IV. Keisha Kalara

22 3 0
                                    

Keberuntungan sedang tidak berpihak pada tiga insan yang duduk melingkari sebuah meja.

Arletha, Arsen, dan Keisha menjadi patner satu kelompok dalam mengerjakan tugas Biologi akibat undian dari sang sekretaris kelas.

Sarah, sekretaris kelas XII IPA 1 hanya bisa menyengir tak berdosa pada Arletha yang menatapnya garang. Berbeda dengan Keisha yang nampak tak peduli dan Arsen yang malah sibuk sendiri.

"Kei, kasih gue sama Arsen kerjaan donk, masa cuma lo aja yang ngerjain?"

Arsen menoleh pada Arletha. Ia memasang ekspresi tak terima. "Idih lo aja kali. Gue nggak mau."

"Heh ini kan tugas kelompok. Lo juga harus ngerjain!" peringat Arletha pada Arsen dengan nada tak santai.

"Suka-suka gue lah." Seperti biasa, Arsen selalu bersikap bodo amat.

"Nggak bisa! Lo juga harus ngerjain," kukuh Arletha.

"Kalian berdua aja kan bisa. Gue nggak usah." Arsen masih bertahan pada prinsipnya.

"Terus lo cuma numpang nama gitu? Enak aja!" ujar Arletha tak terima.

Arsen menghela napas jengah. "Gue sibuk."

Arletha semakin mendelik. "Gue juga sibuk!"

"BERISIK!"

Teriakan Keisha membuat keduanya berhenti beradu bacot.

"Udah gue aja yang ngerjain," putus Keisha. Ia memang tidak terlalu percaya untuk memberikan bagian pada kedua temannya itu. Lebih baik dikerjakan sendiri agar lebih yakin benar.

"Gue setuju," ucap Arsen.

"ENGGAK!" teriak Arletha pada Arsen. Membuat lelaki itu mengusap sebelah telinga yang berdengung. "Masing-masing harus dapat bagian."

"Gue bisa sendiri," tegas Keisha sekali lagi.

"Tuh dengerin!"

Arletha semakin geram dengan lelaki yang duduk di sebelahnya.

Belum sempat ia memberikan siraman rohani, Arsen sudah lebih dulu berdiri membawa tas ranselnya lantaran bel pulang baru saja berbunyi.

Keisha pun sama. Perempuan itu juga berdiri dari duduknya.

"Gue pulang dulu, ada les," pamit gadis itu.

Kedua orang itu benar-benar meninggalkan Arletha bersama amarahnya. Tak satu pun dari mereka peduli dengan teriakan Arletha dan kekesalan gadis itu.

***

Langkah gadis itu sampai di depan pintu besar sebuah rumah mewah. Sejenak helaan napas panjang terdengar darinya. Mempersiapkan diri masuk ke dalam rumah yang terasa seperti neraka baginya.

Ceklek!

"Iya sayang. Kamu jangan lupa makan yang banyak."

"Nanti papa transfer uang lagi supaya kamu bisa pindah ke apartemen yang lebih besar."

"Enggak usah Pa, Ma. Uang aku masih banyak dan apartemen ini udah cukup buat aku."

Terdengar suara tiga orang yang tengah berbincang hangat di ruang tamu. Suara satu orang di antaranya berasal dari sambungan telepon.

Keluarga bahagia adalah definisi keluarga Keisha tanpa seorang Keisha. Hubungan Papa, Mama, dan Kamila–kakak Keisha, sangatlah harmonis dan hangat.

Sikap kedua orang tua Keisha terhadap Kamila lebih dari manis. Berbeda dengan sikap mereka terhadap Keisha.

Keisha berusaha tidak mempedulikan mereka. Ia berjalan melewati kedua orang tuanya untuk menuju ruang makan.

"Mau ke mana kamu?" pria paruh baya itu bertanya pada Keisha yang melewatinya.

Top StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang