"Kenapa lagi?!"
"PAPA! I LOVE YOU!" pekik Rajasa lewat sambungan telepon dan langsung segera mematikannya.
Rajasa berlari masuk ke balik selimutnya dan langsung menenggelamkan wajahnya di atas bantal.
"Shit. Gue gak bisa tidur kalau gini." Lirih Rajasa sambil menyentuh bagian dadanya.
Untung saja Basa tadi mengirimnya pesan bahwa Karta menjemputnya untuk makan-makan dan kemungkinan sepupunya itu akan tidur di apartemen Karta malam ini. Jadi Rajasa tidak perlu merasa kesal dan terganggu dengan reaksi sepupunya jika melihat ia seperti sekarang.
"Eomma, tolong aku..." lirih Rajasa dalam Bahasa Korea.
"Ah, kenapa gerah banget sih." Kesalnya langsung melepaskan coat yang sejak tadi masih ia pakai.
Rajasa membolak-balik tubuhnya di atas kasur sambil menggigit bibir bawahnya agar ia tidak mengeluarkan teriakan tidak masuk akal pada larut malam seperti ini.
Bagaimana ya, jantungnya berdebar-debar dan ia ingin berteriak dengan tujuan agar ia merasa lebih lega setelahnya. Tapi untuk apa? Rajasa sendiri masih tidak ingin mempercayai mengapa jantungnya bekerja seperti ini.
"Back to your sense!" pekiknya kesal pada diri sendiri.
Rajasa merasakan pipinya memanas dan tubuhnya langsung mendekat menuju cermin di apartemennya.
Ia terdiam.
Kemudian ia semakin mendekatkan wajahnya ke cermin dan menatap lama pada satu titik.
"Her lipstick." Gumam Rajasa pelan.
Rajasa kembali teringat bahwa Jingga memang memakai lipstiknya lagi sebelum mereka berdua keluar dari kafe tadi, mungkin karena lipstik yang perempuan itu pakai sejak dari rumah sudah terhapus karena makan dan minum di sana.
Rajasa menghela napas panjang sebelum akhirnya ia melepaskan turtleneck dan juga celana panjangnya, kemudian ia terburu-buru menggantinya dengan salah satu piyama hanya untuk langsung kembali mendaratkan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Bodo amat. Malem ini gue gak akan cuci muka!" ujarnya sebelum menarik selimut dan mencoba tidur.
Ya, hari ini mungkin hari yang menyenangkan bagi Rajasa. Tapi kalau efek sampingnya membuat ia tidak bisa tidur, Rajasa kesal juga rasanya.
"Shit. Udah jam 4 pagi dan gue gak bisa tidur." Lirihnya kembali sambil memegang dadanya yang berdebar tidak karuan.
*****
"Wah, yang abis ngedate dapet banyak kado ya?" ujar Tiana yang dini hari tadi sampai di apartemennya.
Terima kasih pada sepupunya itu, tadi pagi ada yang memasakkannya sup rumput laut.
Jingga yang cukup kerepotan hanya mendengus dan terburu-buru menyimpan barang-barang di tangannya ke atas meja.
"Siapa yang ngedate sih, Kak?" heran Jingga setelah ia melepas coat yang dipakainya.
Tiana terkekeh sambil berjalan menuju sofa yang Jingga duduki. "Bunga, boneka, terus itu juga ada kado lagi. Bagus dong, Ji! Akhirnya punya pacar juga."
"Tapi Jingga emang gak punya pacar, Kak." Keluh Jingga sebagai jawaban.
"Oalah, masih pendekatan gitu?"
Tiana mengangguk-angguk. "Emang kalau masih pendekatan suka ngasih banyak-banyak gitu, Ji. Namanya juga cari muka."
Jingga kali ini yang terkekeh mendengar ucapan Tiana. "Gak ada yang lagi pendekatan, Kak Tiana sayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]