29. Arosa yang Jadi Bahan Gosip

204 17 0
                                    

Konten kedua untuk promosi toko di aplikasi toktok, aku bercerita tentang bagaimana toko ini yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan orang tua sehingga dapat menyekolahkanku. Aku sempat menyinggung toko ini yang hampir bangkrut, tetapi perlahan toko sedang berusaha untuk kembali bangkit..

Video ini tembus 1,5M viewer dan banyak yang menanyakan di mana letak toko ini. Aku mengarahkan mereka yang satu kota denganku untuk membeli lewat online saja karena toko masih tutup.

Bersyukur banget pesanan banyak yang masuk.

"Bungkusan ini mau kamu bawa ke mana?" Mama mengambil salah satu barang pesanan yang sudah kukemas.

"Ini pesanan customer, Ma. Aku jualan barang toko kita lewat online."

Mama menatapku bingung. "Maksudnya jualan di internet?"

"Iya, video kemarin tentang perjalanan cinta Mama dan Papa sebagai salah satu cara aku untuk promosi toko kita lewat internet. Terus aku buat video lain lagi dan banyak yang pesan, Ma. Makanya aku sibuk packing dari pagi."

"Wah, kamu ada aja ide kreatifnya. Coba dari dulu kepikiran gini, mungkin Mama nggak usah capek nunggu toko seharian."

"Menurutku Mama lebih cocok jualan di toko aja. Mau buka kamera aja, Mama masih salah pencet menu." Aku menghindar dari Mama yang akan mencubitku. "Ampun, Ma."

"Berapa orang yang pesan?" Mama menghitung jumlah barang yang sudah dipesan.

"Sekitar 50an orang yang pesan. Semuanya dalam kota. Kita minta ongkos kirim untuk diantar langsung ke rumah mereka. Makanya bentar lagi Melisa datang jemput aku buat antar pesanan ini."

Selama tiga hari berturut-turut kami mengantar pesanan dari siang sampai malam. Namun, lama kelamaan capek juga tiap hari packing terus antar hampir ke seluruh penjuru kota. Aku sampai tidak sempat mengerjakan revisi skripsi lagi. Untung tidak dicari Pak Paris.

"Ma, aku buka toko besok ya. Seminggu mau libur jualan online," kataku setelah dipersilahkan masuk ke dalam kamar Mama.

"Nggak takut tertular virus?" Mama bertanya dengan raut khawatir.

"Tenang aja, Ma. Aku udah pikirkan caranya biar aman. Pembeli hanya boleh sampai di depan pintu aja karena nanti pintu akan kita tutup dengan kardus dan karung beras. Terus bagian atasnya pakai plastik. Nanti bagian bawahnya aku lubangi---"

Mama mengernyit dahi dalam. "Mama bingung ya. Aku aja bingung jelasinnya." Aku terbahak kemudian disambut tawa Mama.

***

Ada suka dan duka kalau toko dibuka. Sukanya pembelian jauh lebih banyak dari penjualan online karena dari pesan mulut ke mulut yang tahu kalau video konten toko ini viral di media sosial, sehingga membuat para tetangga penasaran belanja. Bahkan ada pembeli yang rumahnya luar komplek tempat tinggalku. Sedangkan dukanya karena aku harus menahan mendengar pertanyaan kepo dan nyinyir dari para tetangga tentang kehidupanku.

"Kamu udah selesai kuliah kok jaga toko aja."

"Lama juga ya kuliah kamu."

Aku hanya menanggapi dengan senyum sinis, tetapi tidak kelihatan karena tertutup masker. Kenapa ada manusia tidak ada kerjaan yang suka sekali mengurusi urusan orang lain.

Hari keempat toko dibuka mulai terdengar selentingan kurang menyenangkan yang disampaikan Kak Rani.

"Kak Ros. Ada cewek di RT sebelah ngomong ke aku kalau ada yang gosipin Kakak. Katanya Kakak tuh kalau jaga toko sambil goda cowok." Rani berbicara dengan volume kecil. Takut kedengaran Mama.

JALAN MASIH PANJANG (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang