Part 10. Kejutan

353 48 0
                                    

Mahkluk yang ada di atas pohon besar itu, semakin mendekati Devin. Ia berjalan di atas pohonnya tanpa rasa takut. Bahkan saat hujan yang mengakibatkan pohon itu akan licin.

Devin pasrah. Tak ada jalan keluar, hingga akhirnya.

Bruk!

Sosok berjubah putih itu melompat hingga jatuh menimpa Devin.

"AAAAAA." Devin berteriak kesakitan. Badannya rasanya sudah remuk atas sosok makhluk tak di undang itu.

"Rambut lo bau njink," sempat-sempatnya Devin mengomentari rambut panjang dan kusut si makhluk yang menyerupai setan itu.

"HAHAHA," setan yang berada di pintu tadi pun, kini sudah sampai di dekat Devin yang terbaring di atas lantai tak berdaya.

Devin tak bisa melihatnya dengan jelas. Karena ponselnya terlempar entah kemana. Ia memejamkan matanya sembari membacakan sebuah doa, Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa biidznih, ya'lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa' wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya'uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal 'aliyyul 'adhiim. Untuk mengusir mahluk-makhluk ini.

Dia diam di tempat. Namun tangannya meraba-raba. Ia merasakan ada sebuah tangan yang memegang lengannya cukup erat. Cukup membuat Devin berteriak terkejut. Namun, tubuhnya diam membeku di tempat, ia tak bisa kabur dari sini.

Devin memberanikan diri untuk kembali meraba-raba. Karena ada yang janggal dalam hal ini.

Dan setelah Devin memegang tangan si mahkluk itu, dirinya langsung merasa aneh, "Kok gue bisa pegang dia ya? Padahal kan kalau mahkluk halus, mana bisa di sentuh," gumamnya.

Untuk mengetahui hal yang menjaggal ini, Devin memberanikan diri untuk mencubit kulit mahkluk yang menimpanya itu. Cubitannya bisa di katakan cukup sakit.

"ARGGG!" Teriakan itu berasal dari si makhluk berjubah putih itu. Membuat keyakinan Devin semakin kuat. Jika mereka berdua bukanlah hantu melainkan makhluk yang sama dengannya, yaitu manusia.

"Kalian berdua. Jawab dengan jujur kalian manusia atau hantu?"

Pertanyaan yang di lontarkan Devin hanya bagaikan angin lalu oleh si dua makhluk itu. Tak ada yang menjawab pertanyaan.

"Gue nanya serius. Gue tau kalian cuma bercanda 'kan. Gak usah nakut-nakutin. Gue gak suka," Devin berkata dengan marah. Ketakutannya hilang setelah ia meyakinkan diri jika di hadapannya ini hanya orang iseng, tapi untuk apa.

Kedua mahluk itu tiba-tiba berdiri. Lalu pergi meninggalkan Devin sendirian dalam kegelapan.

"Lah kok pergi? Ini sebenarnya atau manusia sih?" Devin bergumam lirih.

"Tapi kalau hantu, masa iyya gue bisa pegang dia. Katanya kan kalau hantu gak bisa di sentuh, tapi tadi bisa. Ini sih fiks, cuma orang iseng."

Devin sudah tidak takut lagi, ia mengambil handphonenya dengan cara meraba-raba lantai. Setelah menemukannya ia segera turun untuk mencari keberadaan Haikal.

"Haikal? Lo dimana?" teriakan Devin menggelar di rumah itu.

Namun satu ruangan, yang terdengar cukup berisik itu, membuat Devin yakin jika Haikal berada disana. Mungkin sedang di sekap oleh dua setan tadi.

Tok. Tok.

Devin mengetuk pintu itu, ruangan yang tadinya berisik tiba-tiba hening. Seolah tak ada apa-apa di dalam.

"Haikal.. Lo di dalam 'kan?!"

Tak ada sahutan, yang terdengar hanya suara hujan dan guntur.

Devin memegang knop pintu. Dan alhasil langsung terbuka, karena memang tidak di kunci.

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang