part 15. Olahraga 2

249 38 1
                                    

"Duh Arjun masa nilai gue cuma 78 sih, kesel banget sama tuh guru killer. kenapa gak di ganti aja sih," gerutu Ariel pada Arjun, sahabatnya. Ia sudah cemberut. Jika saja arjun tak sedang gugup mungkin ia akan menertawakan tingkah sahabatnya.


"Arjun.. Masa nilai gue rendah banget di mapel olahraga ini. Biasanya gue dapat nilai tertinggi."

"Udah gak papa. Mungkin lo belum maksimal aja. Lagian saat ini, nilai lo yang tertinggi."

Arjun berusaha menyemangati sang sahabat. Melihatnya yang tampak bersedih, tentu juga akan membuat Arjun ikut bersedih. Ariel itu orangnya baik banget, ia pun sering kali membantunya ketika lagi ada masalah.

Pertandingan berlangsung cukup sengit, namun dari banyaknya siswa tentu tak banyak yang merasa senang bahkan  lebih kepada kesal karena nilainya yang tak sesuai dengan kerja keras mereka.

"Baiklah pertandingan selanjutnya adalah Arjun dan Leon," intruksi pak Denny langsung membuat Leon yang mendengarnya tersenyum senang. Dalam hatinya, ia sudah menyatakan jika dirinyalah yang menang. Dan Arjun akan kalah. Pertandingan kali ini akan sangat seru jika Arjun kalah dari Leon.

"Arjun, semangat. Gue akan selalu dukung lo. Jangan lengah dengan perkataan si Leon itu," bisik Ariel menyemangati.

"Thanks Riel. Gue akan berjuang meski pada akhirnya dia yang akan menang," ungkap Arjun yang merasa semuanya sudah jelas, dengan bertanding ataupun tidak.

"Lo jangan menyerah. Buktikan bahwa lo jauh lebih kuat dari perkiraan mereka," Ariel tak ingin melihat Arjun sedih, ia harus menyemangati sang sahabat.

Sebuah anggukan dan senyuman Arjun berikan pada Ariel, ia bersyukur ada orang yang mau berteman dengannya dengan tulus. Bukan kebanyakan orang yang berbaik hati padanya karena ia adalah anak bungsu Mahardika, pemilik sekolah ini.

"Riel. Gue minta tolong awasin kakak gue, jangan sampai dia kesini."

Selain khawatir akan kesehatannya, Arjun pun merasa cemas jika kakaknya melihat mengikuti pelajaran olahraga. Padahal mereka telah melarang keras Arjun. Tapi tak ada yang bisa Arjun lakukan, pak Denny seperti memaksanya.

Sebelum melangkah ke garis star, Arjun menatap jendela di lantai 4, menatap pada kelas Devin.

"Semoga kakak gak liat aku deh. Semoga dia lagi belajar, kakak maafkan Arjun, kali ini melanggar," batinnya.

Pertandingan pun segera di mulai.  Mereka bergegas ke garis star. Namun sebelum di mulai, Leon sempat berbisik pada Arjun. Dengan kata-kata yang sangat percaya diri.

"Arjun, lo harus bersiap-siap menerima kekalahan ini."

Arjun tidak menanggapinya. Ia tidak boleh goyah atas perkataan Leon, harus tetap  fokus, meyakinkan hati bahwa dirinya bisa menang meski ia sudah tau kenyataannya. Tapi ia juga tak bisa menyerah begitu saja, karena harga dirilah yang menjadi taruhan.

"Satu..."

Novi memberi instruksi kepada kedua murid itu, mereka berdua pun bersiap-siap. Membuktikan siapa yang akan menang di pertandingan ini. Jika kali ini Leon bisa mengalahkan Arjun, itu berarti sesuatu yang tak terduga.

"Dua...."

"ARJUN SEMANGAT!" teriak Ariel dari kejauhan. Dengan semangat membara ia meneriaki nama sahabatnya. Arjun yang mendengarnya hanya bisa menahan senyum.

"Ti....GA!"

Novi berkata dengan keras di akhir kalimat. Mereka berdua mulai berlari sekuat tenaga.

Pertandingan kali ini dimenangkan oleh Leon, tentu membuat Leon sangat bahagia. Ini pertama kalinya  ia bisa mengalahkan Arjun. Dengan tersenyum tersenyum meledek ia menatap Arjun.

"Sudah gue bilang, lo gak akan menang. Lain kali latih tubuh lo, biar gak lemah," ujarnya dengan pedas.

Leon melangkahkan kakinya terlebih dahulu, meninggalkan Arjun di garis finis.  Tanpa di duga ternyata Arjun tengah menahan sesak dalam dadanya akibat kehabisan energi. Selama ini Arjun tak pernah mengikuti pertandingan lari karena kesehatannya. Namun ia begitu nekat, tak memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. 

Tetapi ia tidak boleh lemah di mata semua murid, ia berjalan dengan tertatih menahan sakit di dadanya. Saat  sampai, pak Denny mulai mengumumkan nilai mereka berdua.

"Perandingan ini, sudah terlihat dengan jelas. Siapa si pelari tercepat dan pelari yang sangat lamban," ucap pak Denny sambil melihat kedua muridnya. 

Leon berdiri dengan tingkat kepercayaan diri yang sudah sangat tinggi. Karena sudah jelas Arjun lah si lamban itu.

"Selamat kepada Leon pelari tercepat diantara teman-teman kamu yang lain. Kamu mendapatkan nilai 99," ucap pak Denny mengumumkan nilai Arjun yang tinggi.

Leon langsung bersorak gembira, ia tak henti hentinya memamerkan nilainya itu membuat semua teman sekelasnya. Bukannya ikut senang, mereka justru kesal karena merasa pak Denny curang dalam memberikan nilai.

"Dan untuk Arjun kamu kalah bahkan menjadi pelari terlemah yang pernah saya lihat," ucapnya menohok.

Arjun memegang dadanya yang semakin sesat,  di tambah hatinya yang sakit. Meski tahu kenyataannya tetapi saat di umumkan, tetap saja rasanya sakit. Namun ia hanya bisa pasrah karena memang inilah yang pantas untuknya.

"Cara berlari Arjun persis seperti kura-kura yang berjalan. Sangat lamban. Kamu mendapat nilai 10."

"Iya pak," jawab Arjun pasrah. Ia begitu buruk dalam pelajaran ini, seharusnya tadi ia tak mengikutinya saja. Ini bahkan memberikan rasa sakit, yang pasti berefek pada kesehatannya.

Ariel yang mendengar nilai dari Arjun sangat emosi, ia merasa pak Denny sangat tidak adil. Ini seperti sebuah rencana, mungkin saja pak Denny dengan Leon bersekongkol. Namun sepertinya tak mungkin karena pak Denny adalah guru yang sangat garang dan killer. Mana mungkin ia mau bekerja sama dengan Leon, kecuali. Kecuali jika mereka memiliki hubungan.

Ariel  ingin protes, namun  Arjun lebih dulu melarangnya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Baiklah pertandingan hari ini cukup memuaskan. Nilai yang kalian dapatkan tidak perlu di protes, itu sudah sesuai dengan kemampuan kalian sendiri," suara pak Denny menggelar di lapangan luas itu.

"Baik hari ini cukup sampai disini, materi selanjutnya adalah renang.  Kalian harus mempersiapkan diri jika kalian ingin nilai kalian lebih baik dari ini. Maka berjuanglah dengan sebaik mungkin. Dan pengambilan nilai berikutnya semuanya harus siap, tak ada alasan. Karena olahraga akan membuat tubuh kalian jadi sehat, bukan mati."

Setelah mengatakan itu, ia langsung bergegas pergi. Pelajaran hari ini cuma Leon yang mendapat nilai di atas 90.

Semua murid bergegas masuk ke kelas, namun Arjun hanya berdiam diri di lapangan tidak mengikuti teman temannya yang lain. Ia rasanya tidak bisa kembali kekelas, apalagi berakting bahwa ia tidak dalam keadaan baik.

Ada yang kembali ke kelas, ada yang berganti seragam terlebih dulu, dan ada yang langsung ke kantin untuk mengisi perut mereka.

Arjun masih berdiam diri dengan posisi jongkok. Ia pun tidak bisa memberitahukan ini pada teman sekelasnya. Jadi ia memilih diam menyembunyikan rasa sakitnya.

"Ya Tuhan.. Ini sangat sakit," batin Arjun yang merasakan sakit di tubuhnya.

25 juli 2022

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang