Selesai dari cafe, Justin dan Naresya memutuskan untuk berkeliling sebentar menikmati udara malam.
"Hari ini kamu senang?" tanya Justin.
"Tentu, ini pertama kalinya aku merasakan makanan enak, suasana menenangkan, dan juga hal tadi," ucap Naresya yang malu-malu di akhir.
"Ada yang malu nih," goda Justin.
"Ishh enggak ya," elak Naresya.
"Aku juga senang Sya. Sejujurnya ini juga pertama kali aku benar-benar merasakan jatuh cinta sedalam ini," jujur Justin.
"Kamu juga pertama kali?" tanya Naresya kaget.
"Iya, sebelum-sebelumnya hanya sekedar rasa suka. Tapi, ketika denganmu benar-benar rasa yang baru pertama kali aku rasakan. Jantung ku berdetak dengan kencang, aku akan ikut tersenyum ketika melihat senyumanmu. Masih banyak lagi sih, jadi kau benar-benar bisa menarikku jatuh ke dalam dirimu sedalam mungkin."
"Hahah bisa aja deh."
Setelah mengatakan itu tak ada percakapan lagi dari mereka berdua. Justin sibuk menyetir dan juga Naresya yang sibuk menikmati keindahan kota di malam hari sambil mendengarkan musik.
"Sudah sampai nih," ucap Justin.
"Iyaa, kok cepet banget ya rasanya," lesu Naresya, ia masih ingin menikmati indahnya malam.
"Nanti kapan-kapan akan ku ajak berkeliling kota," hibur Justin.
"Janji ya," Naresya menunjukkan jari kelingkingnya.
"Iya janji," jawab Justin mengaitkan jari kelingking miliknya dengan milik Naresya.
Baru saja masuk mansion, sudah disambut oleh Winter.
"Ke ruangan khusus," ucap Winter kemudian segera berlalu dari ruang tamu.
"Ada apa dengan kak Winter?" bingung Justin.
"Entahlah," jawab Winter yang juga bingung. Ia tak merasakan aura kemarahan dari kakaknya.
Sesampainya di ruang Ilos bersaudara, sudah terdapat Dave dan juga Sean yang menunggu mereka.
"Ini sudah terlalu malam," ucap Dave menunjuk ke arah jam yang menunjukkan angka 10.
"Maaf kak, tadi kami berkeliling sebentar," ucap Justin.
"Jangan marahin Justin kak, tadi aku meminta dia untuk berkeliling sebentar menikmati udara pegunungan," bela Naresya.
Winter yang mendengar itu pun menatap terkejut pada adiknya.
"Sejak kapan adik kecilnya ini mau membela orang lain, bahkan kakak-kakaknya saja tidak pernah di bela oleh adiknya itu," batin Winter.
Sejenak dia menyadari ada yang berbeda dari Naresya.
"Apa kalian sudah bersama?" tebak Winter.
Justin yang mendengar itu pun sedikit agak terkejut, lalu dia segera menetralkan lagi raut wajahnya.
"Itu benar kak, tadi aku sudah menyatakan pada Naresya," jawab Justin tegas.
"Jagalah adikku dengan baik, jangan pernah sakiti dia," nasihat Dave.
"Kakak-kakak tidak marah?" tanya Naresya melihat ketiga kakaknya satu per satu.
"Tidak, yang penting adek bahagia," jawab Sean sambil mengelus rambut adiknya.
"Terima kasih kak," Naresya memeluk Sean dari samping.
"Apa yang kamu rasakan sekarang Naresya?" tanya Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
The EKITAFA
FantasyPlanet Eterno, dimana pohon kehidupan berada. Pohon inilah yang mengatur keberlangsungan hidup di seluruh dunia paralel. Lalu bagaimana jika pohon kehidupan di bakar oleh kekuatan merah atau yang dimiliki oleh makhluk red force. Apakah anak-anak r...