Langit semakin gelap dan sebagian lampu-lampu taman sudah menyala. Aku dan Pak Paris masih duduk menikmati keheningan setelah pembicaraan panjang kami. Perasaanku masih campur aduk antara menerima dan menolak kenyataan bahwa Angkasa, sahabatku yang selama ini aku harap berita tentang kematiannya hanya gosip. Ternyata benar.
Air mataku kembali mengalir. Lama sekali aku terisak dan pria di sampingku sama sekali tidak menyuruhku diam. Dia hanya menemaniku. Setelah tangisku reda, dia menyerahkan sapu tangannya untukku. "Sudah?" tanyanya.
Aku menjawab, "sudah."
Lalu dia bangun dari tempat duduk. "Kita jalan-jalan keliling alun-alun. Saya pengen lihat keseluruhan tempat ini."
Dia memimpin jalan terlebih dahulu, sementara aku di belakangnya. Namun, mendadak dia berhenti. "Kamu ke sini." Dia menunjuk sebelah kanan sisinya yang masih kosong. "Saya nggak tau wilayah ini. Kamu jadi tuan rumah seharusnya nggak membiarkan saya jalan di depan sendirian," ujarnya dengan suara datarnya. Kami jalan sebentar, tetapi tak ada yang bersuara karena aku bingung memilih topik pembicaraan, dia pun juga tak ada inisiatif untuk membuka obrolan.
Selang beberapa menit, ponsel ku berbunyi, panggilan dari driver ojek online.
"Pak. saya pergi dulu ya. Saya sudah ditelepon jemputan."
"Pacar kamu?" tanyanya dengan wajah penasaran.
Aku menggeleng sembari melambaikan tangan dengan gerakan cepat. "Saya nggak pernah pacaran, Pak." Aku menutup mulut setelah menyadari ucapanku.
Pak Paris menatapku dengan raut terkejut. "Kamu nggak pernah pacaran? Kok Bisa?"
"Ya, bisa. Buktinya saya nih, Pak. Emang harus pacaran, ya." Aku mengeluarkan nada judes.
"Kaget aja. Saya kira kamu pacaran dengan Angkasa, makanya dia sesayang itu sama kamu ... oh, maaf." Dia mengucapkannya dengan wajah menyesal karena melihat romanku berubah murung.
Ponsel kembali berdering. Driver sudah menungguku di sebelah utara taman. Aku buru-buru pamit padanya dan segera mempercepat langkah menuju driver itu berada. Namun, aku melihat bayangan yang mengikutiku. Aku memalingkan wajah ke belakang dan ternyata pria itu sedang mengikutiku.
"Pak, motornya parkir di sayap barat, 'kan?" Aku terus melangkah.
Dia tidak menjawab. Ketika aku akan mengambil helm dari bapak driver, Pak Paris mencegahnya. Buru-buru dia mengambil dompet dan mencabut dua lembar uang berwarna biru. "Maaf Pak, saya yang akan antar dia pulang. Tadi ada miskomunikasi makanya dia langsung pesan ojek online tanpa konfirmasi dulu ke saya."
"Oalah, lagi berantem, ya," ucap Pak driver sebelum tancap gas meninggalkan kami.
***
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini.
Informasi, kalau extra part ini hanya dipublish di Wattpad sampai tanggal 16 Mei 2023 pukul 22.00 WIB. Selebihnya bisa dibaca di Karyakarsa ya.
Extra Part ini berisi kelanjutan yang terjadi pada bab 34 dan spoiler siapa suami Arosa di bab terakhir di cerita Jalan Masih Panjang di Wattpad.Extra part ini akan menjadi rangkuman kisah cinta Arosa dan suaminya sampai mereka menikah dan punya anak. Nanti cerita lebih lengkap tentang kisah PDKT, pacaran sampai menikah akan di-publish di Wattpad paling cepat tahun depan.
Harga extra part di Karyakarsa Rp 4.500
Terima kasih buat pengertian teman-teman.
***
Cara membeli extra part Jalan Masih Panjang, bisa lewat website tanpa harus download aplikasi. Selain lebih murah harga top up koin, metode pembelian juga lebih banyak.
Caranya:
1. Akses www.karyakarsa.com
2. Buat akun
3. Ketik di kolom pencarian nama akun: Nona Adilau atau judul karya, Extra Part Jalan Masih Panjang
4. Klik judul karya
5. Klik ikon kotak biru yang ada lambang koin dan angka 45
6. Kemudian pilih metode pembelian
7. Klik "Support"
8. Setelah itu lakukan pembayaran dan karya sudah bisa dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALAN MASIH PANJANG (Tamat)
General Fiction🌟Pemenang Kontes Flaming Woman by Wattpad Chicklit Indonesia🌟 Arosa Maharani, hampir berusia 25 tahun, dinilai oleh orang-orang sebagai sosok pemalas dan beban orang tua karena tak kunjung menyelesaikan skripsi. Padahal dia hanyalah seorang gadis...