Rajasa mendelik sebal melihat perempuan di sebelahnya. Dalam hati dengan begitu yakin ia akan memastikan bahwa perempuan bernama Jingga itu akan menjadi musuhnya dan hidupnya akan menderita.
Setelah lift berdenting di lantai unit mereka, keduanya langsung keluar tanpa mengucapkan satu patah kata. Rajasa memilih mendahului Jingga dan berjalan cepat menuju unitnya. Ia kesal. Sangat kesal malah. Sampai rasanya Rajasa ingin memasukkan kepalanya ke air dingin.
Tapi selain kesal, Rajasa juga sakit.
Tangannya yang dicekal itu berbekas sampai sekarang. "Gak mikir apa kuku kayak singa main nancep-nancep aja di tangan orang." Gerutunya sambil masuk ke dalam unit apartemen.
Rajasa mendapati Karta ada di dalam apartemennya sambil menonton TV.
"Heh, gembel." Tegur Rajasa seenaknya.
"Dari mana sih lo? Gue ke sini gak ada orang."
Rajasa hanya menggoyangkan cup minuman di tangannya sebagai jawaban kemudian ia duduk di sebelah Karta.
"Lah anjir, tau gitu gue nitip. Pengen Latte."
"Delivery lah." Jawab Rajasa santai. "Ngapain lo ke sini?"
"Gak apa-apa. Uh, kangen adikku yang lucu." Jawab Karta sambil mencium pipi Rajasa.
"Najis. Amit-amit ih jauh-jauh lo dari gue! Mabok ya lo?!"
Karta tertawa kemudian melanjutkan kegiatannya menonton TV. "Iya tadi gue minum wine, gak banyak sih. Abis dinner sama Soojung sekitaran sini, jadi gue balik ke sini aja."
"Kok gak lo anterin balik?"
"Dia balik sama kakaknya." Jawab Karta.
Rajasa mengangguk mengerti. Soojung. Pacar Karta yang merupakan seorang model juga aktris papan atas di Korea Selatan. Berhubung hubungan keduanya baru dibeberkan media beberapa bulan lalu, jadi sekarang Karta dan Soojung bisa berkencan di tempat ramai seperti di daerah Gangnam.
Tanpa sadar Rajasa menatap kembali pergelangan tangannya kemudian meringis. "Obatin tangan gue dong, Kar."
"Lah? Kenapa sih? Kok lo codet-codet kecil gini?"
"Dicakar."
"Kucing?"
Rajasa mengangguk tegas. "Iya, gue abis dicakar kucing jelek."
"Astaga. Ngapain sih lo main sama kucing? Katanya lo suka anjing?"
Rajasa memutar matanya malas. Tuh kan, Karta memang gampang dibodohi.
"Ah, ada lah pokoknya. Sekarang obatin tangan gue." Pintanya dengan tangan terulur dan bibir cemberut.
Karta menghela napas namun tubuhnya tetap bergerak menuju kotak P3K yang tersedia di sana.
Jang berpikir itu inisiatif Rajasa yang menyediakan, tentunya obat-obatan itu disediakan oleh ibu mereka. Dan Karta pun memiliki kotak yang sama di apartemennya.
"Kata gue juga, lo tuh kalau mau nyari hewan peliharaan mending nyari aja. Jangan main sama hewan liar." Nasihat Karta sambil mengoleskan obat merah pada beberapa luka di tangan Rajasa.
"Gue juga males main sama kucing jelek, liar, gak mau bertanggungjawab, tukang ngajak perang, ter—"
"Emang kucing harus bertanggungjawab apa sama lo?" tanya Karta dengan alis berkerut bingung.
Rajasa langsung berdehem bingung. "Nggak. Gue ngelantur doang."
Karta yang tidak begitu memikirkan ucapan saudara kembarnya itu hanya mengangguk sambil tetap melanjutkan pekerjaannya. Sementara Rajasa asik menikmati Caramel Macchiatonya sambil menatap tangannya yang kini diolesi obat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]