XV. Tersangka Baru

21 1 0
                                    

"Lepas kardigan lo!"

Keisha menghentikan langkah saat seseorang yang berpapasan dengannya di koridor tiba-tiba melontarkan perintah itu.

Ia pun membalikkan badan. Sedangkan Nathan sudah lebih dulu menghadap ke arah Keisha.

"Nggak usah ngatur. Lo bukan ketos." Keisha masih mencoba bersabar sekalipun Nathan seenaknya ikut campur dengan urusannya.

"Sekolah ini tetap punya aturan sekalipun gue bukan ketos. Dilarang pakai jaket, sweater, ataupun kardigan, kecuali kalo lo lagi sakit," jelas Nathan.

"Gue lagi sakit."

"Lo sakit tiap hari?" Sekalipun tidak kenal dekat, Nathan hafal dengan tabiat seorang gadis dari kelas IPA 1 yang memakai kardigan hampir setiap hari itu. Gadis itu terlalu mencolok karena terlihat berbeda dengan yang lainnya.

"Gue alergi dingin," alibi Keisha.

Nathan menyalakan ponselnya sejenak. "Tiga puluh derajat celcius," ucapnya sambil menunjukkan angka perkiraan suhu siang ini di layar ponsel yang menyala.

"Cukup panas buat masak telur pakai teflon di lapangan. Lo masih bilang ini dingin?" Nathan menaikkan alisnya masih dengan tatapannya yang hanya tertuju pada Keisha. "Lepas kardigan lo sekarang atau gue laporin ke anak OSIS."

Keisha membuang napas. Ia merasa tak memiliki waktu untuk meladeni Nathan.

Lagipula sudah hampir tiga tahun ia bersekolah di SMA Ganesha. Sejauh ini, ia selalu lolos dari poin hukuman karena berbagai alibinya selama menggunakan kardigan.

Gadis itu hendak berbalik untuk pergi. Tapi Nathan buru-buru mencekal pergelangan tangannya.

"Akh!" pekik Keisha secara spontan. 

Luka di pergelangan tangannya yang belum kering membuatnya merasa perih saat Nathan menariknya.

Nathan mengerutkan kening. Reaksi berlebihan dari Keisha membuatnya membalikkan tangan Keisha. Tanpa permisi, ia menyingkap lengan panjang kardigan yang gadis itu kenakan.

Keduanya terdiam saat goresan bekas luka yang masih basah itu terlihat di pergelangan tangan Keisha.

Setelah menyadari keadaan, Keisha berusaha menarik tangan kanannya. Akan tetapi, Nathan masih menahan tangan itu agar tidak bergerak kemana pun.

"Tunggu sebentar!"

Nathan mengeluarkan sebuah kain kecil dari saku celananya. Ia sedikit melipatnya dan mengikatnya di pergelangan tangan Keisha. Kain itu sangat pas untuk menutupi seluruh luka goresan itu.

"Kainnya masih bersih. Nggak bakal bikin luka lo infeksi," ucap Nathan menatap Keisha yang sedari tadi hanya terdiam.

"Lo bisa lepas kardigannya sekarang, sebelum ada anak OSIS yang liat. Mereka mau patroli ke setiap kelas hari ini."

Sejujurnya ada banyak pertanyaan yang muncul di kepala Nathan. Namun, ia menepisnya dengan pergi begitu saja dari hadapan Keisha.

Sangat aneh. Lelaki yang biasanya tidak peduli dengan siapa pun itu mendadak memiliki rasa khawatir untuk orang lain selain bundanya.

***

"Sar, Ara tuh orangnya kayak gimana sih?" tanya Arletha pada Sarah saat jam istirahat pertama di kelas.

"Kayak gimana, gimana maksudnya?" tanya Sarah balik.

Hanya ada Sarah dan Arletha di pojok belakang kelas. Clara sedang pergi ke kantin untuk membeli camilan. Para penghuni kelas yang lain juga memilih menghabiskan waktu di luar kelas.

Top StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang