Part 18. Devin bertindak

364 43 0
                                    

Melihat Arjun yang menjatuhkan dirinya ke lantai, Ariel langsung membawa Arjun ke UKS agar segera di tangani.

"Bandel banget sih Arjun, lo bohongin kakak lo," batin Ariel yang merasa cemas dan takut secara bersamaan.

****

Diam berarti bukan tidak tahu.

Devin dan si dua kembar Ziel kini berjalan di koridor sekolah sambil mengobrol-ngobrol. Memang tak akan ada yang menegur, karena sekolah ini di atas namakan Arjun, putra bungsu Mahardika.

Meski awalnya Arjun menolak, namun karena ayahnya memaksa, membuatnya mau tak mau harus menerimanya. Lagi pula dengan begitu, tak akan ada yang berani mencari masalah dengannya.

"Apa Arjun beneran gak papa?" tanya Arziel yang sangat menghawatirkan kondisi adiknya.

Devin menepuk pelan bahu Arziel, "lo tenang aja. Dokter yang ada di UKS adalah dokter pribadi Arjun jadi dia pasti bisa menanganinya. Lagi pula Arjun juga tidak akan sadar siapa dokter itu."

Arziel menatap Devin dalam diam. Pandangannya memancarkan kecemasan. Meski tahu Arjun tak akan kenapa-napa, tapi perasaan seorang kakak tak bisa di hindari. Gaziel sendiri tengah mengepalkan tangannya dengan emosi menggebu-gebu.

"Berani-beraninya dia bermain di belakang kita. Inilah Definisi bermuka dua yang sesungguhnya," ujar Geziel
membuat saudaranya memandang terkejut pada Geziel.

Anak itu berubah jadi menyeramkan tak seperti biasanya. Sepertinya Geziel memang sedang di landa kemarahan yang tinggi.

"Sabar Geziel. Karena dia sudah memulai permainan, maka kita pun harus menjadi bagian permainan itu," ucap Devin yang membuat kedua adiknya tak mengerti. Namun berbeda dengan Devin yang justru menyunggingkan senyuman misterius.

"Maksudnya gimana?"

"Sini gue bisikin," kedua kembar Ziel lalu mendekat pada Devin. Mereka pun segera mendengar bisikan tentang ide gila dari kakaknya itu.

Mereka bertiga tersenyum, rencana awal yang cukup menarik. Tak ada salahnya untuk di coba.

"Idenya bagus kak," komentar Arziel.

"Tentu. Itu kan hasil pemikiran otak cerdas gue," ujar Devin bangga sembari menepuk-nepuk pelan dadanya.

"Iya in biar cepat," balas Geziel langsung mendapat jitakan pelan dari Devin.

"Yaudah lu berdua kembali ke kelas gih," usir Devin setelah Geziel membalas jitakan Devin tadi. Karena menurut anak itu, meski tak sopan pada kakak tapi tak masalah jika itu adalah Devin.

"Terus lo kak?" Arziel bertanya.

"Gue akan ke ruang si tua bangka itu," ujarnya secara tak langsung menghina gurunya sendiri. Devin tak merasa memiliki guru berhati kejam sepertinya.

"Oke deh. Tapi jangan bertindak sebelum ada kita. Jangan gegabah kak," pinta Arziel yang sebenarnya merasa takut jika kakak nya itu malah melakukan hal lain.

Sebuah acungan jempol Devin berikan. Sampai akhirnya kedua kembar ziel kembali ke kelasnya.

"Lo udah ganggu kesayangan gue. Jadi jangan salahkan gue kalau lo akan mendapat balasan yang setimpal," batin Devin menahan amarah.

Tujuan kedatangan ketiganya ke UKS adalah untuk mengantar dokter pribadi Arjun. Mengingat tadi ketiganya hanya diam menyaksikan ke lapangan dimana Arjun harus lari padahal hal itu dilarang karena masalah kesehatan. Dan lagi pula sang guru sudah di beri tahu penyebabnya mengapa Arjun tak di perbolehkan mengikuti pelajaran olahraga itu.

Namun justru sang guru sendirilah yang sepertinya dengan sengaja ingin menyiksa Arjun. Dan karena itu ketiganya marah namun tak tega memarahi Arjun yang justru memilih berbohong, menyembunyikan ini semua.

Devin sendiri tak menyangka, jika guru olahraga itu memang memiliki beberapa dendam pada Arjun. Ia tahu karena Devin telah menyuruh ora.g untuk mencari tahu siapa sebenarnya pak Denny itu. Dan setelah di awasi ternyata itu semua demi Leon.

Yang menjadi permasalahan utamanya memang bukanlah pak Denny, namun karena guru olahraga itu ikut campur. Jadi membuat Devin akhirnya menargetkan pak Denny lah yang pertama.

"Hidup itu singkat, jangan sampai di sia-siakan!"

Berung saja karena Arjun tak pingsan di lapangan, jika sampai hal itu terjadi, pasti saat itu juga Devin membalasnya dengan lebih kejam.

Berani-beraninya dia, yang hanya sebagai orang asing menganggu adik kesayangannya, dia dengan sengaja ingin membuat Arjun sakit, sedangkan dirinya yang kakaknya sangat menjaga anak itu. Agar Arjun tetap bisa bahagia dan sehat tentu saja.

Namun kali ini, tindakan yang pak Denny lakukan benar-benar keterlaluan. Dan dia juga harus menikmati permainan dari Devin. Sebuah permainan yang di mulai daro pak Denny sendiri.

Devin itu memiliki aura ceria, suka jahil, bercanda namun bisa berbuah menjadi seorang psikopath yang sangat kejam. Sifat asli Devin yang jarang orang tahu, bahkan Arjun pun tak tahu. Karena kenyataannya Devin adalah calon mafia yang sudah di ajarkan sejak berusia 12 tahun.

Dan jika ada seseorang yang menganggu kesayangannya, maka jangan salahkan Devin jika dirinya akan membalas orang itu. Tak membiarkannya untuk hidup dengan damai.

Memang, Devin memiliki trauma akan hal-hal mistik. Dan aura ke mafia an nya langsung lenyap jika ia di hadapkan dengan hal-hal seperti itu. Kelemahannya ada dua, yaitu Arjun dan hantu.

Dan kini ia telah sampai di ruang guru, ia mengetuk pelan pintunya sebagai tanda kesopanan.

Dilihatnya pak Denny sedang mengobrol dengan pak Jufri, guru biologi. Menyadari kedatangan Devin, mereka langsung berdiri dari duduknya. Sama-sama memberikan senyuman pada Devin. Dan sini Devin bisa melihat senyuman tulus dari pak Jufri namun pak Denny justru memberikan senyum palsu, sangat di paksakan.

"Nak Devin, apakah ada keperluan?" tanya pak Jufri dengan ramah.

"Iya pak, bisa minta tolong ini diberikan pada bu Yani. Ini dokumen penting tapi sepertinya bu Yani sedang mengajar di kelas," Devin menyerahkan sebuah dokumen pada pak Jufri yang langsung di iyakan olehnya.

Dan kini tinggallah mereka berdua tunangan ini. Devin langsung mendudukkan dirinya di atas sofa, sembari menaikkan kedua kakinya diatas meja, bentuk ketidaksopanan.

Devin melirik pak Denny yang sedang menahan amarah. Membuatnya justru menyunggingkan seringai an.

"Pak Denny, apa lagi ada kerjaan?" Devin bertanya sembari melempar-lempar kertas di meja pak Denny. Ia tahu kertas-kertas itu adalah kertas penting. Namun justru melempar-lemparnya ke lantai seolah itu adalah kertas biasa, layak dijadikan sampah.

"Nak Devin, tolong jangan buang kertas ini. Ini sangat penting ini menyangkut pekerjaan saya. Kalau rusak akan berbahaya."

Pak Denny berusaha menghentikan perbuatan Devin dengan memberikan pengertian. Namun bukannya menurut, Devin justru dengan semangat melempar-lemparnya.

"Lagi gak ada pekerjaan 'kan? Pungut gih. Itu pekerjaan buat anda," perintah Devin dengan nada santai.

Dilihatnya pak Denny melotot terkejut atas permintaan Devin. Jika saja Devin bukanlah anak dari Mahardika, sudah ia hukum anak tak tahu diri ini.

25 juli 2022

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang