Jingga terbangun dengan dua kondisi yang disadarinya.
Pertama, ia tidur sangat nyenyak dan tidak terusik oleh apapun semalaman. Badannya jelas terasa lebih segar dan mungkin demamnya sudah sembuh.
Kedua, untuk beberapa saat ia terdiam bingung merasakan hembusan napas di dekat kepalanya dan juga tangan yang ada di bawah tangan miliknya.
"Siapa nih?" gumamnya pelan sambil mengumpulkan kembali nyawanya.
Jingga sedikit menoleh ke belakang tubuhnya dan dalam hitungan detik matanya melotot tajam dan tubuhnya otomatis berbalik.
"HEH HELI!" pekik Jingga kesal.
"H-HAH?!" Rajasa yang dibangunkan tiba-tiba langsung terlonjak kaget sambil mencoba membaca situasi.
Jingga berteriak kesal dan langsung menarik rambut Rajasa sekuat tenaga untuk melampiaskan amarahnya.
"NGAPAIN TANGAN LO KAYAK ULER!"
"AW! SAKIT!"
"SURUH SIAPA TANGAN LO MELUK-MELUK GUE!"
"YA SAKIT JINGGA!"
"BODO AMAT!"
"SAKIT! GUE JUGA GAK TAU!"
"GAK MUNGKIN!"
"SALAH SIAPA TIDUR DI APARTEMEN GUE!" lawan Rajasa.
"LO NGEBOLEHIN YA!"
"GAK USAH JAMBAK RAMBUT GUE!"
"BIARIN! BIAR OTAK NGERES LO COPOT!"
"RAMBUT GUE MAU RONTOK!"
"BERISIK!" teriak Jingga lagi.
Rajasa yang merasa rambutnya benar-benar akan rontok karena tarikan tangan Jingga yang sekuat tenaga langsung mencengkram tangan Jingga dan mendorong perempuan itu jatuh ke tempat tidur.
"LO MAU APA"
"Kan kata lo otak gue ngeres." Ucap Rajasa dengan nada lebih tenang. "Jadi mau gue buktiin aja sekalian."
Wajah Rajasa mendekat hampir mengikis habis jarak di antara wajahnya dan Jingga. Jingga sendiri langsung menahan napasnya kaget. Pupil matanya membesar melihat Rajasa yang sepertinya benar-benar tidak berniat untuk berhenti.
Tuk.
Jingga langsung membenturkan kepalanya ke kepala Rajasa dan membuat laki-laki itu langsung meringis kesakitan.
Ia bangkit dari tempat tidur dan langsung berjalan cepat menuju pintu depan dengan penuh amarah.
Jingga menatap Rajasa yang masih terduduk di tempat tidur dengan kesal. "Fuck you!"
"Boleh! Kapan?!" jawab Rajasa dengan lebih menyebalkan.
*****
Di sini lah Jingga sekarang.
Tidak sampai satu menit ia pulang ke unit apartemennya kini Jingga sudah kembali masuk ke dalam apartemen Rajasa.
Wajah memelas Jingga kini berhadapan dengan wajah jengkel Rajasa dengan alisnya yang naik satu. Laki-laki ini pun melipat kedua tangannya di depan dada seolah-olah mempertanyakan kenapa Jingga kembali mengetuk pintu.
"Dingin..."
"Terus?"
"Gue pinjem jaket buat masuk rumah dong."
"Nggak."
"Ih tega banget lo."
"Emang."
Jingga langsung mendekat dan mencengkram lengan Rajasa. "Ya ampun Rajasa, jahat banget lo kayak setan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]