Derum motor sport berwarna hitam memasuki kawasan SMA Ganesha. Tidak seperti biasanya, kali ini motor itu mengundang perhatian para murid sekolah itu. Bagaimana tidak? Pengendara yang biasa membawa motornya sendiri kini membonceng seorang gadis di belakangnya.
Arletha turun dari motor Arsen dengan sedikit menunduk. Setelah ia melepas helm dan memberikannya pada Arsen, tangannya ia gunakan untuk sedikit menutupi wajahnya.
"Ngapain lo?" tanya Arsen yang melihat gelagat aneh Arletha.
"Gue malu," jawabnya lirih.
"Lo malu jadi pacar gue?"
"Bukan gitu." Seketika Arletha menegakkan tubuhnya dan menurunkan kedua tangannya. "Gue malu diliatin orang-orang."
Arsen tertawa pelan. "Masih punya malu lo?"
Arletha memberengut kesal. Pacar macam apa Arsen ini? Romantisnya 0%, jahil dan julidnya 100%.
Gadis itu memilih meninggalkan Arsen di parkiran. Ia berjalan sendiri menuju kelasnya.
Sesampainya di depan pintu kelas, ia menengok ke belakang.
"Ngapain lo ngikutin gue?"
Belum sempat Arsen menjawab pertanyaan Arletha, gadis itu sudah berbicara lagi. "Nggak usah sok romantis sampe nganterin gue ke kelas," ucapnya masih terbawa kesal.
"Kita sekelas bego," kata Arsen seraya menyentil dahi Arletha.
"Oiya." Arletha menyentuh dahinya. Bisa-bisanya ia lupa.
***
Arletha menyandarkan punggungnya di dinding sebelah pintu sebuah kelas. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Satu kakinya sedikit ditekuk ke belakang. Sesekali ia menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Satu menit lagi, bel pertanda waktu istirahat akan berbunyi.
Gadis bersurai hitam itu memang sudah keluar kelas lebih dulu sebelum bel demi menunggu seseorang di kelas lain.
Arletha mendongak ke arah speaker di ujung koridor. Bel pertanda waktu istirahat kini berbunyi.
Ia menegakkan tubuhnya. Menelisik satu per satu orang yang keluar dari pintu kelas.
Saat tatapannya menemukan Ara, ia menarik tangan gadis itu tanpa permisi. Arletha bahkan tidak mempedulikan dua teman Ara yang nampak kebingungan.
"What are you doing?" pekik Ara sambil berusaha melepaskan cekalan di tangannya.
"Nggak usah berisik! Ikutin gue!"
Ara mencibir dalam hati.
"Pantesan pacaran, satu spesies ternyata," lirih Ara yang masih didengar Arletha.
Berita hubungan Arsen dan Arletha sudah menyebar luas akibat keduanya datang bersama ke sekolah pagi ini. Tak terkecuali Ara, sama dengan para murid SMA Ganesha lainnya, ia juga merasa heran mengapa orang seperti Arsen menjalin hubungan dengan anak baru seperti Arletha.
Kini Ara tau jawabannya. Arsen dan Arletha punya persamaan. Keduanya keras kepala dan tak terbantah. Tapi entah persamaan itu menjadi faktor kecocokan atau justru berpotensi menjadi sumber perpecahan di masa depan. Tidak ada yang tau.
"Apa lo bilang?!" Arletha menghentikan lagkah.
Ara menggeleng singkat. "Lo mau bawa gue ke mana sih?!"
Arletha melanjutkan langkah tanpa menjawab pertanyaan Ara.
Gadis itu mendorong pintu rooftop dengan kasar. Ia melepaskan cekalan tangannya saat mereka berdua sudah berada di tengah rooftop gedung SMA Ganesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Students
Teen FictionKepindahan Arletha Xaviera ke SMA Ganesha bukanlah tanpa tujuan. Gadis pecinta pelajaran Kimia itu berniat menyelidiki penyebab kematian bunuh diri sepupunya yang bernama Karina Frandella. Berkat barang bukti yang ditemukan di kamar Karina, ia menye...