"Hati-hati ya, Dek. Inget! Jangan males-malesan dan bangun siang."
Jingga mengangguk sambil tetap memeluk ibunya. "Siap, Mi."
Setelah memeluk ibunya, Jingga langsung membenarkan tas gendong yang ia pakai kemudian tersenyum kepada semua yang ikut mengantarnya.
Ada ibu, ayah, kakak laki-lakinya, dan juga Wanda.
"Ji, kalau nanti pulang lagi harus main sama gue yang lama ya!" ujar Wanda yang kini memeluk.
"Siap! Asal lo jangan tiba-tiba diculik Jerapah aja."
Wanda tertawa dan mengacungkan jempolnya setuju. Setelah itu Jingga memeluk ayahnya dan kakak laki-lakinya sekali lagi.
Jingga melambaikan tangan sambil tersenyum pada semuanya karena sudah waktunya ia untuk berangkat.
Ia menghela napas kemudian berjalan menjauh bersama barang-barang bawaannya sambil mencoba tersenyum.
Bagaimanapun ia akan selalu merasa sedih setiap kali harus meninggalkan rumah dan juga keluarganya di sini. Bagaimanapun bebasnya kehidupan Jingga di Korea, hatinya akan tetap sedih ketika harus kembali berjauhan dengan orang-orang yang ia sayang.
*****
Jingga paling benci cuti dan ia punya alasan jelas mengapa.
Seperti saat ini ketika ia sedang menjatuhkan kepalanya di atas meja sambil menghela napas.
"Ya ampun setiap hari berasa dikejar setan." Keluhnya pada diri sendiri.
Semenjak ia kembali masuk, Jingga langsung dihadapkan dengan setumpukkan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Hampir setiap hari ia bolak-balik meeting bersama staffnya, kemudian menemui Miss Jung, lalu meeting bersama manajer-manajer lain, kemudian pergi ke luar kantor untuk mencari hal-hal yang tiba-tiba harus ia cari.
Seharian kemarin Jingga bahkan tidak tidur.
Finalisasi konsep untuk produk yang akan keluar di musim semi tetap menjadi tanggungjawabnya. Dan ternyata selama ia cuti, ada elemen-elemen kecil yang penting namun terlewatkan sehingga ia harus menyelesaikan semuanya dalam waktu 24 jam.
"Untung lo gak sampai jatuh cinta sama kopi ya. Gak sampai berdebar-debar hatinya." Lanjutnya pada diri sendiri.
Syukurnya setelah satu minggu yang menyiksa dan juga malam panjang tanpa tidur sama sekali, hari ini konsep mereka selesai dengan memuaskan dan sudah diberikan pada Miss Jung. Selebihnya tinggal divisi lain yang bekerja.
Jingga mengecek handphonenya yang sedari tadi ramai karena notifikasi yang ternyata dari grup bersama para staffnya. Ia membaca chat mereka yang mengatakan ingin melakukan sedikit perayaan sambil minum-minum sepulang kantor.
Jingga terdiam. Ia biasanya bukan orang yang senang bergaul bersama banyak orang. Ya, enam orang pun bagi Jingga sudah banyak. Tapi kalau ia tetap begini bagaimana mungkin ia bisa akrab bersama semua staffnya?
Baiklah, aku juga akan ikut | 4.55 PM
Setelah mengirimkan balasannya Jingga kembali mengecek pekerjaan karena bisa saja ada yang ia lewatkan.
Jingga hanya tidak ingin panik karena pekerjaan. Baginya itu tidak menyenangkan sama sekali dan ia sedang berusaha untuk menghindari hal seperti itu lagi.
Dan waktu pun berlalu begitu saja sampai akhirnya ia pergi bersama staffnya ke salah satu kedai untuk merayakan pekerjaan pertama mereka.
Di sana, Jingga belajar banyak tentang mereka semua. Ia juga belajar sedikit membuka diri. Mungkin lebih ke bercerita seadanya agar ia tidak terlihat begitu kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette
Fanfiction(Series #11 - TAMAT) I like it, I'm twenty-five. [Cerita belum direvisi sejak tahun 2020]