cw // 21+ mature content
*****
"Yaedeul-a, gosaengmanasseoyo!" (good job, guys) Seru Jingga sambil bertepuk tangan pada anggota timnya.
Tepat satu jam yang lalu, kosmetik terbaru keluaran La Couleur baru saja diluncurkan dan pada musim ini, desain buatan tim Jingga terpilih sebagai final desain yang akan dipakai.
Jingga juga anggota timnya dengan bangga menatap berbagai kemasan kosmetik yang cantik itu kini mulai muncul di sosial media, televisi, dan juga toko-toko. Bahkan perusahaan mereka juga bekerja sama dan menyewa billboard untuk memasang iklan di sana.
Rasanya hasil bekerja keras selama berbulan-bulan ini terbayar lunas melihat bos dan juga rekan-rekan kerja dari divisi lain memuji kemasan produk mereka.
"Apakah malam ini akan ada traktiran?" goda salah satu anggota tim Jingga pada perempuan itu.
Jingga terkekeh mengerti akan maksudnya. Tentu sebagai kepala tim, Jingga merasa harus mentraktir anggotanya sebagai rasa terima kasih dan juga sekedar perayaan kerja keras mereka. Tapi malam ini Jingga tidak bisa.
"Mianhae," (maaf) gumam Jingga merasa bersalah. "Aku sudah buat janji dari jauh-jauh hari untuk malam ini. Bagaimana kalau hari Senin?"
Karena ini hari Jumat, tentu Jingga tidak mungkin menawarkan akhir pekan. Ia yakin para anggotanya juga sudah punya rencana akhir pekan dan ia pun sama.
"Keol!" (oke!) seru para anggotanya setuju.
Ah, Jingga tahu hubungan di kantor itu harus terus terjaga secara profesional, tapi rasanya ia benar-benar menyayangi anggotanya ini sepenuh hati.
"Kalau begitu aku pulang duluan ya?"
"Pasti Miss Jingga sudah ditunggu oleh pacarnya!" sahut salah satu anggotanya menggoda.
Jingga lagi-lagi terkekeh. "Maja!" (benar!) jawabnya. "Oleh karena itu kalian juga harus segera mencari teman kencan dan berhenti menggodaku!" ucap Jingga penuh candaan sambil meninggalkan ruangannya.
Perempuan itu tersenyum kecil tanpa sadar. Tidak ada yang salah dari ucapan anggotanya tadi karena memang pacarnya sudah menunggu di lobi lantai dasar.
Handphone Jingga bahkan sedari tadi terdengar berisik karena notifikasi yang tidak kunjung berhenti. Sengaja ia biarkan karena perempuan itu tahu siapa dalangnya.
Tentu saja itu dari pacarnya yang bawel, manja, dan tidak sabaran.
Dan benar saja, wajah cemberut dan kesal itu menyambutnya di luar lobi. Di cuaca malam hari kota Seoul di musim panas.
Tapi Jingga justru tersenyum lebar melihatnya. Bagaimanapun status hubungan mereka sekarang, Jingga selalu merasa terhibur melihat laki-laki di depannya yang walaupun kesal, selalu loyal menunggu dan menjemputnya untuk pulang bersama.
"Wah, ada bayi ngambek," sapa Jingga setelah ia berdiri di depan laki-laki itu.
Laki-laki yang sejak tadi cemberut itu tentu saja Rajasa. "Lama, ih."
"Maaf, habisnya masih seru banget di kantor. Heboh selebrasi produk baru," jelas Jingga dengan wajah sumringah.
Rajasa di depannya tersenyum kecil kemudian meraih tangan Jingga untuk bertaut dengan tangannya. "Sugohaetgo jal haesseoyo, jagi-ya," (you've worked hard and you did a great job, sayang) ucap laki-laki itu tulus.
Walaupun biasanya Jingga merasa geli setiap Rajasa memanggilnya sayang, tapi malam ini perempuan itu justru tersenyum karena merasakan ucapan tulus pacarnya itu ikut menghangatkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]