Bab 13

3.2K 141 8
                                    

Abhizar berakhir di ruang makan yang terdapat di rumah mewah Zaki Albirru. Diruang makan tersebut, terdapat meja makan panjang dengan dikelilingi tujuh kursi. Sisi kanan dan kiri, masing-masing memiliki tiga kursi. Satu kursi lagi terletak di ujung meja, sebagai pertanda bahwa itu milik sang kepala keluarga yang diduduki oleh Zaki.

Disisi kanan lelaki paruh baya itu, duduk sang istri yang siap melayaninya. Sementara disisi kirinya, duduk sang putra tercinta, Uwais. Dan Abhizar duduk tepat disebelah sang adik. Dimeja panjang tersebut, telah terhidang banyak makanan lezat hasil racikan tangan Mita dan ketiga pembantunya.

Abhizar menyantap makanannya dalam diam. Sebenarnya, maksud Abhizar mengikuti mobil Zaki kerumah lelaki itu bukan untuk berakhir dimeja makannya. Melainkan, Abhizar hanya ingin menyampaikan terima kasih kepada sang papa, karena sudi mendampinginya dalam melamar wanita pujaan hatinya. Ucapan terima kasih yang sama sekali tidak mendapat tanggapan dari lelaki yang telah menyumbangkan gennya itu padanya.

Tanpa menanggapi ucapan terima kasih sang putra pertama, Zaki lantas mengajak Uwais bermain bola ditaman belakang rumah mewahnya itu. Bahkan Zaki tidak memberikan izin, saat Uwais mengajak sang kakak untuk ikut bermain bersamanya dan sang papa. Lelaki paruh baya itu mengatakan, kalau kaki Abhizar sedang sakit jadi tidak bisa ikut bermain. Uwais yang memiliki pemikiran setara dengan anak usia tiga tahun lantas percaya saja dengan ucapan sang papa. Dan berjalan bergandengan tangan dengan Zaki, meninggalkan Abhizar yang duduk diruang tamu.

Saat hendak meninggalkan kediaman sang papa. Mita, ibu tirinya menahannya dan mengajaknya untuk ikut makan malam bersama. Tentu saja ajakan Mita itu langsung mendapat penolakan dari Abhizar. Karena Abhizar tahu, Zaki tidak pernah sudi untuk makan satu meja dengannya sejak kematian Jihan. Namun, wanita itu memaksa dan menyuruh Abhizar menunggu sampai waktu makan malam tiba. Karena tidak ingin melihat raut kecewa pada wajah wanita itu, akhirnya Abhizar setuju dan kembali duduk di sofa ruang tamu tersebut. Sementara Mita, bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makanan dengan senyum mengembang.

Ditinggal sendiri, membuat Abhizar mengingat kembali kenangan kelam akan masa lalunya di rumah mewah itu. Dulu, Abhizar harus terpaksa menunggu Zaki dan Uwais selesai makan, barulah mendapat giliran untuk mengisi perutnya. Itupun kalau dia beruntung. Karena tidak jarang sang papa akan membuatnya kelaparan dengan lebih memilih membuang makanan yang telah lelaki itu dan Uwais kecil santap. Jika sudah begitu, Abhizar harus tidur dengan menahan rasa laparnya.

Terkadang, ada beberapa pembantu yang menyelinap memberikan makanan untuknya. Namun, hanya sesekali karena ketika ketahuan sang papa maka pembantu itu akan langsung dipecat. Dan setelahnya, tidak ada yang berani menyelinap untuk memberikan Abhizar makanan. Abhizar hanya menunggu belas kasihan dari sang papa, barulah perutnya bisa kenyang.

Sejak kematian sang mama, papanya benar-benar berubah menjadi sosok yang kejam, namun hanya padanya. Sedangkan pada Uwais, papanya tetap berlaku lembut dan penuh kasih sayang.

Flashback

Setelah dua minggu berada di rumah sakit, sang adik akhirnya diperbolehkan pulang. Uwais kecil hanya diam, tidak selincah sebelumnya. Dan sang papa selalu berusaha mengajak Uwais berbicara dan bermain. Adiknya itu juga sering menangis karena merasakan sakit dibagian belakang kepalanya. Dan kata dokter, itu akibat gegar otak yang diderita Uwais.

Bila Uwais kambuh, maka kebencian Zaki pada Abhizar juga kembali hadir. Alhasil, setelah tangis Uwais reda, Zaki akan bergegas mencari Abhizar dan mulai menyiksanya. Memukul, menampar bahkan menendang anak lelaki berusia delapan tahun itu. Sambil melontarkan kata-kata yang sangat menyakiti Abhizar.

“DASAR ANAK KURANG AJAR. ANAK PEMBAWA SIAL. SEHARUSNYA DULU AKU TIDAK MEMBIARKANMU LAHIR. KAMU HANYA BISA MENGHANCURKAN HIDUPKU” Sambil terus menendang tubuh sang putra, Zaki mengatakannya. Sementara Abhizar meringkuk seperti janin, berusaha menahan rasa sakit dan tangis. Karena dia tahu, sang papa akan semakin beringas memukulinya jika mendengar tangisannya.

“PUAS KAMU MELIHAT ANAKKU SEPERTI ITU HAH. KENAPA BUKAN KAMU SAJA YANG MATI. KENAPA HARUS ISTRIKU. KENAPA BUKAN KAMU SAJA YANG GEGAR OTAK. KENAPA HARUS ANAKKU. KENAPAA?”

Dan setelah puas menyiksa sang putra pertama, tanpa rasa kasihan Zaki akan berlalu pergi meninggalkan Abhizar yang mulai menangis tersedu sambil melirih memanggil sang mama. Berharap wanita itu ada disampingnya, meski itu mustahil. Karena untuk selamanya, mamanya tidak akan bisa kembali. Dan tidak lama akan ada pembantu yang membawanya kekamar untuk diobati.

Para pembantu yang sering menyaksikan Zaki menyiksa putranya, merasa kasihan pada anak berusia delapan tahun itu. Tubuhnya kurus dan memiliki banyak bekas luka hasil karya papanya sendiri.

Beruntung, semua itu sedikit lebih berkurang sejak Zaki membawa pulang wanita bernama Mita. Yang lelaki itu kenalkan sebagai istri barunya.
Abhizar tentu saja merasa terkejut. Lantaran selama ini, dia tahunya sang papa sangat mencintai mamanya. Lantas mengapa baru selang lima bulan kepergian sang mama, sang papa justru memiliki istri baru. Terlebih saat Abhizar tahu bahwa wanita itu adalah sahabat baik mamanya sendiri. Abhizar membenci wanita bernama Mita itu.

Namun yang membuat Abhizar bingung, sejak pertama kali mata wanita itu menatap wajahnya, Abhizar bisa merasakan ada tatapan rindu dibalik mata wanita itu. Bahkan wanita itu dengan segera memeluk tubuhnya dengan erat dan memberikan kecupan dikepalanya. Wanita itu menangis saat memeluk Abhizar.

Sementara Abhizar cukup terkejut saat mendapat pelukan dari wanita itu. Yang anehnya terasa hangat dan nyaman, bahkan pelukan wanita itu lebih nyaman dari pelukan sang mama. Namun, kemudian Abhizar sadar bahwa wanita itu adalah sahabat yang telah mengkhianati mamanya. Lantas dengan cepat Abhizar berusaha melepaskan diri dari pelukan istri baru papanya itu. Menatap marah dan penuh kebencian pada wanita itu. Sementara yang ditatap, tersenyum dengan sendu.

Abhizar masih ingat sekali, saat pagi hari setelah kedatangan ibu tirinya itu. Mita mengajak Abhizar untuk ikut sarapan. Bergabung dengan Zaki dan Uwais, yang langsung membuat sang papa menatap ibu tirinya itu dengan tajam. Namun, Zaki tidak akan mengamuk didepan anak kecil berusia tiga tahun jalan empat tahun bernama Uwais, putra bungsunya. Mita menyiapkan makanan untuk Abhizar setelah sebelumnya menyiapkan makanan untuk Zaki. Kemudian wanita itu mulai menyuapi Uwais lantaran anak itu yang tidak bisa lagi makan sendiri, karena akan berakhir berantakan.

Ditempat duduknya, Abhizar menyantap makanannya dengan lahap. Untuk pertama kalinya setelah kepergian sang mama, Abhizar bisa makan tepat waktu. Namun, tidak berapa lama, tepatnya saat Uwais menolak untuk menghabiskan makanannya, sang papa langsung mengatakan mungkin putranya itu sudah kenyang. Zaki lantas menyuruh salah satu pembantunya untuk membawa Uwais kekamar.

Setelah benar-benar memastikan Uwais berada dikamar.  Maka dimulailah kemurkaan Zaki Albirru, dengan gerakan cepat lelaki itu berdiri dari tempat duduknya. Menciptakan suara geseran kursi yang cukup keras. Sehingga mengejutkan Abhizar yang sedang menyantap sarapannya dan Mita yang asyik memperhatikan Abhizar dengan senyum.

Berjalan dengan pandangan tajam menatap Abhizar. Sementara yang ditatap tubuhnya mulai gemetar. Zaki mencengkram tangan Abhizar yang tentunya lebih kecil darinya, kemudian melemparkan tubuh anak itu kelantai.

“Mas!!” Mita terkejut melihat perlakuan Zaki pada Abhizar.

Tanpa memperdulikan keterkejutan sang istri, Zaki lantas mengambil piring berisi makanan yang disantap oleh Abhizar tadi dan membantingnya tepat didekat sang anak. Alhasil, pecahan dari piring tersebut menggores beberapa bagian tubuh anak itu. Seperti pipi dan lengannya.

“SIAPA YANG MENGIZINKAN KAMU MAKAN HAH?” Bentak Zaki pada Abhizar yang terisak ketakutan.

Lelaki itu hendak memukul tubuh Abhizar, namun dengan cepat Mita mencegahnya. Wanita itu mendorong tubuh Zaki kemudian memeluk tubuh Abhizar.

“Cukup mas. Apa kamu sudah gila?!!” Mita dapat merasakan tubuh Abhizar yang bergetar dengan isakan yang lirih.

“Minggir. Jangan ikut campur” Desis Zaki mengatakannya dengan pandangan menyorot tajam pada Mita yang tengah memeluk tubuh Abhizar.

“Aku berhak ikut campur. Aku punya hak melindungi Abhizar” Balas Mita dengan pandangan yang sama menyorot tajam pada lelaki yang telah sah menjadi suaminya.

Zaki yang mendapat perlawanan dari sang istri merasa tidak dihargai. Membuat amarah lelaki itu semakin besar. Lantas menarik tubuh Abhizar agar terlepas dari pelukan Mita. Selanjutnya, menyeret tubuh sang anak menuju ruang kerjanya lalu mengunci pintunya dari dalam. Menampar wajah Abhizar hingga membuat tubuh anak berusia delapan tahun itu tersungkur jatuh. Tidak sampai disitu, Zaki melepaskan ikat pinggangnya kemudian memukulkannya pada tubuh Abhizar.

Dari luar ruangan tersebut, Mita terus menggedor pintu dan meminta Zaki untuk melepaskan Abhizar. Mita benar-benar tidak habis fikir melihat sikap lelaki itu pada Abhizar. Apa selama ini Abhizar selalu mendapat perlakuan seburuk itu dari sang suami. Mita terus bertanya dalam hati.

“ZAKI BUKA PINTUNYA. ZAKI” Teriak Mita saat mendengar suara sabetan dari dalam ruang kerja lelaki itu. “ZAKI, AKU MOHON, KAMU APAKAN ABHIZAR” Sambung Mita sambil kedua tangannya terus menggedor pintu tersebut. Dia benar-benar khawatir dengan Abhizar yang berada didalam sana.

Tidak lama setelahnya, terdengar suara kunci yang diputar. Kemudian pintu itu terbuka, menampilkan tubuh besar Abhizar dengan raut wajah bengis namun penuh kepuasan.

“Lain kali, jangan pernah lakukan sesuatu yang tidak saya perintahkan” Dengan pandangan tajam Zaki mengucapkannya. Lelaki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah sang istri. “Jangan kamu fikir, menjadi istri saya bisa membuat kamu bertindak sesukamu. Kamu dan dia hanya menumpang disini. Camkan itu” Sambung Zaki sebelum berlalu dari hadapan Mita.

Setelahnya, Mita bergegas mendekati tubuh Abhizar yang telah terbaring dilantai dengan kedua mata tertutup. Wanita itu menangis melihat keadaan Abhizar.

“Izar.. Izar.. ya Allah, bangun nak” Dengan terisak Mita mencoba membangunkan Abhizar.

Mita ingin membawa tubuh Abhizar ke kamar namun tidak sanggup karena memang tubuh Abhizar sudah seperti anak berusia empat belas tahun. Mita lantas meminta bantuan pada pekerja dirumah itu untuk mengangkat Abhizar menuju kamar anak itu.

Sementara Zaki, setelah puas melampiaskan kemarahannya pada Abhizar. Tanpa rasa bersalah lelaki itu mengambil tas kerjanya kemudian meninggalkan rumah mewahnya untuk berangkat ke kantor.

Dikamar Abhizar, Mita mulai membuka kaus yang dipakai Abhizar. Hati Mita hancur saat melihat banyaknya bekas luka disekujur tubuh Abhizar. Dengan tangan gemetar, Mita mengoleskan obat pada luka-luka Abhizar.

“Mama”

Mita tersentak saat mendengar gumaman tersebut. Menatap wajah Abhizar yang masih menutup mata.

“Mama” Lagi. Abhizar seakan memanggil sang ibu dalam tidurnya. Mata yang tertutup itu mengeluarkan cairannya.

Sementara Mita menutup mulutnya, berusaha untuk tidak mengeluarkan raungan tangis akibat rasa sakit didadanya saat melihat Abhizar. Dalam hati, Mita bertanya apa alasan Zaki memukuli Abhizar seperti ini. Apa salah kalau Abhizar ikut sarapan dengan mereka? Lalu apa jangan-jangan selama ini Zaki melarang Abhizar untuk makan? Karena tubuh Abhizar terlihat lebih kurus dari yang ia lihat difoto yang dikirim Zaki tujuh bulan lalu.

Mita akan berusaha menanyakannya pada lelaki itu nanti. Dan memohon agar sang suami berhenti menyakiti Abhizar. Cukup dia, ya cukup dirinya saja. Jangan Abhizar, dia mohon jangan Abhizar. Mita tidak akan tinggal diam. Dia tidak akan membiarkan Zaki menyakiti Abhizar lagi. Dia akan berusaha melindungi Abhizar kali ini. Walau dengan apapun caranya.

Hari-hari selanjutnya, siksaan yang didapat Abhizar dari sang papa mulai berkurang. Meski tidak sepenuhnya hilang. Itu semua terjadi lantaran Mita, istri papanya alias ibu tirinya yang melindunginya dari amukan lelaki itu. Setiap kali Zaki emosi dan mulai ingin menyiksa Abhizar, wanita itu akan berusaha melindungi Abhizar, menarik sang papa menaiki tangga dan memasuki kamar mereka dilantai atas. Selalu seperti itu.

Dan ibu tiri serta papanya akan berada dikamar cukup lama. Kemudian setelah keluar, papanya hanya akan berjalan mencari Uwais atau berlalu menuju ruang kerja lelaki itu tanpa memperdulikan Abhizar yang masih berada ditempat yang sama sebelum sang papa ditarik oleh ibu tirinya.

Sementara ibu tirinya akan berjalan perlahan kearahnya dan mulai menawari cookies yang wanita itu buat sendiri. Awalnya Abhizar selalu menolak, namun saat pertama kali merasakan nikmatnya kue kering tersebut, membuat Abhizar ketagihan. Dan setelahnya, dia tidak bisa menolak tawaran wanita itu untuk kue kering dengan taburan chokocips tersebut.

Abhizar bahkan tidak lagi merasa kelaparan, lantaran dia selalu mendapatkan jatah untuk makan. Meski harus menunggu sang papa dan Uwais selesai makan. Baru kemudian Mita akan menyiapkan makanan untuknya serta duduk menemaninya makan.

Tepat saat Abhizar duduk dibangku kuliah, Uwais mulai mempertanyakan kenapa sang kakak tidak pernah makan bersama mereka. Awalnya, Zaki masih bisa memberikan kebohongan pada Uwais mengenai ketidak ikut sertaan Abhizar di meja makan tersebut. Namun, lama kelamaan Uwais mulai bersikeras ingin Abhizar ikut makan bersama mereka dan Zaki tidak punya pilihan selain mengizinkan. Selama proses makan hanya ada interaksi antara Zaki dan Uwais. Mita sendiri menatap sendu kearah Abhizar yang seakan tidak dianggap oleh Zaki.

Lamunan Abhizar terhenti saat ada sendok berisi nugget yang diletakkan dipiringnya. Pandangan Abhizar lantas beralih pada sipelaku.

“Itu aget ayam. Uwais cukaaa banget. Abhi asti uga cuka” Dengan senyum malu-malu pemuda itu berkata. Jangan lupakan aksen cadelnya yang sama sekali tidak sesuai dengan penampilannya.

“Terima kasih” Dengan wajah serta nada datar Abhizar mengucapkannya. Lalu pandangannya kembali kearah piring dengan tambahan nugget diatasnya. Abhizar lantas melanjutkan makannya.

Mita tersenyum melihat tingkah polos Uwais. Dari awal dia tahu, bahwa Uwais sangat sayang pada Abhizar, begitupun sebaliknya. Meski Abhizar terkesan datar dan cuek, namun Mita tahu bahwa Abhizar juga menyayangi saudaranya.

Pandangan Mita kini berpindah pada Abhizar. Melihat sosok itu yang tidak terasa, sekarang sudah dewasa bahkan akan segera menikah. Pandangan Mita menyendu saat melihat Abhizar. Sampai detik ini, Abhizar masih enggan memanggilnya dengan sebutan bunda.

Saat pertama kali melamar Zahra, Mita cukup terkejut saat Abhizar mengenalkannya sebagai ibunya. Memanggilnya dengan sebutan bunda. Hati Mita begitu bahagia mendengarnya. Namun, panggilan itu ada hanya saat berada didepan keluarga Zahra. Karena setelahnya, Abhizar akan kembali memanggilnya dengan sebutan tante.

Sama seperti hari ini, untuk sekali lagi Abhizar memanggilnya bunda. Tapi hanya saat berada didepan keluarga Zahra. Setelahnya, jangan harap.

💞💞💞

Hai readers👋 othor balik lebih cepet nih🤗. Othor harap suka sama bab ini yaa. Jangan lupa vote ama komennya. Biar lapak Abjizar nggak sunyi kayak kuburan🤣

 Biar lapak Abjizar nggak sunyi kayak kuburan🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketemu ama Abhizar kecil dulu yuk


Aku yang kau paksa hancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang