Rajasa terbangun karena merasakan dadanya sesak. Ia menggeram pelan sambil perlahan-lahan membuka matanya.
Rajasa terdiam mencoba mencerna keadaan.
"Shit." Gumamnya pelan dengan mata melotot.
Dengan pelan-pelan ia segera menurunkan tubuh Jingga yang tadi berada di atas tubuhnya. Ia menyentuhkan telapak tangannya ke kening dan leher Jingga kemudian menghembuskan napas lega.
Tubuh Jingga tidak lagi sedingin es seperti tadi pagi. Malah suhunya cukup hangat—sepertinya Jingga justru malah terserang demam.
"Dasar orang gila ngerepotin." Keluh Rajasa setelah keluar dari balik selimut dan kembali merapikannya untuk Jingga.
Ia terburu-buru kembali mengenakan pakaiannya dan setelah itu terdiam.
"Gue tau dia bisa lempar pisau ke muka gue kalau dia bangun gak pake apa-apa." Gumam Rajasa.
Rajasa berjalan menuju lemarinya sambil memandangi beberapa pakaian. Walaupun ia bisa kembali ke apartemen Tiana dan Jingga, ia masih tidak tahu penyebab matinya penghangat ruangan di sana. Dan Rajasa tidak ingin mengambil resiko masuk kembali ke ruangan yang sangat dingin itu.
Ia akhirnya memutuskan untuk menarik satu kaos dan juga celana training miliknya.
Kemudian Rajasa terdiam.
Tadi pagi ia cukup panik dan tidak banyak memikirkan apa-apa, tapi sekarang ia sudah berada dalam kondisi biasa saja.
"Lo pilih! Mending liat lagi atau lo miminal ditusuk pake pisau?" tanyanya pada diri sendiri.
"Gue gak mau mati karena dituduh sama apa yang gak gue lakuin." Lanjutnya bergidik.
Rajasa menarik napas dalam kemudian menghembuskannya untuk beberapa kali. Setelah itu ia kembali menyingkap selimutnya dan memakaikan Jingga pakaian yang tadi dipilihnya.
"Selesai."
"Kalau Eomma sama Papa tau, gue bakal jadi bulan-bulanan diketawain."
Rajasa kembali bergidik dan duduk di kursi pantrynya.
Ia kembali mendekati Jingga dan menurunkan sedikit selimutnya karena suhu terlalu panas pun tidak baik untuk Jingga. Kembali Rajasa mengecek suhu tubuh Jingga yang kini justru terasa demam.
"Badannya malah anget lagi."
"Ini orang udah makan belum sih?" lanjut Rajasa bergumam.
Pandangannya tanpa sadar jatuh pada baju Jingga yang berserakan di lantai. Masih baju yang tadi malam ia lihat ketika perempuan itu pulang dalam keadaan mabuk seperti orang bodoh.
"Shit. Gue masukin dulu ke keranjang cucian aja lah bajunya." Ucap Rajasa sambil cepat-cepat berlari membawa baju Jingga ke tempat baju kotornya.
Rajasa kembali menghela napas. Akhir pekannya yang santai hancur tiba-tiba.
Ia menghubungi Tiana dan meminta maaf karena tidak mengabari. Kemudian ia pun menghubungi sepupunya—Bunga untuk berterima kasih.
2.46 PM | Syukurlah kalau udah gak kenapa2
2.46 PM | Bawa ke dokter aja kalau demamnya tambah parah
Rajasa tersenyum membaca balasan dari sepupunya itu. Namanya Bunga. Sepupu dari keluarga ayahnya yang tinggal di Jakarta. Bunga adalah sepupunya yang paling baik dan banyak membantu. Setiap ia sakit, sebelum ibunya bisa menyusul ke Seoul, Rajasa pasti menghubungi Bunga dan bertanya tentang apa yang harus ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]