Part 13. Surat

282 43 0
                                    

Mendapat sebuah surat dari Arjun, membuat Devin tak henti-hentinya tersenyum. Bukan senyuman yang berkesan meledek, karena adiknya berani memberikan hal yang sama sekali tak terpikirkan olehnya. Tapi sebuah senyuman tulus dari seorang Devin.

"Makasih adikku sayang," Devin yang kelewat senang langsung merengkuh tubuh Arjun, meski anak itu sedikit memberontak karena malu karena di perhatikan oleh Haikal, Fiki dan Gerry yang menahan senyum melihat interaksi mereka.

"Kakak jauh ih, malu tau," ucap Arjun menghentikan kakaknya yang malah mencium-cium pipinya gemes.

Bukannya menjauh, Devin malah tambah bersemangat melakukan hal itu. Bukan karena apa, Arjun kalau malu pipinya jadi merah dan menggemaskan. Semua yang ada di ruangan itu tentu saja ikut merasa gemas.

"Manis banget sih adek gue. Kesayangan kak Devin nih," balas Devin bangga.

"Iri deh gue," lirih Haikal yang berstatus sebagai anak tunggal.

"Sabar. Kita pun tak jauh beda," Fiki menepuk pelan bahu Haikal, guna menyemangati anak itu agar tak sedih karena terlalu kesepian sendiri tanpa adanya saudara.

Geziel sih bodoh amat, udah sering dia melihat drama kayak gini. Di antara mereka Devin memanglah yang paling memanjakan Arjun.

"Udah Vin peluknya. Nanti kalian telat," peringat Rafka yang sangat jengah dengan Devin yang tak tahu tempat dan waktu.

Dengan tak rela, ia melepas pelukannya. Yang secara otomatis membuat Arjun bernafas lega. Akhirnya bisa terbebas dari Devin.

"Bentar, gue mau baca surat dari adek imut gue dulu," ucap Devin sudah bersiap-siap membuka amplop yang berisikan surat dari Arjun.

"JANGAN!" pekik Arjun. Hal itu menghentikan Devin yang sedang mencoba membukanya.

"Nanti aja. Aku gak mau di ejekin sama kalian apalagi sama kak Rafka," Arjun melirik Rafka yang sudah senyum-senyum mengejek sedari tadi.

"Oke deh," Devin menyetujui.

Kini ke tujuh manusia itu sudah berjalan ke luar dari rumah, berhenti di dekat dua mobil yang terparkir di depan rumah Haikal.

"Eh kak. Lo kenapa ikut sih," Devin lagi-lagi memprotes.

"Lo mau ngulang masa SMA?"

Rafka memutar matanya malas. Merasa heran karena Devin yang sepertinya tak menyukai kehadirannya.

"Lo kenapa sewot banget sih Vin. Padahal gue udah baik banget loh ngasih lo hadiah, capek-capek datang kesini, masa respon lo kagak gitu," ungkap Rafka.

"Niat gue baik kak. Gue cuma mikirin nanti pulangnya lo gimana," balas Devin tak ingin di salahkan.

"Pake nih mobil lah," jawab Rafka dengan santai sembari menunjuk mobil yang tadi ia pakai.

"Enggak-enggak," sahut Arziel tak terima.

"Enggak boleh. Terus kita pulangnya gimana!" Geziel ikut menimpali.

"Naik bis sana. Kan lebih enak gak perlu capek nyetir, iya 'kan Vin?"

"Enak aja. Lu aja sana kak, naik taksi. Nih mobil kan punya gue," Rafka tentu tak terima masa dia yang punya mobil ini, malah dirinya yang justru di suruh naik kendaraan umum.

Rafka tak mendengar ucapan Devin. Langsung mengambil tempat duduk di kursih pengemudi lalu menyuruh ketiga adeknya untuk masuk, kecuali Devin, si pemilik mobil ini.

Mobil yang di kendarai oleh Rafka pun segera melaju meninggalkan mereka yang masih berdiri.

"Anjir, kakak gue," gumam Devin mengumpati kakaknya sendiri.

"Yaudah lah Vin. Yuk ke sekolah. Nanti dihukum lagi," ujar Fiki lalu masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan, Devin mencoba membuka amplop yang tadi sempat tertunda itu. Lalu membuka isinya dan mulai membaca dengan tampang serius.

"Kakak ku Devin...

Hi kak, pertama-tama Arjun mau mengucapkan Happy Birthday, selamat menua, selamat bertambah usia. Arjun juga mau meminta maaf karena ngasihnya cuma gini, soalnya gak sempat buat beli hadiah, hehehe.

Maaf karena sebenarnya Arjun lupa kalau kemarin ulang tahun kak Devin. Tadi pagi baru tahu, setelah kak Rafka ngasih tau.. Sorry ya kak, Arjun tidak ingat hari spesial kakak.

Devin terkekeh melihat kalimat yang di tuliskan Arjun. Ia tahu anak itu memang tidak akan mengingat hari ulang tahun saudara-saudaranya yang lain. Bahkan ulang tahun nya sendiri pun ia lupa.

Tetapi yang terpenting baginya adalah Arjun masih ada di antara mereka, masih sehat dan tersenyum lebar karena berhasil menjahili kakak-kakaknya.

Sebenarnya Arjun gak mau nulis surat kayak gini, soalnya malu. Apa lagi Arjun itu cowok gengsi kalau harus nulis surat sama kakaknya. Tapi Arjun selalu meyakinkan diri jika suatu hari nanti harus terbiasa dengan surat-surat agar Arjun bisa merangkai kata-kata dalam sebuah tulisan untuk di tinggalkan.

Kakak jangan ketawa ya, kalau baca surat ini. Jangan di bocorin juga sama kakak-kakak yang lain. Arjun gak pengen di katawain. Arjun nulis ini sebagai contoh aja sih, supaya nanti bisa jadi terbiasa.

Hehehe tapi jangan di kasih tau yang lain, kalau Arjun akan memberikan kalian semua surat. Kalau di spoiler Arjun marah loh sama kak Devin. Gak mau nemenin bicara sampai sebulan. Ini bukan ancaman ya kak, Arjun serius.

Kakak tau, apa yang paling spesial dalam hidup Arjun? Itu karena Arjun memiliki kalian, meski Arjun selalu membuat kalian marah, menganggu tapi itu semua Arjun lakukan agar nanti jika saatnya tiba, kalian akan selalu mengingat momen-momen itu.

Sebuah coretan tinta di atas kertas yang akan nanti menjadi kenangan masa-masa dimana kita masih saling melengkapi. Hidup itu tak ada yang tahu, takdir ada di tangan Tuhan. Segala hal sudah di atur, sama seperti kita yang pada akhirnya akan berpisah.

Kakak semoga ulang tahun berikutnya kita masih bersama, merayakannya dalam suka dan bahagia. Arjun berharap segala doa yang kakak pinta akan terkabul. Dan semoga kakak suka sama surat ini, sebuah hadiah yang sangat sederhana dari Arjun.

Arjun sayang kakak,...sebenarnya banyak yang ingin Arjun katakan, tapi tidak melalui surat ini. Mungkin surat yang akan datang nanti, hehehe.

Apa pun yang terjadi di masa depan, Arjun pengen kakak menjadi diri kakak sendiri. Jangan ada tangis atau sedih karena takdir yang akan terjadi. Terimakasih untuk semuanya kak Devin. Aku sayang kakak.

Maaf jika berlebihan hehehe."

Dari adikmu yang paling tampan.

Arjun.

Surat di akhiri, Devin tanpa berkata apapun langsung memasukkan kembali kertas itu. Lalu beralih menatap keluar jendela. Hatinya tiba-tiba di landa perih jika yang di katakan Arjun akan terjadi.

"Gak akan ada yang pergi, gak akan ada yang meninggalkan, gak akan ada perpisahan. Kita akan bersama selamanya Arjun, apapun yang terjadi kakak janji," batin Devin.

Ketiga temannya yang melihat itu hanya bisa terdiam. Mereka mengerti bagaimana kehidupan sahabat mereka. Karena pada a
Hakikatnya manusia itu tidak pernah merasakan bahagia saja, pasti ada luka yang tidak akan di tunjukkan pada orang lain.

25 juli 2022

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang