🦋17 - Demam🦋

30 4 0
                                    


Sebagai kembaran Naresya, tentu ada ikatan batin yang kuat. Sean pun membantu Justin dengan ikut memegang tangan adiknya.

Sudah 1 jam berlalu, tapi tak ada tanda-tanda ini akan berakhir.

"Naresya, buka mata kamu, kak Sean ada disini. Kakak akan selalu bersama Naresya, kakak tidak akan pernah tinggalkan Naresya. Kamu adalah adik kembar kakak yang paling kakak sayangi. Sekarang coba tatap mata Justin ya," Sean berbicara dengan nada yang sangat lembut.

Itu agak berhasil, setidaknya Naresya kembali membuka matanya. Tetapi cahaya-cahaya merah di kamar Justin tidak menghilang, justru bertambah terus menerus.

Mereka tak akan menyerah begitu saja. Ini menyangkut hidup sang adik.

"Hei, look at me now, Sya. I'm here."

Naresya hanya membuka matanya saja, tetapi dia belum merespon perkataan Justin.

Di dalam pikiran Naresya, ia masih bergulat dengan semua yang dia lihat. Di tengah-tengah Naresya asli melihat adegan Naresya berpakaian merah menyiksa Naresya berpakaian putih, terdengar suara yang tak asing baginya.

"Justin?" gumam Naresya asli.

"Naresya sayang, apakah kau bisa mendengarku? Aku mohon tatap mataku sekarang," mohon Justin sambil tetap menggenggam tangan Naresya kuat.

Naresya asli sekarang bisa mendengar ucapan Justin. Tapi ia tak tahu bagaimana caranya agar ia bisa kembali ke dunia nyata.

Justin dan Sean terus menerus bergantian mengucapkan kata sayang. Sedangkan Dave dan Winter masih berusaha fokus memperkuat pertahanan agar kekuatan milik Naresya tak diserap oleh red force.

Usaha Sean dan Justin tak sia-sia. Naresya bisa kembali ke dunia asli, tapi dia tetap mengalami halusinasi.

"Tidak, jangan biarkan dia mengambil darah dan kekuatan milikmu," setelah Naresya kembali ke dunia asli, tiba-tiba dia mengucapkan kata seperti itu.

Tentu semuanya bingung dengan maksud Naresya.

Dave yang pertama tersadar segera berkata, "Efek itu membuat dia berhalusinasi, kita harus segera menyadarkannya, jika tidak dia akan terus menerus seperti ini."

"Ku bilang hentikan, jangan siksa dia terus. Kau sungguh jahat sekali," ucap Naresya dengan suara yang lumayan keras.

"Heii, kau jangan diam saja, berusahalah melawanmu. Aku ingin membantu tapi tak bisa, ada yang menahanku disini."

"Cepat, siapapun tolong bebaskan diriku yang menggunakan pakaian putih, bunuh saja diriku yang menggunakan pakaian berwarna merah."

"Dia berhalusinasi tentang kekuatannya yang berusaha diambil oleh red force. Pakain putih menandakan dirinya yang sekarang, sedangkan pakaian merah adalah red force yang berusaha mengambil kekuatan miliknya..."

"... Red force itu tak bisa mengambil kekuatan Naresya karena kita menghalanginya. Itu sebabnya dia berhalusinasi bahwa dirinya sedang baik-baik saja dan tidak mengalami itu, dia melihat kejadian yang dia alami sendiri," jelas Winter panjang lebar.

"Kau benar, kita harus segera membuat Naresya kembali sadar."

"Tidak, jangan mendekati Naresya berpakaian putih. Kau menjauhlah," usir Naresya asli.

"KU BILANG MENJAUH, JANGAN MENDEKAT!!!."

"Naresya, dengarkan aku baik-baik. Aku Justin, kau mengenalku bukan. Sekarang kumohon kembalilah padaku. Aku sungguh mencintaimu."

"Kau siapa? Mengapa suaramu terus terdengar di telingaku? Bisakah kau membantuku melepaskan Naresya berpakaian putih?" tanya Naresya.

"Dia mulai merespon, terus ajak dia bicara dan suruh dia menatap matamu Justin," perintah Dave.

The EKITAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang