Arletha menyodorkan sebuah minuman kaleng ke hadapan Arsen. Dengan senyuman manisnya ia masih terus berusaha meluluhkan Arsen agar dapat mengorek informasi mengenai hubungannya dengan Karina.
Arsen menghela napas jengah. "To the point, kali ini mau lo apa?"
Arletha menggeleng mantap. "Nggak ada maksud apa-apa kok. Gue cuma ngasih ini biar lo nggak perlu ke kantin kalau haus."
Sesaat Arsen menatap curiga kaleng minuman yang masih tersegel itu.
"Nggak ada racunnya, pecaya sama gue. Belum kadaluarsa juga." Arletha berusaha meyakinkan.
Arsen melirik Arletha sebelum lelaki itu mengulurkan satu tangannya dan meletakkan kembali minuman itu di genggaman Arletha.
"Lo aja yang minum. Gue nggak haus."
Arletha menghentakkan kakinya kesal saat Arsen justru meninggalkannya dan berjalan ke depan kelas.
Lelaki itu mengapus papan tulis yang tadi digunakan saat jam pelajaran sebelum istirahat. Jika murid lain yang piket akan menyapu atau membersihkan kelas, maka Arsen berbeda. Ia hanya menghapus papan tulis saat hari piket. Prinsipnya, yang penting udah termasuk piket kan.
Arletha memilih pergi keluar kelas. Ia berdiri di koridor depan kelasnya. Saat ini ia membutuhkan udara segar. Berada di dekat Arsen saja sudah membuatnya kesal, apalagi harus pura-pura manis di depannya. Sebenarnya Arletha merasa muak, tapi ia harus melakukan strateginya.
Kaleng minuman itu dibuka dengan kasar. Arletha menegak seluruh isinya dalam sekali minum. Bahkan masih dengan posisi berdiri.
Tangannya meremas kaleng minuman yang sudah kosong itu hingga tak berbentuk. Ia membanting kaleng itu ke lantai. Arletha butuh pelampiasan untuk menyalurkan emosinya.
Prang!
Sialnya kaleng kosong itu justru memantul dan mengenai kepala seseorang yang hendak lewat.
Arletha melebarkan matanya saat mendengar suara mengaduh dari seseorang. Ia beralih menatap orang itu.
Rico yang menjadi korban Arletha menatap gadis itu dengan tajam. Kebetulan koridor sedang sepi sehingga lelaki itu langsung tau bahwa Arletha adalah pelakunya.
Arletha merapalkan doa dalam hati saat Rico berjalan mendekat dengan wajah tak bersahabat. Lelaki penghuni kelas sebelah itu memang terkenal tempramen dan kasar.
Arletha terus melangkah mundur hingga punggungnya menempel pada pintu kelas. Di saat ini ia sudah tidak bisa berkutik lagi.
"Maksud lo apa?!" sentak Ricoo tepat di depan wajah Arletha.
"B-bukan–"
"Lo sengaja hah?!"
Arletha hanya bisa memejamkan mata saat Rico membentaknya. Nyalinya menciut melihat ekspresi menakutkan dari seorang Rico.
"M-maaf nggak sengaja," ucapnya masih dengan mata terpejam.
Rico mencengkeram kedua pipi Arletha, membuat sang empu seketika membuka mata.
"Lo takut sama gue?" tanyanya sambil tersenyum remeh.
Sontak Arletha menghempaskan tangan Rico dengan sekuat tenaga dan langsung berlari masuk ke dalam kelas. Ia tak peduli jika kulit wajahnya akan terluka akibat goresan kuku dari jemari lelaki itu.
"Woi jangan kabur lo!"
Objek pertama yang Arletha tangkap saat memasuki kelas adalah Arsen yang baru saja selesai menghapus tulisan di papan tulis. Lelaki itu cukup bisa diandalkan untuk melindunginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/317108318-288-k770082.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Students
Teen FictionKepindahan Arletha Xaviera ke SMA Ganesha bukanlah tanpa tujuan. Gadis pecinta pelajaran Kimia itu berniat menyelidiki penyebab kematian bunuh diri sepupunya yang bernama Karina Frandella. Berkat barang bukti yang ditemukan di kamar Karina, ia menye...