Bab 22

1.7K 113 23
                                    

Hari sudah menjelang sore. Dari jendela kamar itu, matahari sudah terlihat berwarna jingga. Keadaan kamar itu gelap, bukan karena tidak ada siapapun. Melainkan sang pemilik sengaja untuk tidak menghidupkan lampu dikamar itu.

Zahra. Wanita itu terduduk diatas ranjang, dengan mata memandang keluar jendela. Termenung memikirkan nasibnya sebagai istri sipemerkosa. Lelaki itu, lelaki yang telah mengambil hal yang paling berharga dihidupnya, orang yang merusak semua rencana bahagianya. Membuat Zahra merasa menjadi manusia paling hina, paling menjijikkan.

Setelah menjadi istri Abhizar Albirru, setiap hari Zahra merasa seperti dineraka. Setiap kali lelaki itu menyentuhnya, mendekap tubuhnya, Zahra merasa muak dan ingin muntah.

Abhizar sengaja mengurung Zahra dirumah, tidak membolehkannya untuk keluar. Karena lelaki itu takut jikalau Zahra akan bertemu dengan Alzam. Lelaki itu berusaha untuk menguasai Zahra. Alih alih sebagai istri, Zahra justru merasa dirinya seperti boneka pemuas nafsu Abhizar. Karena setiap pulang kerja lelaki itu akan segera masuk kekamar mendatangi Zahra, menelanjanginya dan memaksa Zahra untuk kembali melayaninya.

Zahra terluka, menjerit, meronta untuk dilepaskan. Tapi lelaki itu menulikan pendengaran. Tetap memaksa masuk, menghentak tubuh Zahra dan tidak pernah peduli sebanyak apa air mata yang keluar dari jelaga bening Zahrana Bilqis.

Cklek

Zahra terhenyak dari lamunannya akibat suara pintu yang terbuka. Menoleh kearah pintu dan menyaksikan nerakanya kembali. Dengan suasana kamar yang semakin gelap, membuat sosok bertubuh besar itu terlihat semakin menakutkan. Melangkah secara perlahan mendekati Zahra, seperti seekor singa yang sengaja untuk menakuti mangsanya. Duduk dipinggir ranjang, dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari mata Zahra. Membuat nyali Zahra menciut, meremas selimut berusaha untuk menyalurkan ketakutan.

"Apa yang sedang kamu lakukan didalam kamar yang gelap seperti ini?" Tanya Abhizar dengan nada rendah, namun justru membuat Zahra merinding mendengarnya.

Zahra hanya membalas dengan gelengan, dengan raut ketakutan. Membuat Abhizar bergerak semakin mendekat, dan Zahra justru reflek menjauhkan diri. Membuat Abhizar sedikit merasa tersinggung dengan respon sang istri.

"Kamu bosan berada dirumah?" Tanya Abhizar dengan mimik datar, sengaja agar Zahra merasa terintimidasi, sehingga mustahil bagi Zahra untuk melawan Abhizar.

Zahra yang mendengar pertanyaan Abhizar lantas mengangguk dengan cepat. Dibenaknya mungkin saja lelaki itu berbaik hati untuk memperbolehkannya keluar untuk sekadar menghirup udara segar.

Dan apa yang dipikirkan Zahra benar. Abhizar mengizinkan Zahra untuk keluar rumah, bukan hanya untuk menghirup udara segar melainkan untuk kembali mengajar di tempat dulu Zahra mengajar. Namun dengan syarat, Abhizarlah yang akan mengantar dan menjemput Zahra. Mendengar ucapan Abhizar tentu saja Zahra senang. Setidaknya kalau dia kembali bekerja dia bisa bertemu anak anak didiknya dan Laras sahabatnya. Membayangkan dia kembali bekerja membuat Zahra tanpa sadar tersenyum, dan itu membuat Abhizar perlahan mendekatinya. Mengungkung tubuh mungil Zahra, membuatnya terhenyak lalu menggigil karena saat ini tubuhnya sudah berada dibawah Abhizar.

"Bukankah saya berhak mendapatkan hadiah? Karena sudah mengizinkan kamu untuk kembali bekerja" Ucap Abhizar sambil mengendus leher  Zahra.

Zahra tentu tau apa yang dimaksud lelaki itu.

"Bukankah kamu sudah mendapatkannya tadi malam" Jawab Zahra.

Abhizar tertawa sambil mendengus mendengar jawaban Abhizar. Dia lantas mengangkat wajahnya, dan menatap mata sang istri yang berada dibawahnya.

"Tadi malam itu, cerita tentang semalam. Sekarang berbeda lagi, karena saya tidak akan puas hanya dengan semalam. Saya ingin kamu, selalu, dan selamanya" Ucap Abhizar yang diakhiri dengan kecupan yang begitu dalam. Membawa Zahra untuk kembali mengulang kegiatan pengantin baru mereka.

Kali ini Zahra hanya pasrah, meski rasa jijik dan mual kembali menghantui. Tapi Zahra berusaha untuk menahan semua itu. Untuk saat ini, dia tidak bisa bahkan tidak mampu melawan lelaki ini. Tapi, Zahra bersumpah akan menghancurkan seorang Abhizar Albirru secara perlahan. Membuat lelaki itu menyesali semua perbuatannya yang sudah menghancurkan rencana bahagia Zahra dan Alzam.

💞💞

Hai hai haaiii🤗
Waaww aku lama banget nggak lanjutin ceritanya ya🥲. Aku nggak tau bab ini bagus atau nggak. Karena jujur tadinya sebenarnya ini cerita nggak mau dilanjut😊. Tapi karena banyak banget yg komen suruh aku lanjut, jadi aku berusaha utk lanjutin. Walaupun masih dilema juga🤣

 Walaupun masih dilema juga🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku yang kau paksa hancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang