"Hili Gik Gik Gik kitinyi. Kiyik sindirinyi bikin Jing." Ejek Rajasa sambil berjalan kembali masuk ke apartemen.
Rajasa langsung menggunakan handphonenya untuk menghubungi seseorang. "Halo?"
Beberapa saat menunggu kemudian teleponnya diangkat. "Halo? Ada apa malem-malem telepon?"
"Eomma mana, Pa?" tanya Rajasa pada ayahnya.
"Udah tidur. Kenapa sih?"
"Rajasa kesel ah."
"Kesel kenapa lagi? Ini jam sepuluh malem ya. Awas aja gak penting."
"Kenapa nama Rajasa diganti jadi Helios! Jadinya banyak yang ngejek!"
Ayahnya terdiam untuk beberapa saat kemudian langsung tertawa terbahak setelahnnya. "Siapa emang yang masih suka ngejek kamu? Anak kecil?"
"Boro-boro anak kecil. Tetangga Rajasa, tuh." Adunya kesal.
"Hahaha ya udah lah. Masa mau ganti lagi? Itu setifikat kelulusan mau gimana? Emang gak males gantinya?"
Rajasa berdecak kesal mendengar jawaban ayahnya. "Ah Papa emang gak asik. Gak kayak Eomma."
"Eomma mah manjain kamu terus. Masa udah umur 25 masih suka ngadu."
Rajasa kembali berdecak sebal. "Pokoknya Rajasa kesel kenapa Karta namanya lebih bagus!" pekiknya kemudian segera mematikan telepon.
"Eh, tunggu!"
Rajasa yang hampir saja mematikan sambungan telepon langsung terdiam, "kenapa, Pa?"
"Minggu depan pulang ya."
"Ke Ansan?"
"Bukan. Ke Bandung."
"Lah? Ada apa emangnya?" tanya Rajasa bingung.
"Ulang tahun Enin. Sama sekalian Papa mau ketemu temen lama."
"Kan Papa yang mau ketemu temen lama? Kenapa bawa-bawa Rajasa? Lagian Rajasa kerja, Pa."
"Cuti aja."
"Aduh enak banget ini bapak-bapak nyuruh anaknya cuti." Keluh Rajasa tanpa ragu. "Gaji Rajasa dipotong, Pa."
"Dipotong berapa? Nanti Papa ganti."
Rajasa langsung otomatis tersenyum lebar. "Oke. Rajasa ikut pulang ke Bandung. Karta gimana?"
"Dia juga pulang. Sekalian kalau bisa katanya mau kenalin Soojung ke keluarga besar."
"Ceilah yang punya pacar."
Ayahnya kembali tertawa mendengar jawaban Rajasa. "Dasar sirik."
"Bukan sirik, Pa. Tapi geli. Papa harus tau gimana anak Papa itu. Ngerti bucin gak Papa? Nah kayak gitu!"
"Ya bagus atuh. Kamu mah sirik aja gak ada yang bisa dibucinin."
Rajasa kembali berdecak kesal mendengar jawaban ayahnya. "Udah ya, Pa. Rajasa mau tidur. Dah, Papa."
Ayahnya terkekeh pelan dan bergumam mengiyakan. Kemudian Rajasa langsung memutus sambungan teleponnya.
Ketika ia berganti pakaian dengan piyama, tiba-tiba handphonenya memunculkan beberapa notifikasi. Rajasa berjalan santai untuk mengambil handphonenya tapi kemudian alisnya menukik bingung.
10.45 PM | Annyeonghaseyo, Rajasa-ssi! Apa kabar?
10.45 PM | Maaf mengganggu malam-malam. Aku hanya ingin mengirimkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]