16. Everyday Learning

2.3K 431 129
                                    

"Ji! Tian beneran naksir sama lo deh." Ujar Joana sambil memandangi kalung yang diberikan Tian.

Jingga langsung menghela napas merasa tidak nyaman. "Gue tuh biasanya ngeh loh sama yang suka sama gue, Jo."

Joana terkikik mendengar ucapan Jingga. "So?"

"Tapi gue gak sadar sama sekali tuh sama Tian."

"Nanti setelah gue selesai rapat sama staff gue kayaknya bakal balikin kalungnya deh. Gue gak mau ada gosip aneh-aneh juga di kantor."

Joana mengangguk kecil tanda setuju. "Yaudah, kalau lo nyamannya gitu ya lakuin aja Ji."

*****

"Ih! Ngapain sih lo ada di sini? Kayak gak punya rumah sendiri." Gerutu Rajasa ketika ia membuka pintu apartemen.

Masalahnya, ia langsung disuguhi dengan pemandangan Karta yang dengan santai berbaring di atas sofa sambil menonton TV dan memakan camilan.

"Gue nemenin lo, lah."

"Masa?"

Karta tersenyum lebar sambil membenarkan posisinya. "Abis nganter Soojung ke tempat kerja kakaknya tadi, terus gue ngantuk jadi tadi gue tidur sore di sini."

Rajasa langsung mendengus mendengar jawaban kembarannya itu. "Terus lo mau nginep?"

"Iya dong!"

"Hhh ya udah lah, terserah lo." Putuh Rajasa sambil berjalan ke kamar mandi.

Maklum, ia baru saja pulang dari kantor dan rasanya tubuhnya benar-benar lengket dan terasa tidak nyaman.

"Ngomong-ngomong! Besok lo mau ikut gak?"

"Kemana? Ngapain?" tanya Rajasa yang sibuk memilih baju tidur.

"Ke airport ngejemput Kanya sama Kiya."

"Loh? Kanya ke Korea?"

Karta mengangguk sambil tetap fokus pada tontonannya. "Ada photoshoot di sini katanya."

"Gue gak bisa jemput, kan gue ngantor. Lo gimana sih?"

"Ya kan gue nawarin! Lagian gue mau sekalian bantuin jagain Kiya."

"Prava gak ikut?"

"Nggak." Jawab Karta santai.

"Loh, kenapa?"

Karta menaikkan kedua bahunya tanda tidak mengerti. "Nanti lo nyusul aja, sekalian nemenin mereka mumpung ke Korea."

Rajasa mengangguk mengiyakan. "Oke, nanti gue nyusul. Sekalian beliin dulu hadiah buat Kiya."

*****

Rapat bersama staff berakhir dan Jingga langsung berbisik pelan kepada Tian. Meminta laki-laki itu untuk ikut keluar dari ruangan terlebih dahulu dengannya.

"Kenapa, Mbak?"

Jingga menarik napasnya pelan sebelum mengeluarkan kotak dari saku blazernya. "Kayaknya hadiah kayak gini buat saya terlalu berlebihan, deh."

Jingga menarik pelan lengan Tian dan menyimpan kembali kotak berisi kalung itu di atas telapak tangannya.

"Emang kenapa, Mbak?" tanya Tian bingung.

"Mbak pake aja kalungnya, karena saya juga pake versi gelangnya." Jelas Tian sambil menunjukkan pergelangan tangan kirinya.

Jingga terdiam menatap benda yang dimaksud Tian.

Memang benar, laki-laki di depannya ini menggunakan gelang dengan bandul yang sama persis dengan kalung yang diberikan untuknya.

"Tian, kamu paham gak sih kita dimana?"

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang