"Maaam..." ujar Jingga yang sibuk memotong bawang di dapur bersama ibunya.
"Kenapa, Dek?"
"Jingga kok kemarin liat champagne ya di pestanya Abang? Bukannya kata Mami gak akan ada?"
Ibunya terkekeh pelan sambil tetap melanjutkan kegiatan memasak. "Sebenernya ada sih, Dek. Lagian kenapa? Emang Adek mau minum? Masih kecil juga..."
Jingga ikut terkekeh mendengar jawaban ibunya. "Ya... Jingga kaget aja. Kemarin ada temen Jingga yang dateng dan minum champagne, kirain dia bawa dari mana gitu, Mi."
"Oh... Yaudah lah, Dek. Temen Adek ini kan?"
Jingga mengangguk kecil sambil tetap melanjutkan kegiatannya. "Ngomong-ngomong, Abang ke mana, Mi?"
"Masih tidur deh kayaknya. Belum Mami cek sih, cuma biarin aja lah. Mungkin capek kemarin abis acara."
"Iya sih ya, Mi." gumam Jingga sedikit mengangguk.
"Jingga kayaknya berangkat lagi ke Korea besok malem deh, Mi. Udah lima hari juga ada di Bandung, kalau lewat dari waktu yang ditentuin nanti kena penalty."
"Padahal coba cari kerja di sini aja, Dek. Biar deket juga bisa pulang ke rumah setiap hari."
"Iya sih, Mi... Tapi kan rezekinya Jingga lagi ada di sana?"
"Yaudah deh. Mau bekel apa dari rumah buat di sana?"
"Mau bawa mie sih yang pasti. Nanti siang atau sore Jingga minta Abang anter ke super market deh."
"Emang udah pesen tiket pesawatnya?"
Jingga mengangguk kecil. "Udah, Mi."
"Ya nanti ajak Abang aja kalau mau belanja ya. Mami sama Papi sore ini mau pergi, ada acara makan malem sama temen lama Papi."
Jingga kembali mengangguk dan setelah itu keduanya disibukkan dengan kegiatan membuat sarapan.
Sudah menjadi pelajaran bagi Jingga untuk tidak lagi berleha-leha di rumah. Dari pagi-pagi sekali ia bangun kemudian membereskan rumah, setelah itu mandi dan membantu ibunya memasak di dapur seperti sekarang.
Karena bagi Jingga, apalagi yang bisa ia lakukan selain itu?
*****
"Abang."
"Apa Bakpao?"
"Anterin Jingga yuk, Bang."
"Boleh. Kapan?"
"Sore ini deh." Jawab Jingga ketika menyadari hari sudah siang.
"Gak bisa adek sayang. Kalau hari ini Abang udah ada janji. Besok gimana?"
"Besok Jingga udah berangkat lagi ke Korea, Bang."
"Lho? Kok cepet banget?"
Jingga berdecak pelan. "Udah hampir seminggu kok, Bang. Dan Jingga cuma ambil cuti seminggu. Jadi ya gitu."
"Aduh, gimana ya." Gumam Cakra bingung. "Apa mau ikut aja sama Abang dan Wanda? Nanti pulangnya kita beli apa yang kamu mau beli."
Jingga yang paham dengan situasi yang ada langsung menggeleng. "Nanti Jingga beli sendiri aja deh. Abang pergi aja gak apa-apa."
"Atau mau nitip?"
Jingga langsung tersenyum lebar walaupun dalam hati kenapa pemikiran untuk menitip saja tidak terlintas di benaknya. "MAUUU."
"Nanti Jingga kirim chat ke Abang ya daftarnya apa aja."
"Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fiksi Penggemar(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]