Suara sepatu olahraga yang saling bergesekan dengan lantai sekolah tak membuat orang-orang terganggu sama sekali. Tapi tidak dengan Darian. Karena dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dia terlalu hafal dengan ritme langkah kaki ini.
"Dariannnn! Nanti malam kencan, ya!" teriak Quinn dari arah luar kelas Darian. Kebetulan gadis itu sedang ada jam pelajaran olahraga.
"Dariannn! Jawabbbb!" lagi-lagi dia berteriak.
Kali ini Quinn berdiri di ambang pintu kelas
Darian. Membuat seluruh penghuni kelas termasuk guru yang sedang mengajar menjadi terganggu."Jawab dulu, Darian." Pak Jamaludin yang sudah hampir pensiun mempersilahkan Darian untuk menjawab sebelum beliau melanjutkan kembali pelajaran.
Bukan berarti guru itu menganggap bahwa tindakan Quinn tersebut dapat dibenarkan. Hanya saja, beliau merasa terlalu lelah menghadapi Quinn. Karena itu, Pak Jamal lebih memilih cara cepat ketimbang cara yang menyusahkan.
"Tuh! Sama Pak Jamal tersayang saja, kamu disuruh jawab! Kita kencan, ya? Ya? Ya-ya-ya?"
"Tidak." balas Darian masa bodoh.
"Oh, oke. Next time ya, Beb!"
Setelah berteriak bagai kera betina hendak kawin, Quinn pergi begitu saja. Dia memang hanya ingin menengok sejenak 'calon kekasihnya'.
Bagi Quinn, tidak masalah seberapa lama waktu yang mereka gunakan untuk bertemu. Yang penting adalah kualitasnya. Dan pertemuan singkat barusan, bernilai sangat tinggi bagi Quinn.
"Kalau begitu Bapak lanjutkan ya pelajarannya."
"Baik, Pak!" seru seluruh kelas kompak tanpa mengambil pusing kejadian barusan.
Beberapa dari mereka benar-benar muak dengan Quinn. Beberapa mengasihani Darian yang seolah terjebak dengan orang gila baru. Sebagian juga ada yang bertanya-tanya sampai kapan Quinn akan mengganggu Darian. Sudah berhari-hari Quinn melakukan hal ini, dan sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan berhenti.
Mereka bingung dengan sikap abnormal Quinn. Gadis itu memang tukang buat masalah. Tapi sejauh ini dia tak pernah usil atau mengganggu orang lain yang tak mengganggunya.
Lalu mengapa Quinn bersikap sangat menempel pada Darian?
Pertanyaan seperti itu muncul bagaikan jamur di musim hujan.
Namun di antara mereka semua, hanya ada satu orang yang tak merasa penasaran sedikit pun dengan tingkah laku Quinn. Dia justru merasa tak tenang. Hatinya cemas membayangkan bahwa orang yang disukainya akan pergi sekali lagi.
Abhelia takut jika kali ini, Quinn akan mengambil kembali sesuatu yang sangat dia idamkan. Darian.
Gadis itu panik. Rasa cemasnya menjalar hingga ke ubun-ubun. Kebiasaannya untuk menggigit kuku muncul kembali hingga tanpa sadar jarinya terluka karena tergigit oleh gigi yang tajam.
Kenapa?
Abhelia bertanya di dalam hati. Kenapa Quinn suka sekali merebut sesuatu yang disukainya.
Tidak cukupkah berhenti pada ayahnya? Kakeknya? Seluruh keluarga besarnya? Apakah Quinn juga akan bergerak mencuri pria yang dicintainya?
Sungguh, Abhelia merasa tidak memiliki kepercayaan diri sedikit pun ketika berhadapan dengan sosok Quinn yang terlalu sempurna di mata orang-orang yang ia cintai.
Bagi ayahnya, Quinn adalah putri kesayangan.
Bagi kakeknya, Quinn adalah cucu pembawa keberuntungan.
Bagi Abhelia, Quinn adalah pembawa malapetaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes! My Quinn.
Misterio / SuspensoKehidupan Quinn Aru tidak pernah jauh dari kata menyedihkan. Dibenci saudara dan menerima cinta palsu dari keluarga adalah salah satunya. Tapi bagi Quinn, itu semua--- sudah biasa. Kehidupannya yang membosankan berubah karena kehadiran orang baru se...