22. Gift

5K 491 240
                                    

"Caramel Macchiato khusus buat yang lagi hobi ngelamun."

Suara familiar itu otomatis membuyarkan lamunan Jingga.

Ia menoleh dan langsung tersenyum lebar ketika mendapati Joanna berdiri di dekat kubikelnya sambil membawa dua cup kopi di tangannya.

"Buat gue nih?" tanya Jingga senang.

"Iya, dong. Siapa lagi sih yang hobi ngelamun kalau bukan lo?"

"Ih, nyebelin deh lo."

"Tapi thanks ya kopinya. Tau aja lagi pengen dijajanin."

Joanna mengangguk kecil sebelum akhirnya kembali berbicara. "Gak mau cerita kenapa ngelamun terus?"

"Gue bingung deh." Ujar Jingga setelah menghela napas panjang.

"Jadi gini, Jo."

"Hmm..." Jingga memutar kursinya agar ia kini berhadapan langsung dengan Joanna.

"Jadi minggu lalu gue makan malem sama sepupu gue itu. Lo inget gak?"

Joanna mengangguk kecil. "Sepupu lo yang pindah dari apartemen kan?"

"Iya."

"Terus?"

"Terus sepupu gue ini ngundang Eja dan sepupunya si Eja ini."

"Wait... Eja tetangga yang lo suka, kan?"

Jingga memutar bola mata dan mengangguk. "Iya dia."

"Lanjut, lanjut."

"Yaudah deh kita makan sambil ngobrol-ngobrol. Tiba-tiba sepupunya si Eja ini cerita soal cewek yang Eja suka."

Joanna kembali mengangguk. "Jadi ini soal patah hati?"

"Bukan gitu."

"Jadi gue kan kenalan sama sepupunya, terus dia tiba-tiba nyeletuk, eh cewek yang si Eja suka juga namanya Jingga."

Joanna yang sedang meminum kopinya langsung tersedak. "Elo maksudnya?"

Jingga mengangguk kecil. "Gue kira tuh Jingga yang lain ya. Tapi sepupunya bilang cewek yang pernah berantem karena masalah kopi tumpah, kerja dimana, terus akhirnya tuh dia dengan santai mastiin kalau gue akhirnya tau gitu loh, Jo."

Joanna langsung tertawa terbahak mendengar cerita Jingga. "Itu beneran sepupunya? Kok bisa sih? Di sana si Ejanya ada?"

"Ya ada lah. Orang dia duduk depan gue."

"Terus gimana?"

"Dia kabur."

"Hah? Kabur?"

"Iya, dia tiba-tiba pulang duluan gitu."

"Hahaha malu kali?"

"Iya kali ya? Soalnya setelah itu sampai hari ini dia gak pernah lagi ngehubungin gue."

"Lo hubungin duluan dong, Ji."

"Heh, males."

"Dih, males apa grogi juga?"

"Udah ah, Jo. Sesi curhat selesai. Silakan kembali ke meja lo."

"Sialan, gue di usir!"

Jingga hanya terkekeh melihat respon Joanna yang memang langsung beranjak pergi dari mejanya.

Ia terdiam.

"Apa gue chat duluan aja ya?"

*****

Akhir-akhir ini, hanya satu yang ingin Rajasa lakukan: mengutuk Basa menjadi batu.

Masih dengan jelas berlari di ingatannya bagaimana Basa dengan lancar membeberkan perasaannya langsung di depan Jingga.

PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang