3 hari berlalu, Naresya maupun Kailo masih setia menutup mata mereka.
"Sya, sudah 3 hari nih, kamu masih pengen tidur ya?" Justin rindu dengan segala tingkah Naresya.
"Iya nih, kakak juga rindu suara lumba-lumba mu bersahutan dengan suara milik Justin sampai bikin kakak pusing," ucap Sean setengahnya menyindir Justin.
"Apaan sih? Mana ada suara aku begitu," sebal Justin.
"Ada lah, kamu sama aja sama Naresya. Kalau ketawa kalian disatuin, teriakan kalian disatuin, bisa runtuh ini mansion."
"Hiperbola deh."
Di tengah-tengah perdebatan mereka, Naresya mulai membuka matanya perlahan.
"Eungh..."
Sean dan Justin yang mendengar suara Naresya pun segera melihat ke arah ranjang.
"Adek udah sadar?" Sean sungguh senang.
"Aku panggilkan kak Dave dan juga kak Winter."
Justin segera keluar dari kamar Naresya dan mengetuk pintu kerja pangeran dan putri es itu.
"KAKK, NARESYA SUDAH SADAR," teriak Justin di depan pintu.
Dave dan Winter segera keluar dari ruang kerja mereka dan berlari menuju kamar Naresya.
"Akan ku periksa," ucap Winter.
Winter memeriksa keadaan adiknya dengan teliti. Senyuman manis terbit di wajah cantik milik Winter.
"Adek kakak yang paling cantik, ada yang sakit?" tanya Winter lembut.
"Pusing kak."
"Itu wajar, jadi adek harus banyak-banyak istirahat ya. Jangan banyak gerak dulu," ucap Dave.
"Aku kenapa emangnya kak?" bingung Naresya.
"Adek sakit demam, gak nurut sih sama kakak. Kalau kakak bilang istirahat itu ya istirahat," ucap Winter lagi mode singa.
"Maaf kak, gak lagi deh," sesal Naresya.
"Iya dong, gak boleh dilakuin lagi. Kakak sedih kalau liat adek sakit."
"Jangan sedih kak, Naresya janji deh selalu nurut kakak."
Naresya masih belum menyadari adanya Justin di kamarnya.
"Sya, gimana?" tanya Justin yang berhasil membuat Naresya terkejut.
"Loh, kok bisa dia disini?" bingung Naresya.
"Justin yang bantu kami merawatmu. Bilang terima kasih sana," jelas Sean.
"Ehm, makasih ya," ucap Naresya malu-malu.
"Iya sama-sama. Cepet sembuh ya."
"Iyaa. Oh ya kok kakak bolehin dia masuk?"
"Panjang ceritanya, nanti kalau sudah waktunya kakak bakal ceritain. Sekarang kamu lapar gak?" tanya Winter berusaha mengalihkan perhatian.
"Eumm... lumayan sih."
"Kakak buat makan siang dulu."
"Kalau lupa bahan-bahan dapur habis kak," ingat Justin.
"Oh iya ya, kak bisa temani aku belanja?" tanya Winter pada Dave.
"Iya, kita ganti dulu."
Setelah dua manusia es itu pergi, mereka bertiga segera berpelukan. Sebenernya sih Naresya gak mau, tapi dipaksa sama kembarannya. Nurut aja Naresya, asal kakak nya seneng.
"Oh ya aku baru ingat, PUBG ku gimana dong?" masih sempat-sempatnya Naresya mikir game nya.
"Aman, udah aku bantu naikin level kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The EKITAFA
FantasyPlanet Eterno, dimana pohon kehidupan berada. Pohon inilah yang mengatur keberlangsungan hidup di seluruh dunia paralel. Lalu bagaimana jika pohon kehidupan di bakar oleh kekuatan merah atau yang dimiliki oleh makhluk red force. Apakah anak-anak r...