Brak!
Arletha langsung menegakkan tubuhnya saat telapak tangan Bu Megan mendarat dengan keras di atas meja yang ia jadikan tempat meletakkan kepala. Memang salah Arletha yang tertidur di saat Bu Megan menerangkan materi Matematika di kelas XII IPA 1 siang itu.
"Sin 30?" tanya Bu Megan dengan wajah tak bersahabat.
"Hah?" Arletha yang masih mengumpulkan nyawa tentu tak memahami pertanyaan dari gurunya itu.
"Sin 30 derajat berapa nilainya, Ar," bisik Sarah mencoba membantu. Sebenarnya Sarah hendak membantu memberikan jawaban saja, tapi ia tidak seberani itu.
Arletha mencoba mencari jawaban dalam ingatannya. Namun, sepertinya jawaban dari pertanyaan itu sudah ia hafalkan sampai di luar kepala alias hilang entah kemana. Ia tidak berhasil mengingatnya.
Di tengah kepanikan, sudut mata Arletha menangkap selembar kertas bertuliskan sebuah angka. Kertas itu dipegang oleh Daren yang duduk di barisan bangku depan. Karena Bu Megan menghadap ke arah Arletha, maka guru itu tidak menyadari bahwa Daren membantu Arletha dengan menunjukkan kertas bertuliskan jawaban.
"Ehm 1/2, Bu," jawab Arletha pada akhirnya.
"Tan 60?"
Arletha melebarkan mata saat guru itu justru kembali melontarkan pertanyaan.
Untungnya Daren kembali membantu. Lelaki itu menuliskan angka baru di kertas lain dan secara sukarela menunjukkannya pada Arletha.
"Akar 3," jawab Arletha sedikit meringis berharap tidak ada pertanyaan lain lagi.
Bu Megan mengangguk pelan kemudian berjalan kembali ke depan kelas membuat Arletha bernapas lega. Untung saja Bu Megan bukan tipe guru yang hobi marah-marah walaupun wajahnya terkesan mengintimidasi.
Arletha melirik ke arah lain. Ia melihat Arsen meletakkan kepala di atas meja dan tertidur dengan nyaman, kurang lebih sama seperti dirinya sebelum Bu Megan mendatangi mejanya.
"Sar, kok cuma gue yang dikasih pertanyaan? Arsen juga tidur, tapi dibiarin gitu aja," bisik Arletha pada Sarah.
"Dulu waktu kelas sebelas, kita juga diajar Bu Megan. Arsen sering dikasih pertanyaan kayak lo barusan karena sering tidur di kelas, tapi dia selalu bisa jawab. Dan nilai Matematika-nya juga bagus, makanya Bu Megan nggak pernah lagi ganggu dia tidur," jelas Sarah.
"Kalo nilai Matematika lo nanti bisa bagus kaya Arsen, mungkin Bu Megan nggak bakal ganggu tidur lo lagi, Ar," tambah Sarah sembari tertawa lirih.
***
"Eh?"
Arletha sedikit terkejut saat sebuah benda menyentuh pipinya.
Daren terkekeh pelan melihat reaksi lucu Arletha saat ia menempelkan sebotol air mineral dingin di pipinya.
"Nih buat lo." Sebotol air mineral itu Daren berikan pada Arletha.
"Buat gue?" Arletha menunjuk dirinya sendiri.
"Iya buat lo."
Sarah yang menatap mereka sudah senyum-senyum sendiri. Ia berusaha tidak terbawa perasaan, tapi tetap saja ia gemas dengan adegan yang ada di depannya. Padahal yang diperlakukan seperti itu adalah Arletha, tapi yang merasakan sensasi kupu-kupu di perut justru Sarah.
Berbeda dengan Clara yang hanya menggeleng pelan.
"Tadi nggak ada uang kembalian, jadi gue ambil air mineral. Tapi gue masih ada minum di kelas," kata Daren.
Saat ini mereka memang sedang berada di kantin. Arletha, Sarah, dan Clara menghabiskan waktu istirahat kedua dengan makan siang di sana hingga tiba-tiba Daren mendatangi meja mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/317108318-288-k770082.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Students
Teen FictionKepindahan Arletha Xaviera ke SMA Ganesha bukanlah tanpa tujuan. Gadis pecinta pelajaran Kimia itu berniat menyelidiki penyebab kematian bunuh diri sepupunya yang bernama Karina Frandella. Berkat barang bukti yang ditemukan di kamar Karina, ia menye...