17. Cry and Stay

2.3K 438 73
                                    

"Jadi udah yakin nih?"

Jingga mengangguk kecil sebagai jawaban. "Justru Jingga yang pengen nanya, Kak."

"Nanya apa?"

"Kak Tiana yakin mau pindah dari apartemen ini?"

Tiana mengangguk santai. "Yakin, Ji. Sayang banget kalau Kakak masih pake apartemen ini sementara kerjaan Kakak setahun ini bakal banyak di luar kota."

"Yaudah deh kalau gitu." Gumam Jingga pada akhirnya.

"Mau Jingga bantu temenin nyari apartemennya gak, Kak?"

"Boleh. Paling weekend sih Kakak nyarinya."

"Nah, pas tuh. Jingga pasti bisa."

*****


Lo di apartemen gak? | 09.18 AM

09.23 AM | Gak

09.23 AM | Gue lagi keliling cari apartemen

Oh | 09.23 AM

Lo...  | 09.50 AM

Jadi pindah? | 09.55 AM


Rajasa terdiam menatap handphonenya yang kembali sepi menandakan bahwa Jingga belum membalas pesannya lagi sampai sekarang. Sudah pukul 1 siang dan perempuan itu sama sekali belum membaca pesannya yang terakhir.

Rajasa terdiam.

Rasanya aneh mengetahui kenyataan bahwa Jingga akan tetap pindah dari apartemen Tiana walaupun ia sudah menyarankan perempuan itu untuk tetap tinggal.

"Kenapa sih lo ngelamun mulu?" tanya Basa yang sejak pagi sibuk menatap layar laptopnya.

Ya, sepupunya itu kembali ikut menginap di apartemennya.

Maklum, perusahaan Basa sedang melakukan kerjasama besar dengan perusahaan di Korea Selatan. Sehingga sepupunya itu akan sering berada di sini.

"Siapa yang ngelamun?" jawab Rajasa dengan pertanyaan.

"Elo." Jawab Basa santai.

"Ngelamun, terus ngeliatin hape, terus ngelamun lagi."

"Masa sih?" gumam Rajasa tidak percaya.

Basa menutup laptopnya dan berjalan mendekat ke tempat dimana Rajasa duduk.

"Sini coba cerita sama Aa." Ujar Basa sambil menarik paksa kepala Rajasa agar bersandar di dadanya.

"ih, tai!" pekik Rajasa sebal.

Basa terkekeh senang melihat sepupunya yang kesal. "Jadi kenapa?"

Rajasa terdiam tidak menjawab apa-apa untuk beberapa saat.

"Gak akan cerita nih? Biar perasaan lo baikan dikit."

Rajasa pada akhirnya menoleh sedikit ke arah Basa sebelum ia menghela napas panjang. "Ya gitu."

"YA GIMANA?!" pekik Basa kesal.

"Tetangga gue mau pindah." Jelas Rajasa dengan cepat.

"Terus?" tanya Basa dengan keningnya yang berkerut bingung.

"Tetang—OHH TETANGGA LO?!" lanjut Basa tiba-tiba memekik kencang.

Basa masih ingat dengan jelas kejadian tempo lalu ketika Rajasa membeli banyak hadiah dan menjemput perempuan di pintu sebelah.

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang