Bu Ana akan mengajar di kelas XII IPA 1 setelah jam istirahat pertama. Sialnya, saat Arletha hendak menyusul Sarah dan Clara ke kantin, ia justru bertemu dengan Bu Ana di depan ruang guru. Akibat kejadian rokok sebelumnya, Arletha menjadi sosok yang dihafal oleh Bu Ana. Alhasil, Arletha mendapatkan tugas negara untuk mengambil buku di perpustakaan.
Arletha nampak bersusah payah melihat jalanan yang ada di depannya. Saat ini gadis itu tengah membawa setumpuk buku dari perpustakaan untuk dibawa ke kelas. Buku-buku itu terlampau banyak hingga menutupi setengah wajahnya.
"Sini gue bantuin." Tiba-tiba Daren datang entah darimana. Tanpa persetujuan, Daren mengambil alih sebagian buku yang dibawa gadis itu.
Arletha tersenyum lega. "Makasih."
Daren hanya mengangguk dan mereka berdua lanjut berjalan berdampingan.
Sesampainya di kelas, Arletha meletakkan tumpukan buku yang ia bawa di meja guru. Ia bernapas lega. Akhirnya, ia tidak merasakan beban berat lagi di kedua tangannya. Sejenak ia meregangkan kedua lengannya yang terasa pegal.
Seketika Arletha tersadar akan sesuatu. Sejak tadi ia berjalan berdampingan dengan Daren, tetapi lelaki itu kini menghilang dari sisinya.
Arletha membalikkan badan. Ia mendapati Daren yang justru berdiri diam di ambang pintu kelas. Lelaki itu tengah menatap tajam seseorang yang berdiri di depannya.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Daren pada Nathan dengan nada tak bersahabat.
"Bukan urusan lo."
Daren terus menatap Nathan dengan tajam seakan penuh dendam dan amarah, sedangkan Nathan hanya menatap Daren dengan ekspresi datar.
"Urusan gue! Lo masuk ke kelas gue."
Nathan tertawa pelan. "Sekolah ini bukan punya lo. Posisi kita sama di sini sebagai murid dan gue berhak masuk ke ruang kelas mana pun."
Daren merotasikan bola matanya.
Melihat sikap Daren yang tidak pernah berubah, Nathan menarik sebelah sudut bibirnya. "Lo masih marah sama gue?"
"Menurut lo?!" sarkas Daren.
Nathan kembali menatap Daren dengan serius. "Tapi gue nggak merasa ada salah sama lo."
Setelah mengatakan itu, Nathan menepuk bahu Daren dan berlalu pergi keluar dari kelas XII IPA 1.
Daren mengeratkan pegangannya pada tumpukan buku yang ia bawa. Ia merasa semakin emosi mendengar perkataan Nathan yang selalu santai seakan tak memiliki dosa.
Sejujurnya Nathan benar. Lelaki itu memang tak memiliki kesalahan dengan Daren. Hanya saja ada suatu hal yang membuat Daren murka dan kecewa kepada Nathan.
Arletha yang sejak tadi mengamati interaksi Daren dan Nathan mengernyit bingung. Ia mendengar semua percakapan mereka. Tak bermaksud menguping, tapi suara mereka terlalu keras hingga bisa didengar oleh telinga Arletha. Sayangnya, ia tetap tidak mengerti ke mana arah pembicaraan mereka berdua.
Bugh!
"Aduh!"
Arletha memegangi kepalanya yang kembali menjadi korban untuk kesekian kali. Ia refleks menoleh pada oknum yang membuat lamunannya buyar.
"Minggir! Lo nutupin papan tulis," perintah Arsen dari bangku di pojok belakang.
Lelaki itu tengah menyalin soal PR matematika yang ada di papan tulis. Arsen baru sempat mencatat soal itu saat istirahat lantaran saat jam pelajaran matematika ia malah tertidur. Guru matematika pun tidak menegurnya meski tau, karena nilai ujian dan ulangan matematika Arsen selalu bagus.
![](https://img.wattpad.com/cover/317108318-288-k770082.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Students
Teen FictionKepindahan Arletha Xaviera ke SMA Ganesha bukanlah tanpa tujuan. Gadis pecinta pelajaran Kimia itu berniat menyelidiki penyebab kematian bunuh diri sepupunya yang bernama Karina Frandella. Berkat barang bukti yang ditemukan di kamar Karina, ia menye...