzam tujukan untuk wanita pujaan hati. Namun, wanita itu hanya menunduk tanpa memberi jawaban.
“Ra ayo pulang. Kita bicarain baik-baik” Ucap Alzam memohon sambil berusaha meraih Zahra yang berada dalam dekapan Abhizar.
“Tidak ada yang perlu kalian bicarakan. Semuanya sudah jelas. Saya dan Zahra akan menikah. Dan saya minta, berhenti mengganggu calon istri saya” Ucap Abhizar sambil menatap tajam pada Alzam.
“Anda tidak berhak melarang saya untuk bertemu Zahra”
“Saya berhak karena saya calon suaminya” Tegas Abhizar.
“Tidak mungkin. Saya tidak percaya” Kukuh Alzam.
“Saya tidak perduli kamu percaya atau tidak. Yang jelas, saya peringatkan sama kamu untuk jangan mengganggu Zahra lagi. Kalau tidak..”
“Kalau tidak apa hah? Anda mau mengancam saya apa? Anda fikir saya takut?” Ucap Alzam memotong perkataan Abhizar.
Cukup sudah. Abhizar merasa geram dengan lelaki didepannya ini. Abhizar lantas meraih kerah baju Alzam dan hendak memukul wajah Alzam. Namun, dengan cepat Zahra berusaha menahan Abhizar. Zahra jelas tahu, Alzam bukanlah tandingan lelaki besar seperti Abhizar.
“Cukup. Saya mohon hentikan” Ucap Zahra memohon pada Abhizar dengan wajah yang telah dipenuhi air mata.
“Jelaskan padanya, siapa saya” Tidak langsung melepaskan Alzam. Abhizar mendesis sambil menatap Zahra.
Menatap wajah Alzam, Zahra berusaha untuk menguatkan hatinya. Dia tahu setelah ini, lelaki itu pasti akan membencinya. Tapi itu justru lebih baik, dari pada lelaki itu harus terus mencintainya yang sudah hancur, kotor oleh dosa.
“Dia benar Zam” Sedikit ada jeda saat Zahra mengatakannya. “Dokter Abhizar dan aku, akan menikah minggu depan” Sambung Zahra tanpa menatap wajah Alzam yang terluka. Dia tidak akan sanggup menatap wajah lelaki itu.
Alzam terpaku setelah mendengar ucapan Zahra. Air matanya jatuh begitu saja. Hatinya hancur, dan itu terasa sangat menyakitkan. Dengan sekali hentakan, Abhizar melepaskan cekalannya pada kerah baju Alzam. Membuat tubuh Alzam yang telah lemah, tersungkur jatuh dan terduduk diatas tanah. Pandangannya kosong.
Abhizar mendengkus dengan tatapan mengejek melihat Alzam. Setelahnya lelaki besar itu menarik tubuh mungil Zahra kearah mobilnya. Lantas berlalu meninggalkan Alzam yang masih termenung.
Dalam benaknya Alzam terus mengeluarkan kalimat tanya. Kenapa Zahra membatalkan pernikahan mereka dan justru akan menikah dengan lelaki lain? Bukankan dia dan Zahra saling mencintai. Telah banyak rencana yang mereka rancang untuk masa depan mereka berdua. Entah itu tentang dekorasi pernikahan, rumah yang akan mereka tinggali setelah menikah, bahkan sampai keinginan untuk memiliki berapa anak. Mereka susun semua secara rapi. Namun sekarang, yang terjadi justru berbeda. Impian itu hancur berantakan. Lelaki itu menangis, tubuhnya bergetar karena isakan. Apa yang harus dia lakukan sekarang?💞💞
Hai readers. Othor minta maaf telat banget updatenya. Maapken tolong🙏. Untuk yang nunggu wedding Zahra Abhizar harus liat di bab selamjutnya ok.N plis, vote sama komen kalian penting banget buat othor😊
Anak othor sayang, anak othor malang😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang kau paksa hancur
Romance"Katanya cinta tak harus memiliki. Omong kosong. Bagi saya mencintai berarti harus memiliki. Sejak pertama saya melihat kamu, sejak saat itu kamu milik saya. Akan saya lakukan segala cara, sekalipun itu membuatmu membenci saya". Abhizar Albirru