"Abaaang!" teriak Jingga sambil berlari menarik kopernya.
"Bakpao coklaaat!"
Jingga langsung masuk ke dalam pelukan kakak laki-lakinya itu untuk melepas rindu. Walaupun baru natal kemarin ia pulang ke Indonesia, tapi rasanya pulang kembali untuk merayakan pertunangan kakaknya terasa aneh.
"Sahabat Jingga kok gak diajak?"
Cakra mendengus mendengar jawaban Jingga, "Gak tau tuh, cuma tunangan doang masa Abang gak boleh ketemu Wanda."
Jingga langsung terkikik mendengar jawaban kakak laki-lakinya. "Yaudah sih, Bang. Bentar lagi juga bakal ketemu."
"Jadinya malah ribet tau, Dek. Mau ngecek tempat jadi sendiri-sendiri, terus nanti baru didiskusiin lewat telepon."
"Besoknya Abang harus ketemu lagi sama organizernya, terus kalau Abang bingung, harus nunggu lagi." Lanjut Cakra sambil membuka pintu mobil.
Jingga langsung menepuk-nepuk punggung kakaknya pelan. "Yaudah. Tapi udah selesai, kan?"
"Udah dong. Abang gak yakin bisa jemput kamu kalau masih riweuh ngurusin kesana-kesini."
Jingga mendengus setelah ia berhasil memasangkan sabuk pengaman. "Ribet banget ya Bang cuma mau nikah doang?"
Cakra dalam diam menyimak.
"Harus tunangan. Terus nanti kalau minta dirayain ya harus dirayain kayak Abang gini. Terus nanti nikah, harus ribet-ribetan lagi juga."
Cakra terkekeh mendengar ucapan Jingga. "Ya emang ribet, Dek. Tapi kan demi bisa hidup sama orang yang kita sayang?"
Jingga berdecak. "Ck. Jingga juga tau deh Abang kan falls head to toe sama Wanda." Gumamnya berdecak.
"Bilang makasih dong, Bang?"
Cakra tertawa mendengar ucapan adiknya. Kemudian tangan besarnya melayang untuk menjitak kepala Jingga dan setelah itu mengusapnya lembut.
"Makasih Jingga Bakpao udah ngenalin Abang sama Wanda."
"Good!" ujar Jingga sambil mengacungkan jempol.
"Mau jajan apa dulu nih?"
"Cuanki serayu dooong! Sama brownies bakar, please!"
"Oke! Biar Abang yang antri dan bayarin."
Jingga langsung memekik senang mendengar jawaban kakaknya.
Beginilah Jingga di rumah. Si anak bungsu yang dicurahkan kasih sayang oleh kakak laki-laki satu-satunya.
*****
"Dek, udah umur segini anak gadis pagi-pagi kok leha-leha?"
Jingga langsung terburu-buru bangun dan tersenyum garing ke arah ibunya. "Nggak kok, Mi."
"Perempuan itu harus udah bangun pagi, beres-beres, mandi, terus dandan yang cantik."
"Jangan-jangan di Korea juga setiap hari sering males-malesan ya?"
Jingga hanya diam dan tersenyum tipis. "Iya Mami, Jingga mandi ya."
Jingga langsung menutup pintu kamarnya dan bersiap-siap mandi. Ia masuk ke dalam bath tub setelah air dirasa cukup dan aroma terapi ia tuangkan ke dalamnya.
Jingga menghela napas.
Jingga suka pulang. Ia suka berada di rumah. Ia suka makan bersama-sama dan bercanda tawa. Hanya satu yang kadang membuatnya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]