Abhizar memarkirkan mobil pajero hitamnya didepan pagar rumah sederhana milik orang tua Zahra. Dibelakang mobilnya terdapat mobil Alphard berwarna hitam, yang Abhizar sangat tahu siapa pemiliknya. Sang papa tentunya. Secara kebetulan mereka sampai bersamaan, padahal mereka berangkat dari rumah masing-masing.
Tadi, saat Abhizar sedang bersiap-siap untuk pergi kerumah Zahra. Tiba-tiba saja, ibu tirinya menghubungi Abhizar dan mengatakan sesuatu yang membuat Abhizar terkejut sekaligus heran. Istri papanya itu mengatakan, bahwa dia dan papanya juga akan ikut bersama Abhizar kerumah Zahra.
Ini persis seperti saat Abhizar meminta Zaki melamarkan Zahra pertama kali. Lelaki paruh baya itu juga awalnya menolak dengan keras, tapi dua hari setelahnya ibu sambungnya itu mengabari Abhizar bahwa papanya bersedia melamarkan Zahra untuk Abhizar.
Abhizar yakin, itu semua pasti karena campur tangan dari ibu tirinya. Pasti wanita itulah yang membuat papanya berubah pikiran. Entah dengan cara apa ibu tirinya itu meyakinkan sang papa, Abhizar sedikit penasaran. Tapi juga tidak mau terlalu memikirkan. Yang terpenting sekarang, dia harus melamar Zahra dan wanita itu tidak akan dapat menolaknya untuk kedua kalinya.
**
Saat didepan pintu rumah Zahra, Abhizar mengucapkan salam. Setelah dua kali mengucapkan salam, terdengar balasan dari dalam rumah. Tidak lama setelahnya pintu kayu itu terbuka dan menampilkan wajah Ira, ibu Zahra, dengan kerudung berwarna marun senada dengan baju gamis yang dipakai wanita paruh baya itu.
Wajah Ira memperlihatkan keterkejutan yang kentara saat melihat siapa tamu yang datang kerumahnya. Abhizar dan orang tuanya. Serta tiga orang wanita dan dua orang lelaki yang berdiri dibelakang mereka dengan membawa banyak barang serta makanan yang terlihat seperti seserahan. Ira juga pernah bertemu dengan kelima orang itu, yang diperkenalkan sebagai pekerja di rumah orang tua Abhizar oleh Mita, saat hendak melamar Zahra sebulan yang lalu. Ira terkejut dan juga bingung seakan merasa de javu.
“Buk” Ucap Abhizar sambil membungkuk mencium tangan Ira.
“Mbak” Dilanjutkan oleh Mita yang mencium pipi kanan dan kiri Ira “Apa kabar mbak? Masih ingat dengan saya kan mbak?” Sambung Mita dengan nada lembut dan penuh canda. Mengingat mereka baru bertemu sekali dan itupun sudah sebulan yang lalu.
Ira yang sudah berhasil mengendalikan keterkejutannya membalas dengan senyum segan.
“Masih buk..” Jawab Ira yang dengan cepat dipotong oleh Mita.
“Saya kan sudah bilang jangan panggil saya buk, mbak. Berasa tua banget saya jadinya. Kan saya dua tahun dibawah mbak” Ucap Ira dengan wajah yang dibuat cemberut. “Panggil Mita aja” Sambung Istri Zaki tersebut dengan senyum lembut.
Sambil tersenyum Ira berkata “Iya... emm.. Mita. Maaf, saya masih belum terbiasa. Masih agak canggung”.
“Nggak usah canggung-canggung sama saya mbak. Kan bentar lagi kita jadi besan” Ucap Mita dengan senyum lebar. Yang jelas berbeda dengan Ira yang terkejut mendengarnya.
Ira jelas bingung. Besan?? Bukankah putrinya sudah menolak Abhizar dan memilih Alzam? Meski sekarang lamaran Alzam juga sudah dibatalkan oleh putrinya itu. Tapi Zahra jelas sama sekali tidak mengatakan padanya atau pada suaminya mengenai hubungannya dengan Abhizar.
“Eh.. mmm.. Mari masuk dulu” Bingung mau membalas apa perkataan Mita, akhirnya Ira mempersilahkan tamunya untuk masuh ke rumahnya. “Silahkan duduk Zar, Mita.. Pak Zaki” Sambung Ira dengan nada segan bercampur canggung saat menyapa Zaki. Lelaki itu hanya diam dengan wajah datar sejak tadi.
Setelahnya, Ira izin pamit untuk memanggil suaminya yang sedang tidur didalam kamar, serta ingin menyiapkan makanan yang langsung disanggah oleh Mita. Mita mengajak ketiga pekerja wanitanya untuk menyiapkan makanan yang mereka bawa. Awalnya Ira menolak dengan mengatakan mereka adalah tamu, tapi Mita langsung mengatakan tidak keberatan. Ira benar-benar tidak habis fikir, untuk ukuran istri seorang pebisnis sukses, Mita benar-benar baik dan ramah, jangan lupakan bibirnya yang selalu menyunggingkan senyuman tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku yang kau paksa hancur
Romance"Katanya cinta tak harus memiliki. Omong kosong. Bagi saya mencintai berarti harus memiliki. Sejak pertama saya melihat kamu, sejak saat itu kamu milik saya. Akan saya lakukan segala cara, sekalipun itu membuatmu membenci saya". Abhizar Albirru