*Part ini isinya flashback sewaktu tokoh Karina masih hidup. Part selanjutnya udah gak flashback lagi.
Happy reading!
"KARINA FRANDELLA."
Suara panggilan dari pembina upacara membuat gadis yang disebut namanya tersenyum senang dan bersiap maju ke tengah lapangan.
"Selamat kepada Karina yang berhasil membawa medali emas di Olimpiade Kimia tingkat nasional," ucap MC yang bertugas dalam upacara hari Senin itu.
Sang kepala sekolah mengalungkan medali emas pada Karina di depan semua siswa SMA Ganesha.
Karina tersenyum menatap kamera yang tengah memotretnya bersama kepala sekolah. Senyum gadis itu tak pernah gagal membuat kaum laki-laki terpukau. Jangankan laki-laki, para perempuan saja dibuat takjub dengan kecantikan Karina.
Cantik, pintar, kaya, dan berbakat. Ia adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang harmonis. Sifatnya selalu rendah hati meski memiliki banyak prestasi. Jika dirangkum menjadi satu kata, sempurna adalah kata yang paling tepat menggambarkan sosok Karina.
Sayangnya, menurut siswa SMA Ganesha, belum ada lelaki yang mampu menaklukkan Karina. Ia terlalu sempurna untuk disandingkan dengan siapa pun.
"Congrats, Kar." Daren mendahului siswa lain mengucap selamat kepada Karina saat gadis itu kembali ke barisan.
Karina mengucap terima kasih dan tersenyum. Pandangannya tidak terfokus pada Daren, melainkan pada sosok yang berbaris di kelas lain. Sosok yang bahkan tak meliriknya sama sekali.
***
"SURPRISE!"
Karina menutup mulutnya saat mendapati kedua orang tuanya memberikan kejutan sepulang sekolah. Gadis itu baru saja membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah. Ia terkejut saat mendapati kedua orang tuanya berdiri di balik pintu membawa sebuah kue lengkap dengan lilin.
"Apaan sih, Ma, Pa. Karina kan enggak ulang tahun," candanya.
Wina terkekeh pelan. "Ini bukan surprise ulang tahun, Sayang. Ini perayaan karena kamu dapat medali emas di Olimpiade Kimia."
"Setelah ini kamu boleh minta apa pun ke papa sebagai hadiah," Frans menimpali.
Kedua mata Karina nampak berbinar. "Beneran, Pa?"
"Iya, papa serius."
Gadis bersurai hitam itu nampak berpikir sejenak. "Ehm nanti aja deh mintanya. Karina belum pengen apa-apa sekarang."
Frans mengelus surai panjang putri tunggalnya. "Yaudah nanti kalau udah kepikiran, bilang ke papa ya."
Karina hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Udah ayo kita makan kuenya," ajak Wina.
"Karina mau mandi dulu deh, Ma."
"Yaudah mama sama papa tunggu di ruang makan ya."
Karina mengangguk sebelum kakinya melangkah menuju tangga untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.
***
Bugh!
Karina menarik napas dalam-dalam untuk menahan emosi. Baru saja membuka pintu kamar, wajah cantik gadis itu sudah disambut oleh bantal melayang.
"Cursing donk, Kar. Masa diem aja," pancing si pelempar bantal yang tengah duduk di atas kasur.
"Lo yang diem!" ketus Karina pada Arletha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Students
Novela JuvenilKepindahan Arletha Xaviera ke SMA Ganesha bukanlah tanpa tujuan. Gadis pecinta pelajaran Kimia itu berniat menyelidiki penyebab kematian bunuh diri sepupunya yang bernama Karina Frandella. Berkat barang bukti yang ditemukan di kamar Karina, ia menye...