9. Arosa yang Kebingungan

299 23 0
                                    

AKU LANGSUNG UPDATE CERITA INI TANPA DIBACA ULANG, JADI KALAU KETEMU KALIMAT YANG GAK SINKRON ATAU TYPO, TOLONG BANTU KORENSI YA.
MAKASIH


Cobaan apa lagi ini, ya ampun! Laptop yang menemaniku selama dari awal masuk kuliah, saksi aku menangis dan tertawa karena drama Korea yang aku tonton lewat benda ini, ratusan episode Running Man yang selalu menghiburku di kala sedih memperjuangkan hidup, mendadak mati total. Segala upaya sudah aku buat tetapi tidak membuahkan hasil.

Rasanya seperti saat ini kamu sedang ada urusan mendadak dan sangat penting di luar pulau, tapi saat kamu ke bandara, pesawat sudah lepas landas. Panik gak, pasti paniklah. Itulah yang aku rasakan saat ini. Tiga hari lagi penutupan pendaftaran ujian proposal dan laptopku mati total. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

"Oke, tenang. Tarik napas ... hembuskan ... rileks." Aku bermonolog di kamar kos.

"Ada apa, Kak?" seru Helda dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamarku.

"Laptopku mati ... aku gak jadi ujian. Sial banget jadi orang, emang gak berguna." Aku menjerit dengan lelehan air bening mulai berderai dari pelupuk mataku.

Beberapa detik Ada yang mengusap bahuku. "Ya, ampun, Kak. Kenapa nangis? Tenang dulu. Coba kakak jelasin mungkin aku bisa bantu cari solusi." Helda mengambil beberapa helai tisu dan membantu menyeka air mataku.

"Tiga hari lagi udah tutup pendaftaran ujian proposal dan kamu lihat sekarang, laptopku ...." Aku menekan tombol power dekat layar berulang kali, tetapi tidak bisa menyala seraya terisak.

"Sini coba aku lihat." Helda mengambil laptop dari pangkuanku, melepas baterai laptop kemudian memasangnya kembali dan menekan tombol power sekitar tiga detik. Hasilnya nihil.

"Kayaknya kita harus bawa laptop ini ke tempat service buat diperbaiki deh, Kak. Kebetulan hari ini aku gak ada kelas. Ini juga baru jam sepuluh masih ada banyak waktu, bila perlu kita tunggu aja sampai mereka selesai perbaiki laptop kakak. Gimana?"

Tanpa pikir panjang aku menyetujui usulan perempuan berkulit kuning langsat ini. Salah satu hal yang paling disyukuri para perantau yang tinggal di kos adalah akur dengan penghuni kos lainnya. Termasuk aku yang memiliki teman kos yang baik, ramah, saling tolong menolong layaknya saudara. Seperti saat ini, ketika satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran adalah aku pasti akan dikeluarkan dari kampus karena tidak mungkin mengikuti ujian proposal dengan keadaan laptop yang sudah rusak. Helda datang membantuku memberikan jalan keluar.

Satu jam kemudian kami sudah berada di sebuah bangunan kecil di dalam gang yang ternyata dipadati oleh orang-orang, kemungkinan mereka juga ingin memperbaiki laptop mereka. Kata Helda ini walaupun tempatnya kecil, tetapi cukup terkenal sebagai salah satu tempat service laptop terbaik di kota ini. Pemiliknya adalah seorang lulusan SD yang belajar otodidak tentang komputer dan segala seluk beluknya sehingga bisa membuka tempat service sekaligus mempekerjakan beberapa mantan anak jalanan.

Lima belas menit kemudian aku dilayani oleh salah satu pegawainya, dia bilang kalau laptopku baru bisa diambil dua hari lagi karena sedang banyak pelanggan yang mereka layani. Rasanya aku hampir gila waktu dengarnya, soalnya aku belum ada persiapan apa-apa. Proposalku di dalam laptop dan belum diprint. Salah satu syarat daftar ujian adalah menyerahkan empat rangkap proposal ke sekretariat fakultas yang nanti akan diteruskan ke para penguji dan dosen pembimbing.

"Kalau sebentar sore bisa gak? Saya bayar lebih deh. Tolong, Kak. Aku butuh banget untuk ujian." Kalau mereka minta lebih aku akan kasih, serius deh.

"Gak bisa, Kak. Ini antriannya banyak," sahut pegawai pria berambut gondrong ini.

JALAN MASIH PANJANG (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang