"Kak, apakah nanti bakal terjadi perang besar?" tanya Naresya.
"Itu sudah pasti, mau tak mau perang bakal terjadi. Jika tak ada perang, kita tak bisa memusnahkan red force," jawab Dave.
"Apakah tidak ada cara lain untuk memusnahkan red force tanpa ada perang?" tanya Sean.
"Kalau ada sudah pasti kakak ambil jalan itu Sean, tapi sayangnya tidak ada jalan lain selain kita berperang dengan mereka."
"Aku tidak ingin terjadi perang," sedih Naresya.
"Kakak pun juga tidak ingin perang terjadi, tapi mau bagaimana lagi. Jika kita tidak memusnahkan red force, maka hidup kita yang akan berbahaya. Jadi, pilihannya adalah kau membunuh atau dibunuh," Dave memberi pengertian pada si kembar.
Winter dari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka saja. Jujur saja Winter juga tidak ingin ada perang, tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah menjadi takdir yang harus dijalankan.
Setelah percakapan itu tak ada percakapan lagi sampai mereka melihat ada sungai di depan mereka.
"Kak apa sebaiknya kita istirahat sebentar dulu di sini?" usul Winter.
"Boleh," Dave setuju.
Mereka meletakkan barang bawaan mereka dan mengistirahatkan badan mereka sebentar.
"Kak, aku mau ambil air dulu ya di sana," tunjuk Naresya pada sungai jernih di depan mereka.
"Iya, hati-hati. Apa perlu kakak temani?" tawar Winter.
"Tak perlu, kakak di sini saja istirahat. Kakak mau aku isikan juga airnya?"
"Boleh," Winter memberikan botol minumnya pada Naresya.
Ketika Naresya sedang mengisi airnya. Tiba-tiba dari arah samping ia di bekap oleh seseorang yang entah itu siapa.
Ketiga kakak nya tak ada yang melihat kejadian itu karena mereka sedang memejamkan mata mereka.
Bahkan ketika Naresya diculik pun tak ada suara teriakan Naresya karena penculik tersebut memakai obat bius dosis tinggi.
5 menit kemudian Winter lah yang tersadar bahwa Naresya belum kembali juga sejak tadi.
Mata Winter meneliti ke arah sekitar mereka mencari Naresya, tapi ia hanya melihat botol minum Naresya dan juga miliknya saja di pinggir sungai.
"Kak, bangun. Naresya hilang," panik Winter membangunkan Dave.
Dave yang mendengar bahwa Naresya hilang langsung membuka matanya, begitu juga dengan Sean.
"APAA? BAGAIMANA BISA DIA HILANG?" Dave terkejut sekaligus sedikit panik.
"Tadi dia akan mengisi air minum di sungai itu, lalu aku menawarkan diri untuk menemaninya, tapi dia menolak. Setelah 10 menit dia tak kembali-kembali," jelas Winter.
"Mungkin Naresya hanya berjalan-jalan sebentar," ucap Sean yang berusaha tenang dan berusaha berpikir positif.
"Tapi itu tidak mungkin, lihatlah bagaimana posisi botol minum itu tergeletak begitu saja. Juga, sarung tangan milik siapa ini?" tanya Winter ketika melihat hal yang janggal.
"Bau obat bius," gumam Winter yang masih bisa didengar oleh para lelaki.
"Naresya benar-benar diculik, tapi siapa yang menculiknya?" bingung Sean.
"Red force," ucap Dave.
"Bagaimana itu mungkin? Bukankah mereka tidak bisa merasakan kehadiran kita dan juga mereka menyiapkan gerhana nanti?" tanya Sean.
"Para red force muda memang tidak bisa merasakan kehadiran kita, tapi sepertinya ada hal yang aneh disini," Winter merasa curiga dengan kejadian penculikan Naresya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The EKITAFA
FantasiPlanet Eterno, dimana pohon kehidupan berada. Pohon inilah yang mengatur keberlangsungan hidup di seluruh dunia paralel. Lalu bagaimana jika pohon kehidupan di bakar oleh kekuatan merah atau yang dimiliki oleh makhluk red force. Apakah anak-anak r...