19. Be Okay

2.5K 431 83
                                    

"Iya, Eomma."

"Sejak tadi malam." Lirih Rajasa sambil menarik selimut untuk menutupi kepalanya.

"Buatkan Rajasa makanan yang enak." Pintanya merajuk.

"Iya, Rajasa tutup ya? Kepala Rajasa pusing sekali. Dadah, Eomma."

"Iya, Rajasa sayang Eomma."

Rajasa langsung menghempaskan handphonenya asal dan kembali melanjutkan rencananya untuk bergelung di dalam selimut seharian.

Semalaman sejak pulang dari Lotte World bersama Jingga, ia terus-terusan bersin dan tubuhnya pun hampir semuanya sakit.

Rajasa bahkan tidak yakin ia benar-benar tertidur tadi malam karena ia sibuk mengurusi ingusnya yang terus mengalir dan tubuhnya yang sakit karena berkali-kali terjatuh di arena ski.

Rajasa mendengus kesal.

Sudah sakit, rencananya mengutarakan perasaan pada Jingga pun gagal total.

Seolah-olah sakitnya kali ini tidak bisa dibayar oleh apapun.

Tapi tiba-tiba Rajasa tersenyum kecil. Bagaimanapun juga ia mengakui menghabiskan waktu dengan Jingga itu menyenangkan.

Ia juga masih ingat Jingga yang tanpa sadar menggenggam tangannya menuju ke parkiran.

Well, tidak semuanya gagal, mungkin?

Rajasa memejamkan mata berusaha kembali tidur.

Ia sudah menghubungi atasannya untuk tidak masuk hari ini. Untung saja ini hari Jumat, jadi besoknya sudah akhir pekan dan waktu izinnya tidak akan terlalu banyak.

Ingat, tujuan Rajasa untuk kaya raya akan semakin sulit tercapai kalau ia sering tidak masuk kerja.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Rajasa menggeram kesal dan semakin menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuh. Ia tidak ingin bergerak sama sekali karena kepalanya benar-benar pusing.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Rajasa kembali menggeram namun kali ini ia mencoba bangun dan berjalan pelan menuju pintu depan.

Tanpa mengecek interkom, ia langsung membuka pintu depannya asal.

"Eja, makan yu—" ucapan Jingga terhenti ketika melihat Rajasa di depannya.

Rajasa yang menyadari bahwa Jingga yang menekan bel apartemennya langsung berdehem canggung. Ia tidak ingin terlihat sakit oleh Jingga hanya karena tadi malam.

"Astaga." Lirih Jingga pelan.

Masalahnya, Rajasa membuka pintu dengan rambut acak-acakan, hidung merah, mata beler, dan juga selimut yang masih ia lingkupkan sampai menutupi lehernya.

"Lo sakit?"

Rajasa mengangguk kecil. Bingung. Mau berbohong bagaimana? Suaranya saja serak seperti anak remaja baru akil baligh.

Jingga mendorong pelan tubuh Rajasa dan langsung menutup pintu apartemennya. Perempuan itu kini memapah Rajasa kembali ke tempat tidur dan laki-laki itu langsung menjatuhkan tubuhnya kembali.

Rajasa tidak ingin banyak bertingkah.

"Udah minum obat?" tanya Jingga dengan nada khawatir.

Tangan mungil Jingga langsung menyentuh kening Rajasa dan tanpa laki-laki itu sadari, ia tersenyum kecil.

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang