Part 7. Rumah Haikal misterius.

541 47 1
                                    

Hi, i'm comeback, besok enggak wkwkwk.

Happy Reading...

Lain tempat, Kini kedua remaja seusia itu sudah sampai di rumah Haikal. Rumah berlantai dua itu sangatlah nyaman untuk di tinggali. Namun rumah ini pun sangatlah misterius.

Selain karena lingkungannya yang bersih, rumah ini pun sedikit jauh dari penduduk sekitar. Gak jauh banget sih, cuma sekitar dua kilo meter dari rumah-rumah yang lain.

Di samping kiri kanan di tumbuhi pohon-pohon yang sekarang lumayan lebat. Bahkan ada yang sengaja di tanam, tepat di samping jendela kamar Haikal. Entah apa maksud orangtuanya melakukan hal itu masih menjadi misteri.

Kalau malam, sekitaran rumah Haikal itu sepi banget, banyak kejadian aneh yang terjadi di sekitar rumah keluarga Haikal ini. Contohnya, banyak kejadian seperti kecelakaan luka berat hingga tewas di tempat.

Entah karena memang mereka yang tak berhati-hati ketika berkendara, atau ada hal lain yang mengganjal. Dan karena kejadian-kejadian itulah membuat Haikal trauma tak akan pulang ke rumah jika sendirian.

Tadinya, ia ingin menginap saja di salah satu rumah sahabatnya, tetapi ia mengingat pesan ibunya yang melarang hal itu.

"Akhirnya sampai!" pekik Devin bernafas lega. Rumahnya  Haikal dari tempat les jauh loh. Bahkan ini sudah pukul 20.00, di perjalanan sekitar satu jam tiga puluh menit.

"Senang banget lo," tegur Haikal menatap Devin yang langsung menyolonong masuk saja.

Namun kakinya berhenti, ketika ia mendapati ruangan yang sangat gelap tak ada pencahayaan sedikitpun. Mau mengambil handphone tapi hp nya mati saat di perjalanan tadi.

Devin berdiri di pintu utama, menunggu Haikal yang sedang memarkir mobil. Meski pintunya sudah terbuka, ia tak berani masuk sendirian di tambah rumahnya ini sangat gelap.

"Anjir, ini rumah hantu ya?" gumam Devin, tiba-tiba ia merasa angin berhembus begitu cepat ke arahnya. Bulu judulnya merinding ketika mengingat anak anak sekelasnya yang sering men gosip perihal rumah misterius Haikal.

Ingin berbalik, tetapi ia tak berani. Akhirnya hanya berdiam diri kaku. Devin meski sering sok berani, tapi ia sebenarnya begitu penakut, bahkan lebih penakut dari Arka, saudaranya yang di juluki paling penakut oleh Mahardika bersaudara.

Ia memejamkan mata sembari berdoa dalam hati. "Ya Tuhan, lindungilah hamba mu ini dari sesuatu yang akan menakuti hamba. Tolong selamatkan lah hamba sampai pagi menjelang, amin," doanya.

Tak lama, ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya. Namun Devin tak bergerak, malah semakin berdoa.

"Ya Tuhan.. Hamba takut..pengen nangis aja deh."

Si pemilik tangan itu, mengernyit heran karena Devin yang badannya sedikit bergetar.

"Devin, lo kenapa!" ucap Haikal merasa khawatir dengan keadaan Devin.

Meski sudah tahu itu Haikal, namun Devin tetap memejamkan matanya.

"G-gue gak papa," balasnya cepat.

Haikal menghela nafas, mengerti akan situasi yang terjadi. Ia segera masuk ke dalam dengan melalui pencahayaan dari handphonenya ia berjalan ke dinding, untuk menyalakan lampu di ruangan ini.

"Buka matanya, udah terang nih," perintah Haikal.

Devin pun menurut, ia membuka perlahan matanya dan secara perlahan ruangan yang tadinya menyeramkan kini tampak seperti rumah biasa pada umumnya.

Ia segera menutup pintu, lalu berjalan menyusul Haikal yang sedang duduk di sofa. Mengistirahatkan tubuhnya sejenak, karena ia begitu lelah. Tak jauh beda dengan Haikal, Devin pun mengambil tempat duduk di samping Haikal.

Saudara MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang