Part 9. Hantu?

353 48 3
                                    

Di dalam kamar bergambar kartun doraemon itu, terdapat dua remaja yang sedang belajar bersama. Tidak, itu hanya terlihat sekilas saja. Karena pada kenyataannya si remaja yang lebih muda itu, tengah sibuk memainkan game di ponselnya, tak memperhatikan ataupun mendengarkan seseorang yang tengah menjelaskan materi padanya.

Natta, pemuda berusia dua puluh satu tahun itu, menatap Arjun tanpa ekspresi. Ia sudah menghabiskan waktunya untuk menemani Arjun belajar, namun justru anak itu tak memperhatikan pelajaran sama sekali.

"Arjun, waktunya tidur," Natta membereskan buku-bukunya, ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Lima belas menit lagi kak," Arjun menjawab asal. Ia masih memfokuskan dirinya pada ponselnya.

"Arjun tidur sekarang!" Natta berkata tegas.

"Enggak!"

Balasan Arjun membuat kesabaran Natta habis. Arjun tidak di perbolehkan begadang karena akan bangun terlambat, dan anak itu punya alasan untuk bolos. Sama seperti hari ini, bolos karena begadang bermain game.

Dengan gerakan cepat, Natta mengambil ponsel Arjun. Membuat sang pemilik ponsel menggeram marah.

"Balikin kak," pintanya.

"Gak. Tidur sekarang."

"Aku nunggu kak Devin," alasan Arjun membuat Natta merotasikan bola matanya.

"Devin gak akan pulang malam ini."

Arjun mengernyitkan alisnya,"lah bukannya kak Devin cuma les? Bentar lagi pulang kok. Arjun akan tunggu."

"Devin gak akan pulang. Dia nginap di rumah Haikal."

"Serius kak? Cuma berdua?" Arjun bertanya dengan tampang serius, mendapat anggukan dari Natta.

"Emang mereka gak takut? Di liar hujan lagi, di tambah ini malam jumat kliwon," Arjun memasang wajah terkejutnya.

"Ngawur kamu."

Arjun mendelik kesal, "siapa yang ngawur. Aku serius loh, malam ini tuh malam jumat kliwon, kalau gak percaya tanya aja sama mama."

"Hari ini hari selasa," balas Natta dengan ekspresi datar.

"Oh iya, lupa. Hehehe." Arjun cengengesan karena salah.

"Yaudah ganti aja, selasa kliwon gitu."

"Arjun, tidur sekarang. Kalau enggak besok kamu naik bus."

Arjun menurut, ia berjalan kekasur nya lalu merebahkan diri. Bukan karena ancaman dari Natta ia ingin tidur tetapi karena dirinya memang sudah mengantuk.

****
Di lain tempat, lebih dari tiga puluh menit mereka berada di posisi yang sama. Lebih tepatnya lagi merenung nasib.

"Gue pengen pulang," lirihnya.

Haikal berjalan menghampiri Devin yang tampak putus asa. Masih tak percaya jika Devin ketakutan hingga menangis seperti sekarang. Bukannya menertawakan sang sahabat, Haikal malah berinisiatif menepuk pelan bahu Devin. Ia tersenyum, mencoba memberikan sedikit keberanian untuk sang sahabat.

"Kal, lo beneran takut pada hal-hal seperti ini?"

Anggukan pelan Devin berikan.

"Karena?"

"Gue pernah di jebak sama saudara gue di rumah hantu. Hantu bohongan hanya sebagai candaan. Tapi sampai sekarang gue masih sedikit trauma."

Penjelasan Devin membuat Haikal terdiam. Sepertinya dirinyalah disini yang bersalah.

"Kita pecahin aja kaca jendelanya," ujar Haikal memberi ide. Ia sungguh tak tega melihat keadaan Devin yang seperti sekarang.

"Jangan!" cegah Devin cepat.

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang